PROLOG

26 2 1
                                    

Happy Reading.....



[Anisa Takdir-ku]



Setelah mengembalikan buku yang telah ia pinjam dari dua minggu lalu ke toko buku, bersama seorang laki-laki, duduk di pelataran toko, Anisa dan Raka saling diam tak bersuara. Lima menit, sepuluh menit, hingga lima belas menit tak ada yang memulai pembicaraan, padahal waktu yang mereka pakai untuk diam, justru sudah menghabiskan sekitar 4 bunga kertas terjual oleh adik kecil di pinggir jalan itu.

"Kamu sebenernya mau ngomong apa? dari tadi diam terus!" akhirnya Anisa lah yang memulai obrolan itu, padahal Raka yang mengajak nya bertemu.
"Kamu ingat tidak kali pertama kita dekat, lalu chatting an?"
"hmm,,ingaat,,mungkin." ucap Anisa ragu.
"dulu aku yang deketin kamu duluan, lewat teman kamu, dari sana kita saling mengirim surat, lalu berlanjut di telepon."
"aku masih ingat wajah kamu yang dulu hingga sekarang, tidak ada perubahan, cantik, dan tersenyum manis." sambil menoleh ke arah ku dengan lengkungan senyum di bibir nya.

"Minggu depan aku berangkat Sa, kita mungkin nggak akan berkabar selama satu tahun!"
"Selama itu?" Anisa bertanya.
"Iyaa."
"Lalu aku bisa apa Ka?"
"Maaf Saa."
"Aku harus terbiasa sendiri, ga bisa cerita ke kamu lagi, ketemu kamu, mungkin juga rindu kamu?"
"aku juga nanti nya sama, ga bisa liat senyum kamu lagi Sa."
"Kamu ya, ada ada aja, emang semanis itu senyum aku?" kata Anisa meledek Raka.
"Senyum kamu itu kaya gulali yang waktu kecil sering kita bikin dari gula putih, di taruh di sendok, abis itu dibakar di atas lilin, jangan lupa di kasih tusukan dulu, buat pegangan nya, dan rasa nya manis banget, asli dari gula nya tanpa campuran apapun, hehe."
Raka menjelaskan sebegitu detail, seperti seorang guru yang sedang mengajari anak murid nya.

-----

Lagi lagi aku teringat pada percakapan kali terakhir dengan nya. Padahal ini baru enam bulan, setengah nya dari waktu yang Raka katakan.
Ah sudahlah,, aku harus segera pulang, tidak terasa juga ya, aku hampir menghabiskan tiga puluh menit di taman sekolah. Tapi memang sekolah ku tidak terlalu sepi, di sebabkan ada perkumpulan Jatras perekskul, dan aku, tentunya bukan Jatras.
Aku berdiri, melangkahkan kedua kaki ku menuju tempat parkiran, mengambil kunci motor di saku kanan, lalu menyalakan motor matic kesayangan, dan melaju dengan kecepatan 40, menurut ku itu sudah batas normal.

Tapi ada saja yang masih mengatakan itu tidak baik, untuk anak perempuan, harus di bawah kecepatan 40, gapapa sampai rumah lama asalkan selamat, itu yang di katakan sebagian orang. Aku tidak peduli apa kata sebagian orang itu, karna menurut ku, yang penting suasana hati lagi baik, badan sehat, ga macet, ga ada mobil ambulan yang lewat, boleh saja ambil kecepatan 40 itu.

"Akhirnya sampai rumah juga, Assalamu'alaikum Ibuu." ku hampiri ibu yang menghentikan sejenak kegiatan memotong buah melon itu, lalu ku raih tangan nya, untuk di salami.
"Wa'alaikumussalam.."
"Ko baru pulang Teh, ke perpus dulu?"
"Hehe maaf Bu, tadi duduk dulu sebentar di taman, aku ke kamar ya Bu." ucap ku sambil berjalan ke dalam kamar.
"Eh teteh mau ngga melon nya?"
"Mau dong Bu, sisain di kulkas, nanti Nisa makan."

Ternyata jadi siswa SMA akhir itu gini ya rasa nya, pulang pulang ngerjain tugas, besok nya belajar lagi, keesokan nya sama ada tugas lagi, berharap cepet weekend.
Tuh kan,, Aku selalu lupa, bahwa hidup kita wajib di pertanyakan, kalo kita cuma nunggu besok nya ngerjain hal hal yang sama terus, kita nunggu supaya cepet ketemu hari Minggu, padahal kita bisa nikmatin hari demi hari tanpa harus menunggu keesokan harinya, kita bisa kerjain kewajiban kita sebagai seorang pelajar, atau ngelakuin sesuatu yang kita suka, tanpa harus merasa terbebani.









_Kota Kuda, 31 Agustus 2021_

______











Salam Kenal semuanya aku baru belajar buat nulis cerita,
Semoga kalian suka cerita nya.
Jangan lupa vote & komen nya.




See you next Chapter.....

Anisa Takdir-kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang