11.

1.5K 97 0
                                    

Jarak

Happy reading!
=====

"Perasaan matahari di luar sana lagi terik-teriknya deh, kok gue malah kedinginan ya?"

Gerald mendongak sesaat, lalu kembali menatap ponselnya tanpa mengeluarkan satupun kalimat untuk menjawab pertanyaan Ares.

Brak

"Gue berasa ngomong sama patung," tukas Ares setelah meletakkan botol air miliknya kasar.

Zayyan menarik nafasnya panjang. Pandangannya naik, menyusuri wajah Zayn dan Gerald yang semakin enggan mengeluarkan suaranya semenjak kejadian kemarin.

"Zayn ngomong kek."

"Hm."

Ares berdecak. "Ngomong Zayn, bukan berdehem," koreksinya.

"Malas."

"Rald?" Panggil Ares.

"Ogah!"

Ares menggeleng dramatis. Tidak ada yang bisa diharapkan dari Zayn dan Gerald. Ares beralih ke Zayyan, berharap cowok itu mau memberikan respon yang lebih baik.

"Zayyan."

"Apa?"

"Lo kan baru pindah kemarin. Kira-kira lo punya pertanyaan nggak buat gue? Apa aja, gue bakal jawab. Letak lapangan misalnya. Setelah ini kan kita olahraga tuh," tawar Ares terkesan memaksa.

Zayyan menggeleng tanpa berpikir dua kali, membuat Ares mendengus. Ternyata Zayyan sama saja.

"Lo bertiga nggak asik," decak Ares sembari mengedarkan pandangannya ke penjuru kantin.

Matanya berbinar, mendapati Zhafira baru saja memasuki kantin. Ares melambaikan tangannya heboh, menarik atensi tiga orang yang duduk dengannya.

Cowok berseragam olahraga itu seperti menemukan sumber mata air di gurun yang gersang, saking senangnya. Pikirnya, Zhafira bisa membantu dirinya mencairkan gunung es yang mengelilingi dirinya sekarang.

"Ngapa lo?" Tanya Zayyan heran.

"Dasar gila," cibir Gerald.

Zayn satu-satunya orang yang tidak berkomentar. Dia memilih mengikuti arah lambaian Ares, mencari tahu alasan sahabatnya mengembangkan senyumnya.

"Sini Zha," panggil Ares, yang dibalas gelengan kepala oleh Zhafira.

Mereka ber-empat, termasuk Gerald dan Zayyan yang baru menyadari kedatangan gadis itu saat mendengar panggilan Ares, melihat dengan jelas bagaimana Zayn berusaha terlihat acuh akan keberadaan Zhafira.

Gadis itu berlalu begitu saja, setelah menunjukkan tujuannya pada Ares. Rupanya Zhafira belum sembuh dari sakit hatinya.

"Tuh anak udah sadar ternyata," gumam Ares sok sedih.

Zayn menghela nafasnya, mencoba lebih tidak peduli lagi dengan sikap acuh Zhafira yang di tunjukkan terang-terangan. Zayn memutuskan pandangannya, berhenti mengikuti kemana Zhafira melangkah.

"Aneh kan?"

"Lo nyesal nggak?

Tanya Zayyan dan Ares hampir bersamaan, menyambut Zayn yang menatap mereka beberapa detik yang lalu.

"Manusia berhati batu kayak dia nggak bakal ngerti," sahut Gerald, masih dengan kesibukannya mengaduk-aduk minumannya.

Zayn mendesis panjang, menghiraukan Gerald. Cowok itu, lebih pendiam dari sebelumnya. Ini adalah kali pertama Gerald ikut nimbrung, walaupun yang keluar dari bibirnya hanya cibiran.

Critical Point (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang