1. DIA

949 132 217
                                    

HAI!!! SELAMAT DATANG DI KARYA KEDUA KU. AKU HARAP KALIAN AKAN SUKA YA DENGAN CERITA INI! 🦋

RAMEIN YA, BIAR AKU CEPET UP😇

SELAMAT MEMBACA KALIAN🖤

1 September 2021

••••

Hari yang melelahkan untuk mereka yang sedang melakukan MOS. Matahari yang benar-benar sedang berada di atas kepala, membuat keringat membasahi badan, serta baju. Mereka benar-benar seperti habis mandi.

"Edan siah, why kitu kita harus di jemur di sini?" pertanyaan yang keluar dari mulut gadis dengan pita berwarna biru muda yang di jadikan sebagai ikat rambut.

"Biar ga kaget pas di neraka," celetuk gadis dengan lilitan pita berwarna hijau di lengan atasnya.

"Gue sih masuk surga nanti," sahut gadis berpita biru muda.

Gadis dengan lilitan pita hijau membalas, "Kalo diliat dari muka lo, Lo ciri-ciri penghuni neraka." Gadis itu menangkup kedua pipi lawan bicaranya, sembari dia gerakkan.

Gadis pita biru tidak membalas ucapan si pita hijau. Dia malah menatap lurus pada satu arah. Bahkan pipinya masih di tangkup, yang menyebabkan bibir gadis itu maju beberapa senti.

Gadis pita hijau mengikuti arah pandang si pita biru. "Cakep ya, stef," ujar gadis itu memandang lelaki di ujung sana dengan pandangan memuja.

"Hooh, Ibu-nya ngidam apa ya, Reen?" tanya Steffi.

"Lah mana gue tau, gue kan bukan Mak-nya," jawab Maureen membuat Steffi menghela nafasnya.

Steffi dan Maureen, mereka layaknya dua manusia yang sudah berkenalan sangat lama. Namun kenyataannya, mereka baru berkenalan beberapa hari terakhir.

"Cakep bener, ini definisi pandangan pertama awal aku berjumpa," ujar Steffi.

"Demen lo?" tanya Maureen, Steffi menyahut dengan anggukan.

"COWO PAKE HOODIE ITEM, CEWE SAMPING GUE SUKA! KATANYA MAMAH LO NGIDAM APA?!" Sialan! Sumpah demi Tuhan, Steffi benar-benar akan merauk wajah Maureen saat itu juga. Semua orang memandang mereka. Termasuk lelaki itu dengan keempat teman-temannya.

"CIEEEEEE!!!" Sorak siswa dan siswi yang berada di lapangan.

Steffi mencubit tangan Maureen. Sumpah! Steffi tiba-tiba ingin memiliki kekuatan menghilang.

"NGIDAM KULKAS!" jawab salah satu lelaki di sana dengan rambut keriting seperti mie.

"JANGAN SUKA SAMA DIA, LO GA AKAN KUAT! MENDING SAMA GUE," Cowo dengan rambut berjambul tersenyum manis ke arah mereka dengan dua alis yang di naik turunkan.

"GAK MAU, MUKA LO KAYA OM PEDO!" sahut Steffi membuat mereka tertawa terbahak-bahak.

Steffi berjalan mendekat ke arah lelaki itu, Maureen yang melihat, membulatkan kedua matanya melihat Steffi yang berjalan kesana.

Saat sudah berada tepat di hadapan lelaki tadi, Steffi mulai berbicara. "Gerald ..." ujarnya saat melihat name tag lelaki itu, "minta nomornya dooong." Steffi mengulurkan ponselnya.

Mereka melongo melihat Steffi yang sangat berani. Gerald menatap ponsel yang di sodorkan oleh Steffi tanpa ada niat untuk mengambil.

"EGELO, WEDAN SIAH," Seru lelaki berambut ikal. Selama ini memang banyak gadis yang mendekati Gerald, dengan segala macam cara, namun mereka selalu menggunakan perantara. Jadi bukan mereka sendiri yang berusaha.

Namun kali ini, mereka di buat tercengang oleh satu gadis yang dengan pede dan tenangnya, meminta nomor lelaki bernama Gerald. 

Steffi yang melihat Gerald diam saja, berinisiatif untuk memberikan nomornya pada lelaki itu. Dia melirik sekeliling, lalu menghampiri satu lelaki yang sedang duduk dengan buku tulis di sampingnya.

"Tono!" panggil gadis itu, lelaki yang di teriaki menengok, "gue?" tanyanya sembari menunjuk diri sendiri. Steffi mengangguk. Lelaki itu menggeleng, "maaf, nama gue bukan Tono. Nama gue Agus." Lelaki itu menunjuk kardus berbentuk perisai yang dia kalungkan di leher, di kardus itu terdapat identitas dirinya.

Steffi menutup mulutnya, "oalah, maaf atuh, gue ga tau nama lo siapa," Steffi mulai mendekat, "gue minjem kertas sama pulpen dong Ton," ujar Steffi.

"Agus," lelaki itu mengoreksi.

"Heeuh, maksud gue Agus," koreksi Steffi. Steffi mulai mencatat beberapa angka pada kertas yang sudah dia sobek. Saat sudah selesai, dia berterima kasih pada Agus, dan kembali ke tempat semula.

Steffi menggulung kertas itu, lalu memasukkannya pada saku baju Gerald. Steffi tersenyum manis saat sudah berhasil menaruh kertas itu. "Itu nomor gue, kita bisa talk-talk bareng loh," ujar Steffi, "lo gak hafal nomor sendiri kan? jadi gue aja yang kasih nomor gue," Steffi kembali memamerkan senyumnya.

"Orang kalo deg-degan emang suka diem aja, ya? Hm, oke deh, gue maklumin," Steffi befikir bahwa Gerald deg-degan karena dirinya. Padahal nyatanya Gerald memang tidak ada niat untuk berbicara. Lelaki itu hanya menatap Steffi tanpa ekspresi.

Maureen datang, dan langsung menarik Steffi menjauh dari sana. Maureen yakin, Steffi akan menjadi bahan gosip kakak kelas. Ya Tuhan kenapa bisa ada manusia modelan seperti Steffi?

Steffi menengok kebelakang, dia mengangkat jari jempol dan kelingkingnya, menjadikannya sebagai telefon, "nanti calling-calling, ya," ujarnya dengan tangan yang masih di tarik oleh Maureen.

"GOKIL, GEDE JUGA NYALINYA TUH CEWE," seru lelaki berambut KEK JUNGWOO IRU LOH.

"GRANAS," sahut lelaki berwajah tampan, dengan netra hijau yang membuatnya berbeda.

"Kita pantau, sampe kapan tuh cewe bertahan suka sama Kutub Utara,"

••••

GIMANA CHAPTER INI???

STEFFI MENTAL BAJA, BUKAN MENTAL TRIPLEK 💪🏻

AKHRINYA GA SEEEH KITA KETEMU LAGI? WALAUPUN DI CERITA YANG BERBEDA. AKU HARAP KALIAN SUKA SAMA CHAPTER AWAL INI, YA🌸

JUJUR DEG"AN MAU MENCET PUBLISH😭

Oh iya, bakal ada beberapa informasi yang akan aku kasih tau ke kalian, lewat Instagram WARLOCK atau cerita WARLOCK. Tungguin ya!!! 😋

MMMM, BTW, WARLOCK MASIH BERTAHAN DI LIBRARY KALIAN KAN??🌞

KOMEN, "🌸" UNTUK UPDATE CHAPTER SELANJUTNYA!!!!

SAMPAI KETEMU DI CHAPTER SELANJUTNYA 🦋🌸

PIS LOV N SAYANG🐙

Follow ig🤟🏻
@warlock__ofc

NZ🦋

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 01, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

W H Y ¿ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang