Tidak ada yang begitu spesial bagi hari-hari Binta,kehidupan monoton selalu menemaninya.
Bahkan Binta tidak pernah berteman dengan siapapun kecuali Coco,kura-kura berkulit kecoklatan yang mengisi harinya.
"Non,mbok bantu siap-siap ya" ucap pembantu Binta sambil menata perlengkapan mandi Binta.
"Tidak perlu mbok,anda boleh keluar" tolak Binta yang tentu saja dituruti oleh mbok.
Setelah mbok keluar,Binta merapikan tempat tidur serta bekas peralatan belajarnya lalu menuju ke kamar mandi saat kegiatan tadi terselesaikan.
Selesai mandi,Binta menyiapkan sendiri barang-barang yang tadi sempat di tata oleh mbok.
"Aku liburan dulu ya,kamu baik-baik disini!!" ucap Binta seraya mengelus si Coco.
Cukup dengan acara berpamitan,Binta keluar dari kamar lalu menuju ke ruang tamu.Disana sudah ada supir pribadi Binta yang menunggunya.
"Biar saya bawakan non" Binta menyerahkan tasnya lalu pergi keluar dari rumah.
Selama perjalanan,Binta tidak pernah membuka suaranya yang ia lakukan hanyalah menatap kendaraan berlalu lalang serta beberapa aktivitas manusia.
Rumah Sakit Medika Harapan
Mobil yang Binta tumpangi telah sampai di tempat tujuan,"biar saya sendiri pak" tolak Binta saat supir hendak membawakan tasnya.
Binta berjalan sendiri memasuki rumah sakit,melewati beberapa lorong rumah sakit.
Hingga tibalah dia di ruang miliknya,ruangan yang penuh dengan kekhawatiran,penuh akan luka serta tangisan keputus asaan.
"Bagaimana jantung kamu?apa masih nyeri setelah operasi?" tanya Dokter kala Binta menata beberapa barangnya di ruangan.
Binta hanya menjawab dengan gelengan sambil terus menata barang yang ia bawa.
"Jangan banyak gerak,istirahatlah" ucap Dokter lalu pergi dari ruangan Binta.
Sesudah menata barangnya,Binta merebahkan diri di brankar sambil menatap ke atas.
Rasanya baru kemarin Binta singgah di tempat ini,sekarang dia harus singgah lagi.
Ditengah lamunanya,para Suster memasuki ruangan Binta sambil membawa alat-alat.
"Kita akan mulai pasang alatnya dulu ya" ucap Suster seraya memasang alat detak jantung,infus serta kawan-kawannya.
(Maaf bila salah kata,karena author tidak tau betul tentang peralatan di rumah sakit)
Seperti makanan,Binta merasa sudah hafal rasanya suntikan bahkan dia sama sekali tidak merasakan apapun saat benda tajam itu menembus kulitnya.
Sepeninggal para Suster,Binta kembali melamun sambil berharap kapan dia akan bebas dari ini semua.
💧💧💧
"Re,ada apa?" tanya Satya saat ia melihat Reksa yang berdesis kesakitan kala rapat berlangsung.
Reksa menggeleng sambil mengangguk menyakinkan temannya yang khawatir dengan dirinya.
Dengan rasa sakit yang masih menyelimuti,mau tidak mau Reksa harus menahannya demi rapat perusahaan yang sedang berlangsung.
Walau perih melanda Reksa tetap akan konsisten dengan apa yang dilakukannya sekarang,apalagi ia akan ditunjuk sebagai pimpinan di perusahaan.
"Baiklah saya rasa cukup sampai disini bila ada kekurangan bisa kita bahas setelah peluncuran produk baru" ucap Reksa.
Reksa keluar dari ruangan rapat,saat keluar Reksa sudah dihadapi dengan tumpukan berkas yang dibawa asistennya,"Pak,berkas ini perlu ditanda tangani" namanya juga pekerjaan,semakin dihindari malah semakin banyak.
Terpaksa Reksa mengerjakan berkas itu lalu lagi-lagi ia merasa kesakitan di bagian perut.
Reksa tidak tahu apa yang terjadi dengan perutnya,belakangan ini ia selalu merasa aneh dengan perutnya apalagi saat ia melakukan aktivitas berat.
Setelah bergulat dengan berbagai berkas,Reksa pulang ke apartemen yang dekat dengan kantor.
Tanpa pembantu,Reksa menata sendiri barang-barangnya bahkan dia juga memasak untuk dirinya sendiri.
Sebenarnya Reksa sudah dipaksa oleh sang mama untuk tinggal bersama keluarga besar,namun Reksa menolak dengan alasan jarak rumah orang tuanya yang jauh dari kantor.
Seperti biasa,aktivitas Reksa sepulang kerja adalah membersihkan badan,membuat makanan dan yang terakhir istirahat.
Ditengah jam tidurnya,Reksa merasakan nyeri dibagian perutnya hingga membuat ia bergerak tak karuan menahan sakit.
Keesokan harinya,Reksa meminta untuk izin kerja karena ia berniat untuk menemui temannya yang kebetulan seorang dokter.
Ya,Reksa penasaran dengan keadaannya saat ini sehingga dia ingin sekali memeriksakan diri.
"Re...lo udah datang ternyata" ucap Vano teman Reksa yang menjadi Dokter.
"Ayo masuk" sambungnya.
Setelah pemeriksaan,Vano mempersilahkan Reksa untuk duduk di kursi konsultasi.
"Berapa lama waktu yang gue perlukan untuk sembuh?" tanya Reksa dengan gurat kemarahan.
"Untuk sembuh dari penyakit ini tidaklah mudah Re tapi kita akan usahakan namun bisa saja kau hanya mempunyai waktu yang sedikit untuk bertahan" jelas Vano.
Reksa keluar dari ruangan Vano dengan wajah pasrah dan langkah yang lesu.
Rasanya Reksa enggan datang ke tempat ini lagi,apalagi ucapan Vano masih terngiang-ngiang di kepalanya.
"Gimana No hasilnya?" Cerca Reksa setelah pemeriksaan.
"Lo mengidap kanker pankreas" jawab Vano.
💧💧💧
Binta merasa bosan di ruangan sehingga ia memutuskan untuk pergi ke taman rumah sakit walaupun sebenarnya dokter sudah melarang melakukan aktivitas.
Dengan membawa alat infus serta oksigen yang menempel di hidungnya,Binta mulai keluar meninggalkan ruangan.
Untung saja tidak ada perawat yang berjaga,segera Binta bergegas menuju taman.
Karena terburu-buru,Binta tidak sengaja menabrak pria yang berjalan berlawanan,"maaf" ucap Binta lalu melanjutkan perjalanannya menuju taman.
Akhirnya Binta sampai ditaman,ia mendudukkan diri di bangku taman sambil memandangi kolam ikan.
"Aku harus pulang!" terdengar suara wanita yang duduk dibangku sebelah.Binta melihat wanita itu berpakaian serta membawa peralatan yang sama seperti dirinya.
Wanita itu melepas infus serta baju pasien yang ia pakai dan pergi meninggalkan barang-barangnya di bangku taman.
Binta mengawasi gerak-gerik wanita itu,Binta kira wanita itu tidak akan lolos namun dia salah wanita itu berhasil melewati penjaga.
Tidak ingin kehilangan kesempatan,Binta juga melakukan hal yang sama.
Melepas baju pasiennya dan meninggalkan alat di bangku taman,ia pun bergegas pergi dan ternyata berhasil juga.
Binta berjalan cepat hingga menemui taksi,dia berencana untuk pulang karena sudah kangen dengan Coco.
Sesampainya dirumah,Binta melihat ibunya yang sedang bercanda ria dengan laki-laki namun Binta tetaplah cuek,ia berjalan tanpa melihat apa yang terjadi disana.
"Binta kamu bagaimana bisa kembali?" tanya mama Binta.
Binta menghentikan langkahnya dan membalikkan badan,"Binta gak akan ganggu,anda silahkan nikmati saja" ucap Binta lalu menaiki tangga menuju kamarnya.
Vote & comment dari kalian
🌚Sangat berharga🌝
KAMU SEDANG MEMBACA
Our 60 Days
RomanceBINTA,seorang gadis yang terpaksa bertahan hidup dengan jantung yang hampir rusak. REKSA,seorang pria yang putus asa dengan penyakit kanker yang diidapnya. Pertemuan awal mereka diawali karena ketidak sengajaan takdir yang mempertemukan. Pertemuan i...