4.50 p.m
Jam pelajaran terakhir seharusnya sudah selesai 30 menit yang lalu. Tetapi hari ini selalu begini. Windy berusaha menelan rasa kekesalannya dengan membayangkan sepulang sekolah akan kembali marathon anime favoritnya.
"Pak. Maaf ini sudah lebih 30 menit. Kami harus pulang"
Windy melirik ke arah kursi ketua murid. Pak Yono memeriksa arlojinya, lalu menatap ketua murid dengan kesal.
"Ini baru jam 4!"
"Maaf pak. Coba cek ponsel bapak. Barangkali arloji bapak mati"
Pak Yono merogoh sakunya lalu menatap ponselnya dengan sedikit mengernyit. Windy menghela nafasnya dengan kesal. Guru satu ini memang sudah seharusnya di pensiunkan. Sudah umur hampir 63 tahun tapi tetap mengajar karena guru lain menghormatinya sebagai sepuh.
"Ohh iya iya" Pak Yono menyimpan kembali ponselnya. "Pelajaran hari ini bapak tutup. Untuk PR kerjakan halaman 123 sampai 126"
Beberapa orang murid berdecak pelan. Kurikulum merdeka tidak mengizinkan murid mendapat PR, mengingat murid-murid belajar full day. Tetapi tidak ada satupun yang mau memprotes, karena mereka benar-benar sudah lelah dan ingin segera pulang.
Windy menyampirkan tasnya ke bahu lalu beranjak keluar kelas. Hari itu hanya sisa kelasnya saja yang belum bubar. Ia menguap lebar-lebar. Rasa kantuk tiba-tiba menyerangnya begitu saja. Bagaimana tidak. Dibacakan pelajaran Sejarah selama dua jam penuh membuat anak-anak merasa di dongengkan cerita sebelum tidur.
"Win, tau gak Haikyuu mau ada season baru?"
Windy melirik ke arah temannya. Erina.
"Yaa" jawabnya dengan malas. "Katanya official. Seliweran di twitter tuh."
"Kenma ganteng banget jir!"
"Jelas husbu gw"
Erina menonjok pelan bahu Windy. "Lo kan ngehusbuin Kageyama"
"Kenma husbu gw ke 234 maksutnya"
"Sinting"
Mereka berdua tertawa lepas. Hanya Erina yang bisa Windy ajak bicara mengenai anime. Teman-teman lainnya lebih memilih menonton drama korea.
"Tapi sumpah, kenapa coba pas tanding lawan Kamomedai si Hinata harus—"
Windy dengan cepat menutup mulut temannya. "LO SPOILER GW TONJOK YA!!"
Erina menepis tangan Windy lalu tertawa lepas. "Gw lupa lo gak baca manganya"
"Ntar gw ga penasaran lagi!"
Mereka berjalan sampai di perempatan. Erina berpamitan karena rumahnya sudah tidak sejalur lagi sementara Windy terus berjalan memasuki gang rumahnya. Berusaha mengusir kantuknya, ia merogoh ponselnya lalu memasangkan headset di telinganya. Ia memutar lagu Fly! milik [] dan bergumam pelan mengikuti alunan musiknya.
Hari semakin gelap. Windy menghentikan langkah kakinya. Sudah berapa lama ia berjalan?
Windy menoleh ke arah belakang. Tidak ada tanda-tanda perempatan jalan yang tadi ia lewati. Dengan panik dia melepas headsetnya lalu berlari ke depan. Jalan yang ia lalui bukanlah rumah sempit lagi, melainkan jalan setapak yang tidak pernah ia lewati.
'Masa nyasar sih?' dia membatin.
Jarak sekolah dengan rumahnya memang agak jauh. Tetapi ia tidak merasa se-pikun itu untuk melupakan jalan pulang. Setidaknya dalam kurun waktu 3 tahun ia selalu pulang melewati jalan yang sama.
Ia berhenti dan melihat ke arah ponselnya.
5.30 p.m
Windy mengerutkan keningnya. Seharusnya ia sampai di rumahnya 20 menit yang lalu. Apakah dia tersesat?
Tidak. Ia tidak mungkin tersesat. Bahkan saat Erina melambaikan tangannya, Windy tahu ia melangkahkan kakinya masuk ke gang rumahnya.
'Apa gw diculik wewe gombel?'
Sambil berusaha menenangkan dirinya sendiri, Windy terus berjalan mengikuti jalan setapak tersebut. Air matanya mulai berdesakan, tapi ia bersikeras menghapusnya lalu tetap berjalan mengikuti jalan tersebut.
Windy berhenti tepat di depan sebuah bangunan besar. Awalnya ia tidak begitu yakin dengan apa yang dilihatnya. Beberapa kali ia coba mengedipkan matanya, lalu menguceknya dengan kasar hingga rasanya sedikit menyakitkan.
"Karasuno?"
•••
Jangan lupa klik '🌟' yaps!
KAMU SEDANG MEMBACA
Isekai • Haikyuu!
Fanfiction"Karasuno" Windy mengucek matanya sekali lagi. K A R A S U N O. Ia berdiri mematung di depan sekolah tersebut. 'GW MASUK ISEKAI?????????' ©senpaikawaiii, 2023