Dia yang terbaik [ 2/2 ]

1.9K 237 49
                                    

Junghwan berlari, melewati teman-temannya lalu segera berjongkok meraih kedua pundak kakaknya yang sudah berkondisi kacau; kemeja sekolah yang kusut, dengan kancing yang terpasang sembarang, dasinya bahkan sampai turun ke bawah. Wajahnya memerah akibat menangis, dengan mata yang sudah terlihat sembab.

Namun, tidak ada lagi suara isakan keluar dari bibirnya yang  membengkak. Kini Yoshi hanya dengan tatapan kosongnya, menyandar pada dinding, masih dengan sisa sesenggukannya.

“Siapa orangnya?” Junghwan tanpa mau berbasa-basi langsung bertanya, beralih menatap kedua temannya; Park Jisung dan Watanabe Haruto. Kedua lelaki itu yang sudah berhasil menyelamatkan Yoshi dari salah satu manusia brengsek, hingga membuat lelaki Jepang itu sekacau ini.

Keduanya saling melempar pandangan sebentar, sebelum salah satunya menjawab, “Park Jihoon.”

Tanpa berkata sepatah katapun, dan tanpa bereaksi seperti apa pun, Junghwan kembali menatap tenang kakaknya, merapikan kemeja lelaki manis itu dan menutup beberapa kancing bajunya yang terbuka. “Kita pulang..” Ujarnya lembut meraih tas yang tengah Yoshi peluk, dan memakainya. “Bisa jalannya?” Junghwan membantu kakaknya untuk bangun, namun hanya sebentar lelaki itu berdiri, tubuhnya seketika saja kembali bersiap tumbang, kalau saja adiknya tidak dengan sigap menarik pinggangnya.

“Shhh.. sakit.” Gumam Yoshi dengan manik yang berair, putus asa.

Junghwan segera mengangkat tubuh kakaknya untuk digendong, Yoshi dengan refleks mengalungkan tangannya, dan menyembunyikan wajahnya di leher sanga adik, memejamkan matanya masih dengan bulu mata yang basah.

Dia lelah, dan tidak peduli lagi akan segalanya. Lelaki itu hanya ingin melupakan sejenak tentang kejadian hari ini, itu mengerikan.

Biarkan hari ini dia menjadi seperti anak kecil yang cengeng, karena memang seperti ini lah dirinya. Lemah.

Setetes air mata kembali mengalir keluar, melewati pipinya, namun tidak ada seorang pun yang dapat melihatnya, atau sekedar mengetahuinya. Tidak ada suara isakan di sana. Sepedih itu, sampai-sampai Yoshi tidak tahu lagi harus bereaksi seperti apa.

Yoshi meremet blazer adiknya saat merasa tubuhnya kembali terasa remuk ketika melakukan pergerakan, saat Junghwan meletakan tubuhnya dengan hati-hati pada jok mobil.

“Jaehyuk masih di kantin belakang?”

Haruto yang menyandar pada mobil mengangguk sebagai jawaban.

“Masih ngerdusin anak kelas 3-B kayak nya sih, siapa namanya, Asa..” Jisung berpikir sejenak.

“Asahi.” Timpal Haruto malas.

“Tu anak ngerengek pengen pinjem motor gue tadi, gak punya modal emang,” Dia menyodorkan kunci motornya pada Jisung. “Kasih Jae, bilang, lecet dikit denda.”

“Siap!” Jisung memasang posisi hormat sebelum kemudian menarik Haruto untuk segera beranjak pergi.

Junghwan segera mengambil duduk di bangku kemudi, meletakan tasnya di jok belakang, melirik sebentar kakaknya sebelum kemudian mulai melajukan mobil milik kakaknya itu.

Yoshi yang tengah menyandarkan kepalanya pada kaca mobil seketika menoleh saat merasa tangan kanannya di genggam dengan lembut oleh tangan besar adiknya. Junghwan tersenyum tipis, lalu kembali fokus mengemudi.

Dilihatnya ibu jari sang adik mengusap pelan punggung tangannya. Seketika Yoshi kembali merasa aman ketika sudah berada bersama adiknya.

“Wan..”

“Iya?”

“Jangan bilang ayah sama bunda, ya..”Pintanya masih dengan nada suara yang pilu. Hidungnya sudah tersumbat karena sebelumnya terlalu lama menangis.

Heartbeat [ Yoshwan ]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang