Daisy

8.9K 911 102
                                        

Setelah sekian purnama, akhirnya up juga.
Btw apa masih ada yang nunggu story ini??
kalo banyak respon dari kalian, aku usahain up terus sama kaya story2 lainnya.







🌸 Tapi apalagi yang membuat hati berdesir selain pertemuan yang tidak disengaja? 🌸






= MISTAKES =

Haechan menyeka keringat yang mengucur deras di sepanjang dahi, membawa kakinya untuk berlarian kecil menyusuri taman besar yang ada di depan kompleks mewah rumahnya.

Sedikit merenggut kesal karna Park Jihoon sahabatnya, sedari tadi sibuk bermain ponsel hingga membuatnya tak fokus olahraga pagi ini.

Matanya terus menatap benda pipih itu seperti anak muda yang sedang kasmaran.

"Chan, malam ini Lucas mengajakku untuk nonton balapan motor, apa boleh??" tanya Jihoon setengah berteriak, menyusul Haechan yang sudah berlari lebih dulu.

"Come on Ji, kalian baru kenalan dan balapan motor liar itu bukanlah hal baik untuk ditonton." lirih Haechan sambil menghentikan langkahnya.

"Please Chan, aku sudah mengatakan pada Ibuku malam ini tidur dirumahmu, untuk belajar." mohon pemuda itu sungguh-sungguh.

"Tapi Ji-----"

"Bantu aku sekali ini, Oke" potong Jihoon sambil menutup mulut Haechan dengan telapak tangannya agar tak menolak lagi.

Si keras kepala Park Jihoon ini sangat lihai membawa Haechan dalam masalah karna kenakalannya.


Seo Haechan melirik jam besar yang ada di dinding kamarnya, baru pukul tujuh malam.

Dan Ia tentu sudah siap untuk bersantai di akhir pekan ini, mendengarkan Jaemin bermain piano dengan kelihaian jemari lentiknya.

Melodi merdu yang dihasilkan kembarannya itu bahkan mampu membuat Haechan tertidur pulas.

Musik klasik Canon in D major  karya Johann Pachelbel bergema di sepanjang lantai atas rumah mewah milik mereka.

Jaemin begitu terampil hingga siapapun yang mendengarkannya mulai hanyut dalam alunan merdu itu.

Tapi sialnya, meditasi yang Haechan lakukan selalu saja mengalami gangguan.

Deringan ponsel miliknya membuat Haechan sedikit merenggut, entah siapa yang gemar menghubunginya saat malam di akhir pekan ini.

Namun sedetiknya, kekesalan Haechan langsung berubah menjadi panik saat melihat nama Ny. Park tertera di layar ponselnya.

Haechan berlarian menuruni anak tangga untuk mengangkat panggilan, takut mengganggu fokus Jaemin saat bermain piano.

Sambil menghela nafas gugup, Haechan angkat panggilannya.

"Selamat malam Mrs. Park," ujarnya sopan.

'Haechan-ah,  maaf mengganggumu malam ini, tapi ponsel Jihoon tak bisa dihubungi.' kata Wanita paruh baya itu lembut dari seberang telepon.

Tubuh Haechan langsung bereaksi panas dingin, Ia belum memikirkan alasan untuk pertanyaan ini, lagipula Ia tak menyangka jika Ibu Jihoon akan menghubunginya.

"Ummm, maaf Bu. tapi Jihoon sudah tidur semenjak setengah jam yang lalu. Apa Ibu punya pesan untuk di sampaikan??"  Haechan menghela nafasnya legah setelah mendapatkan jawaban dan berbohong.

'Tentu Chan, katakan pada Jihoon, besok pagi Ibu akan menjemputnya untuk melakukan cek darah rutin.' balas Ny. Park sebelum mengucapkan salam dan memutus panggilan telpon lebih dulu.

Mistakes [ MarkHyuck ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang