Face

259 30 1
                                    

Apabila boleh jujur, berteman dengan seorang Takahashi Ran adalah hal yang menyenangkan.

Kepribadiannya yang baik serta ramah itu selalu berhasil membuat sang dara nyaman.

Perlakuannya yang lembut pada sang gadis lebih dari cukup untuk membuat orang-orang menyadari adanya sesuatu diantara mereka. Lebih tepatnya pada diri Ran.

Namun sayangnya sang dara malah tidak menyadarinya.

"Wah, bunganya bermekaran!"

Hamparan bunga pink yang indah itu menghiasi di sepanjang jalan. Ran hanya mengulas senyum tipis ketika melihat sang dara berbinar, begitu ketara bahwa ia begitu menyukai musim semi yang identik dengan bunga sakura.

Bunyi derap langkah, gesekan antara jalanan dan sepatu terdengar jelas. Bahkan suara cicitan burung ikut meramaikan suasana. Meski tempat ini cukup sepi, Ran merasa seolah di tengah keramaian.

"Hey, Ran. Apakah kau tau sebuah mitos tentnag wajah?"

Sang jaka hanya menggeleng pelan. Manik matanya bergulir, melirik sang gadis yang bersemangat menjelaskan.

"Menurut mitos, wajahmu sekarang adalah wajah dari orang yang kau cintai di masa lalu."

Pemuda itu terdiam, matanya tak lepas dari wajah rupawan sang gadis. Bunga sakura yang berguguran menjadi background yang menakjubkan. Sinar mentari yang menembus sela-sela pepohonan menambah apik visual sang gadis.

Ah, ia memang begitu cantik dari sisi manapunku pandang. Ucap sang jaka dalam batin.

"Kau di masa lalu memiliki selera yang bagus. Lihat saja wajah tampanmu itu."

Jika para gadis umumnya malu untuk mengutarakan isi hati mereka, maka berbeda pula dengan sang gadis yang ia sukai ini. Sang gadis adalah satu dari sekian wanita langka yang berani mengutarakan isi hatinya dengan gamblang. Ran tau itu sejak mereka masih kecil.

"Aku tampan? "

"Ya Tuhan, apakah kau tidak pernah melihat cermin? Lihatlah, kau sangat tampan!"

Tanpa sadar Ran meremas tangannya. Sang dara sendiri sibuk berceloteh mengenai hari-harinya di sekolah.

Secara tiba-tiba dua pasang netra itu bertemu, mengahantarkan rasa hangat di rongga dada sang pemuda. Ia diam, terus memandangi wajah sangat gadis dalam diam.

"Ada apa? Apa ada yang salah dengan wajahku?"

Sang gadis berkedip pelan saat pemuda itu mendekat, menjerat Sang gadis dalam tatapannya.

Tawa Ran mengudara.

"Hahaha, maaf, sepertinya aku terlalu mengagumi wajahku di masa depan nanti."

Adiwarna.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang