Benih

12 0 0
                                    

Tetes embun dari kelopak daun menandakan sang surya mulai menaiki singgasananya. Kicau burung menghiasi udara di sekitar Panti Asuhan Origin. Nyanyian burung kecil sudah menjadi hal lumrah di telinga Stewart Griffin, bocah 15 tahun yang sejak bayi menjadi penghuni tetap di Panti Asuhan tersebut. Stewart menatap keluar jendela Panti yang bermodelkan bangunan ala Victorian Era tersebut, dengan mata bulat serta dihias warna pupil yang begitu hitam membidik burung tadi. Tatapannya begitu fokus dan tajam bahkan burung-burung tersebut mengepakkan sayap-sayap kecilnya akibat pemburu mini dalam Panti Asuhan.

" Stu, kalo lu lagi ngumpulin nyawa tatapan lu gausah tajem-tajem napa ? nanti kalo ada orang lewat bukan cuma badannya yang lewat nyawanya juga lewat " , gurau Ron, teman satu Panti Asuhan Stewart.

Stewart memalingkan wajahnya menelisik perlahan wajah pucat Aggron. Rambut kasar Ron masih terlihat berantakan meninggalkan kesan mimpinya dalam helai rambutnya. Separuh badannya masih terbungkus selimut di ranjang seberang Stewart. 

" Namanya aja ngumpulin nyawa masa iya gue sambil merem ngumpulinnya, entar dikira gue lagi bertapa ". "Ah... kenapa kau menoleh kesini jangan melukaiku, aku.. aku.." kalimatnya terhenti lalu ia malah menunjukkan jari jempol yang menyilang jari telunjuk tau biasa disebut simbol 'Saranghae'. 

Suara tak asing tiba-tiba memasuki kamar kedua anak 15 tahun ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara tak asing tiba-tiba memasuki kamar kedua anak 15 tahun ini. Suara yang Stewart dan Aggron kenal lebih satu setengah dekade. Tiga gerombolan manusia memasuki kamar tanpa basa-basi , mereka tak lain Riky, Tresdin, dan Mars. Lima sekawan ini dibesarkan dan diasuh bersama-sama dari mereka memakai popok hingga mereka memakaikan popok untuk anak-anak kecil di Panti Asuhan Origin ini. 

" Hei, apakabs budak-budak lumutan ", suara Mars menggelegar ke seluruh penjuru ruangan

Mereka masuk pada waktu yang sangat pas, dimana ada satu laki-laki mengacungkan simbol 'Saranghae' ke laki-laki sebaya lain. Ketiga orang ini sontak mundur perlahan seolah tak ingin mengganggu dunia mereka. 

" SEBENTARRR SEMUA , AKU BISA JELASKANNNN !!!!", seru Aggron beranjak keluar dari pelukan selimut. Dia langsung merangkul dan berusaha keras untuk menjelaskan semua dalam satu paragraf.

Sekilas Stewart tersadar kehangatan di pagi hari ini, senyum kecil terlukis di wajah kecilnya. "Aku harap ini berlangsung selamanya", pikirnya dalam hati.

Semua tiba-tiba diam melihat Stewart senyum sendiri. "Stewart baper tuh , Ron", ketiga homo sapien itu berucap bersama-sama.

Kemudian semua tertawa bersama, tak terasa semua ini sudah menjadi tradisi kita.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Saga Of The Orphan : OriginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang