Chapter 3 Ribuan Li

29 2 0
                                    

Youran : "Kalau saja aku masih memegang pedangku ... kalian lihat, siapa yang berani menindasku!"

Aku menggumam sendiri sambil berbelok memasuki gang. Lalu aku menengok ke kanan dan kiri, akhirnya menemukan sudut yang cocok untuk bersembunyi.

Setelah berpikir-pikir, aku mengambil sebuah keranjang besar dari sebelah kanan, dan menelungkupkan keranjang itu ke atas kepalaku, hingga menimbulkan bunyi "dung". Aku lalu membenamkan badanku di dalamnya, tak berani bergerak.

Baru saja aku berdiam diri, tiba-tiba suara-suara langkah kaki yang tak beraturan menghampiri telingaku. Disusul oleh suara maki-makian kasar.

Preman A : "Kok bisa hilang?"

Preman B : "Aku melihatnya lari ke jalan ini. Pasti bersembunyi! Ayo kita cari!"

Begitulah, mereka lalu berpencar dan mencari ke sana kemari di sepanjang jalan kecil ini. Mereka bahkan mengacak-acak lapak bapak-bapak dan ibu-ibu yang berjualan di tepi jalan.

Youran : "Orang-orang ini bagaimana sih?!"

Youran : "Orang-orang ini bagaimana sih?!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku mengomel dengan suara pelan. Ragu-ragu, haruskah aku memperlihatkan diri dan memancing mereka pergi? Jika aku tak muncul, mereka pasti akan membuat berantakan lapak dan toko di sepanjang gang ini, sehingga para penjual tidak dapat berjualan.

Di saat aku ragu-ragu, tampak seorang lelaki preman yang galak berdiri di depan lapak penjual bakpao. Preman itu membuka kukusan bambu, dan dengan sembarangan tangannya mencomot sebuah bakpao dan menggigitnya.

Kakek penjual bakpao : "Aduh! .... Kukusan bakpao ini, mana mungkin bisa menyembunyikan orang?"

Preman A : "Bicaramu ngawur!"

Preman penindas itu menampilkan ekspresi garang dan bengis, hingga membuat terkejut kakek penjual bakpao itu. Kakek itu menjadi gemetar dan tak sanggup berkata-kata lagi.

Sebenarnya kesabaranku sudah habis, di dalam keranjang aku mengangkat kepala, ingin keluar menghentikannya. Siapa sangka, tiba-tiba dari sisi lain muncul suara yang sangat keras.

Youran : "Bagaimana mungkin?"

Aku yang tengah mengangkat separuh keranjang, melalui celah-celah ayaman keranjang bambu itu dapat melihat keluar, ke arah suara keributan itu. Tiba-tiba saja para preman itu sudah jatuh tergeletak di tanah.

Seorang pemuda berbaju hitam berdiri di tengah jalan. Di sekitarnya tampak beberapa orang laki-laki dengan ekspresi ketakutan.

Bai Qi Remaja : "Minggir!"

Karena jarakku cukup jauh, aku tak dapat melihat wajahnya dengan jelas. Namun aku bisa merasakan pemuda ini memiliki aura yang sangat kuat.

Para preman yang membuat kekacauan ini pasti juga dapat merasakan auranya. Suasana di sekitar menjadi tegang. Dalam sekejap mereka berdiri berpencar lalu segera menyerbu ke arah pemuda itu untuk mengepungnya.

BoundlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang