2

3 1 2
                                    

Naya kini dapat mengukir senyum di wajahnya, perasaannya mulai membaik. ini bukan yang pertama kalinya untuk Arka yang selalu ada ketika Naya sedang kehilangan moodnya. "Arka teman yang baik. yaa, walau sangat menyebalkan." begitulah suara hati Naya. namun Naya tiba-tiba mengingat ulah Geri barusan, ini bukan pertama kalinya untuk Naya, tapi Naya mencoba mengerti posisi Geri, selalu begitu, selalu memaafkan.

"nay?"

"NAY,WOII LO BUDEK AMAT SII."

"hah? gue kaget woilah." tangan Naya menampol helm Arka.

"woi, lo ah jangan asal keplak aja ngapa."

"lo ngapa sih tereak-tereak? kaya orang stres tau ga." ujar Naya.

"ya lo gue panggilan ga denger oon."

"ya maap. ga sadar gue." ucap Naya sambil cengengesan.

"yeee. makan dimana nehh?" tanya Arka.

"makan seblak di tempat biasa aja."

"oke. kok kayanya mendung ya Nay, lo makannya ntar di rumah aja deh, bungkus aja. gue takut lo keujanan. maksudnya kita ntar keujanan."

"iya-iya ga masalah yang penting gue dapat seblak."

Arka mengendarai motornya tidak terlalu cepat, bisa habis ia dicubit oleh Naya jika ngebut. Sejujurnya Arka sangat senang ketika bisa berdua bersama Naya seperti ini, dia tahu dia tidak cukup berani mengungkapkan isi hatinya pada cewek itu. ia takut jika suatu saat mereka pacaran lalu putus, dia akan kehilangan Naya yang ia kenal. ya, Arka terjebak 'friendzone'. walaupun Arka cowok tampan dan cukup pintar, dia juga lumayan terkenal di kampusnya, namun Naya hanya memandangnya sebagai teman, tidak pernah lebih. Arka tak pernah menyukai cewek lain, hanya Naya dalam hatinya. sebanyak apa pun dia mencoba untuk berpindah hati, hatinya akan tetap kembali kepada Naya, hanya Naya.

"Nay, udah nyampe. lo ngapa ga turun."

"eh iya. gue terlalu nikmatin perjalanan soalnya, hehe."

"udah buruan sana pesen, udah mau ujan nih. ntar gue yang bayar."

"iyaaa, bawel lo." tatap Naya sinis lalu beralih ke tukang seblak kesukaannya.

Arka tau Naya pasti sedang memikirkan Geri. cowok itu berulang kali melukai hati Naya, namun terus dimaafkan oleh Naya. Naya terlalu cinta dengan Geri. mulut Arka sebenarnya sudah gatal ingin menceritakan kelakuan Geri kepada Naya, namun ia tak siap melihat Naya sedih. ia juga takut Naya berpikir jika Arka berbohong, dan hanya ingin merusak hubungan Naya dengan pacarnya itu. Arka hanya bisa berharap agar Naya bisa segera sadar kalau Geri tidak baik untuknya.

"Ar, woi ujan. lo ngapa ngelamun sih, siniii buru." Naya memanggil Nathan.

"hah? loh kok ujan." Arka berlari ke arah Naya yang sedang berteduh di tenda yang dijadikan tempat makan seblak itu.

"bego lu. sampe ga sadar kalo ujan."

"lo sih lama banget. keburu ujan kan." sewot Arka.

"noh salahin mang Dadang lama amat masakinnya. hehe" Naya cengengesan melihat mang Dadang yang menatap ke arahnya. "tapi seblak mamang gada duanya."

"alah basi lo Nay." cibir Arka.

"eh ini serius, ga perez. emang enak."

"iya dah serah lo." Arka duduk di salah satu bangku yang tersedia di situ.

"nih, mba Nay." mang Dadang memberikan bungkusan berisi seblak pesanan Naya.

"Arka yang bayar mang."

Arka menatap Naya sinis, "iya iya ini gue bayar." ucap Arka sambil memberikan uang kepada mang Dadang.

"lo makan aja gih Nay. ntar dingin ga enak. lagian masih ujan kita gabisa pulang."

"iya juga. gue udah laper. eh btw lo ga pesen?"

"ga. gue udah makan, gue kenyang. lo aja yang makan."

"yaudah." Naya membuka bungkusan seblak di hadapannya itu, lalu memakannya.

tanpa Naya sadari, saat dirinya makan Arka menatapnya. melihat lahapnya Naya makan membuat Arka senang. entahlah, Naya terlihat menggemaskan sekali. "dia cantik dari sudut mana pun." ucap Arka dalam hati.

Naya tersadar, Arka melihatnya terus.

"em Ar? lo mau?" tawar Naya.

"eh ha apa? ga. gue kan udah bilang gamau."

"ya lu liatin gue mulu. kirain mau." Naya kembali ke seblaknya.

"ga Nay."

"mampus gue, Naya sadar ga ya?" Arka cemas. "ga ga. ga mungkin lah."  ucap Nathan dalam hati.

"ahh alhamdulillah kenyang gue Ar. makasih ya hehe." Naya tertawa menggemaskan.

"aduuh lo ko lucu banget sih Nay, pengen banget gue cubit pipi lo itu." sayangnya itu hanya terucap dari hati Arka. iyalah, mana mungkin dia berani bilang begitu ke Naya.

"hehe hehe". Arka mengejek Naya. "udah berhenti noh ujannya, pulang ayok." Arka beranjak dari tempat duduknya lalu menaiki motornya.
Naya menyusul langkah Arka. "makasih mang." kata Naya kepada mang Dadang. "sama-sama mba Nay."

suasana hati Naya sudah membaik. dengan seporsi seblak moodnya kembali. dia menikmati perjalanan pulang ke rumahnya dengan senang.

-
-
mereka berdua sampai di rumahnya. Naya pun turun dari motor Arka. "Makasi banyak, Ar. gue ngantuk mau tidur, bye." Naya melempar senyum manisnya itu pada Arka.

"iyee." jawab Arka dengan nada datar. boleh saja wajah cowok itu datar, namun hatinya meledak ledak sekarang.

Arka masuk ke kamarnya lalu menjatuhkan tubuhnya di kasur. "ah senyum lo itu Nay, bisa bikin gue diabetes." kata Arka seraya memeluk gulingnya lalu mendusel-dusel kan wajahnya disana. Arka tak bisa berhenti mengingat senyum Naya. "ahhh sial gemesin banget." Arka gelimpungan kesana kemari. "kapan gue bisa milikin lo Nay Nay..."

nahh gimana nih ceritanya? haha gaje ye? kalo kalian suka jangan lupa vomen ya, timakasi see u next part ❤

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 07, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Tetangga Seberang RumahWhere stories live. Discover now