2. cerita

1 0 0
                                    

   Diakhir chapter Hadi mengalami gangguan yang membuat dia kesakitan, gangguan itu tak lain adalah respon jiwanya terhadap aura tempat itu. Lalu apa yang ingin dikatakan Hadi tentang kebenaran kamar Gusti?

***

   Hadi menarik tangan Dani dan membawanya menuruni tangga lantai dua sampai ke ujung lorong, dimana tempat itu adalah kamar kos Dani yang terpencil karena dua kamar disebelahnya kosong tanpa penghuni, jadi setidaknya itu aman untuk bercerita tentang kebenaran kamar Gusti.

   Sebenarnya Dani merasa kasihan dengan keadaan Hadi karena apa yang terjadi dikamar Gusti. Dani sebenernya juga bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi, tapi Dani tak punya keberanian untuk bertanya karena ia takut terjadi hal-hal yang tak diinginkan kepada mereka berdua.

   "Ayo masuk kamar kos mu saja dan tutup pintunya serta kunci rapat pintunya Dan." Kata Hadi dengan suara yang lesu.

   "I-iya Di." Jawab Dani singkat sambil menuntun dan mengunci pintunya Rapat-rapat.

   Sementara itu Hadi berbaring diatas lantai kamar kos itu yang terbuat dari keramik untuk merasakan dinginnya lantai itu.

   Hadi pun memulai percakapan dengan suara yang kecil terkesan berbisik kepada Dani agar tak ada orang lain yang mendengarnya bercerita.

   "Kamu tau Riska Dan?" Tanya Hadi dengan suara yang berbisik kepada Dani yang mulai duduk bersila.

   "Iya tau lah, dia kan bendahara kita Di." Jawab Dani dengan suara kecil menirukan suara Hadi yang kecil pula.

   "Ada hubungan apa diantara mereka atau ada sesuatu diantara mereka yang aku gak tau Dan?" Tanya Hadi yang mulai ganti posisi dan menyenderkan badannya ke tembok kamar kos Dani.

   "Entah juga ya? Tapi setahu ku sejak pertama mereka saling kenal, si Riska tiap hari main kekamar kos Gusti bawa makanan dan minuman, dan kadang gak tua waktu sekalinya kesini malam, pagi baru Riska pulang Di." Jawab Dani kepada Hadi yang makin menguatkan pendapat Hadi.

   "Kapan Riska terakhir kekamar kos Gusti?" Tanya Hadi kembali sambil mengarahkan pandangannya keatas.

   "Kalau gak salah sekitar seminggu yang lalu Di." Terang Dani kepada Hadi.

   "Seminggu yang lalu? Karena apa?" Tanya Hadi kepada Dani yang membuat keyakinannya semakin kuat.

   "Kalau gak salah karena Gusti nolak Riska buat jadi pacarnya gitu, iya meski si Riska ngemis-ngemis sampai nangis Gusti tetap gak mau di." Terang Dani yang membuat Hadi terkejut.

   "Sampai segitunya Dan?" Tanya Hadi kembali karena kaget.

   "Iya segitu Di, emang kenapa?" Tanya Dani yang membuat Hadi bercerita.

   "Jadi gini sekitar beberapa hari lalu aku melihat kertas yang sama seperti yang kulihat dibawah kasur Gusti itu, tapi aku melihatnya ditas Riska yang sempat terjatuh." Tutur Hadi yang membuat Dani sedikit bingung.

   "Maksudnya di? Gusti di santet sama Riska?" Tanya Dani sambil mengerutkan alisnya dengan sedikit memiringkan kepalanya pertanda dia tidak percaya dengan kata-katanya sendiri.

   "Bukan santet." Kata Hadi yang kemudian dipotong Dani.

   "Guna-guna gitu di?" Potong Dani

   "Enggak bisa dibilang guna-guna juga dan." Lanjut Hadi yang kemudian dipotong Dani lagi.

   "Terus maksudmu apa di?" Potong Dani sambil bertanya kembali.

   "Bisa gak jangan potong kata-kataku sebelum aku selesai berbicara?" Tegas Hadi sambil tertawa kecil.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 20, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lolongan MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang