01 | Lost

1K 90 4
                                    

Aku melangkahkan kakiku menuju tepi danau dengan langkah lambat. Setelah itu aku berjongkok dan menoleh ke belakang untuk yang kesekian kalinya. Bukan apa-apa, aku hanya memastikan kalau tidak ada orang lain yang melihatku dari kejauhan atau menyadari kehilangan sosokku di antara mereka.

Setelah memastikan itu, aku'pun melihat ke arah air danau yang pagi hari ini tampak bergerak tenang. Angin yang berhembus sedikit kencang membuat kedua mataku sedikit berair. Kupikir karena debu atau semacamnya, tapi entah bagaimana air mataku kian deras menetes. Bahkan isakan tidak bisa lagi aku tahan dari mulutku. Hatiku juga terasa nyeri, seperti ditusuk-tusuk oleh puluhan atau mungkin ratusan pisau. Sakit sekali.

Ayah.. aku merindukanmu, aku membatin.

Ya, hari ini adalah hari pemakaman Ayahku, Tony Stark.

Aku tidak tahu apapun soal kematian Ayah. Bahkan Ibuku, Pepper Potts, tidak memberitahu dengan detail padaku apa yang terjadi pada Ayah. Yang dia katakan hanya,

"Ayah hanya sudah merasa lelah. Dia butuh istirahat."

Ya, aku tahu itu. Aku bisa mengetahuinya sendiri. Namun melihat keadaan semua orang yang berantakan dan kotor ketika membawa tubuh tak bernyawa Ayah, aku yakin kalau pasti telah terjadi sesuatu. Dan setelah menguping pembicaraan Steve dengan Nick tadi subuh, semuanya menjadi jelas.

Tapi mengetahui kebenaran itu sebenarnya membuatku menyesal. Aku jadi merasa bersalah karena sering tidak mendengarkan perkataan Ayah. Entahlah karena memang usiaku atau bukan. Tapi wajar'kan untuk seorang anak perempuan yang berusia 13 tahun menjadi anak yang paling menyebalkan?

Ya, tentu saja! Tidak ada yang bisa menyangkal itu!

Aku menghapus air mataku dengan sedikit kasar ketika mendengar suara langkah kaki yang mengarah ke arahku. Aku juga langsung memalingkan wajahku ketika orang itu duduk di sebelahku. Aku bisa merasakan kalau orang itu tengah menatap ke arahku dengan raut wajah sedihnya sekarang. 

"Ayahmu tidak mengatakan apapun disaat-saat terakhirnya."

Mendengar itu, entah kenapa air mataku kembali menetes.

"Tapi aku yakin, menjaga dan menyayangimu adalah pesan yang ingin dia sampaikan."

Aku kembali menangis terisak. Namun kali ini terdengar cukup keras sehingga tentu saja semua orang sudah menatap ke arahku dan Steve dari kejauhan sekarang.

Aku tentu tidak pernah menyangka kalau di usiaku yang baru menginjak 13 tahun ini, aku sudah merasakannya. Ditinggal oleh lelaki yang menjadi cinta pertama dalam hidupku.

Suara langkah kaki yang cepat tiba-tiba terdengar. Dan aku bisa merasakan kalau tubuhku direngkuh oleh seseorang yang dari aroma tubuhnya saja aku sudah mengenalinya.

"Aku tidak bermaksud membuatnya sedih, Nat." Steve berkata sambil bangkit berdiri.

Natasha berdecak samar. Setelah itu dia berkata, "Beri dia waktu, Steve. Semuanya terjadi begitu cepat untuknya."

Aku'pun memeluk leher Natasha sambil terus menangis. Setelah itu, Natasha membawaku masuk ke dalam rumah. Setibanya di ruang tamu, Natasha mendudukkanku di sofa. Ibu juga ikut masuk ke dalam rumah untuk memastikan keadaanku sudah lebih tenang. Namun selama Ibu bertanya padaku, aku hanya bisa membalas dengan gelengan atau anggukan saja.

Natasha benar, semuanya memang terjadi begitu cepat.

"Minumlah dulu, Y/n," ucap Natasha seraya menyodorkan segelas air ke arahku. Aku menerimanya lalu meneguknya lambat.

Ibu di hadapanku tidak henti-hentinya mengelus rambut serta wajahku, bahkan setelah aku selesai minum sekalipun. Aku'pun berakhir memeluk leher Ibu dan kembali menangis dalam pelukan kami. Samar-samar, aku mendengar suara isak tangis Ibu.

Little Stark ; y/n starkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang