2. Tentang Orang Sekitar
"Anak mama, kok senyum-senyum si? Kesambet ya?" komentar Linda ketika meletakkan seporsi nasi goreng di depan Ara untuk sarapan putri semata wayangnya itu.
Ara menoleh sekilas pada ibunya dan memberikan cengiran sebelum kembali fokus ke layar i-padnya.
Linda duduk di depan Ara untuk ikut sarapan. "Makan, nak, nanti dingin nasi gorengnya."
"Bentar, ma."
"Lagi ngapain, sih, sampai fokus kaya gitu? Kerjakan pr, ya?"
Ara menggeleng. Tak sedikit pun hilang raut bahagia di wajahnya. "Ini, ma."
Linda sedikit menyipitkan matanya ketika melihat layar i-pad Ara. Terdapat sepuluh poin yang Ara tulis di notes.
Linda tersenyum. "Bagus kalau gitu. Mama jadi tenang kalau Rio selalu ada di dekat kamu."
Ara tersenyum. Mulutnya sudah terisi oleh nasi goreng dan sepuluh menit kemudian Ara dan Linda sudah menyelesaikan sarapan mereka dengan tenang.
Ara beranjak dari duduk. "Ara pergi dulu, ma."
Linda menengadah ketika mengambil piring putrinya. "Gak mau sama mama?"
Ara menggeleng. "Kak Rio udah mau nyampe ma. Udah dulu, ya, Ara pergi."
"Oke, hati-hati, nak."
"Eh, Ara!" teriak Linda membuat Ara berhenti.
"Bilang Rio, mama kirim salam buat Tante Sisi. Kemarin mama ada Whatsapp, tapi belum dibacanya."
Ara mengangguk. Dia sedikit heran, pasalnya jarang sekali Tante Sisi tidak online. "Oke ma. Nanti Ara sampaikan," ucap Ara akhirnya sebelum meninggalkan mamanya.
Figur Rio dan motor scoopynya sudah ada di depan rumah Ara. Ara berlari kecil sambil tersenyum riang. "Katanya baru mau berangkat, kok, udah nyampe?"
Rio terkekeh."Perjanjian nomor 3, Ra," ucap Rio.
Baik, Ara ingat.
3. Jangan membuat Ara/Rio menunggu lama. 100% berlaku untuk Rio dan 10% untuk Ara.
"Masih berlaku kak? Kan udah ada perjanjian baru."
Rio mengangguk. "Gak peduli berlaku atau gak. Kakak akan tetap jemput Ara seperti biasa."
Ah ini dia sikap Rio yang membuat Ara terkesima. Udah deh, sini, yang mau jadi pacarnya Rio lapor Ara dulu. Biar Ara seleksi, dan Ara pilih siapa yang pantas jadi pacarnya Rio.
"Kakak kok keliatannya lemes banget? Tidur malam lagi, ya?" tanya Ara. Sengaja meninggikan suaranya, takut Rio tidak mendengar suaranya.
"Gak, Ara. Jam dua belas kakak udah tidur."
"Itu malam kak!" pekik Ara. "Lagian ini baru semester satu. Jangan terlalu diforsir belajar buat SBM nya, kak. Lagian juga kan ada SNM. Ara yakin kok kakak pasti lulus. Jadi jangan terlalu dipikirkan, ya, kak?"
Ara terlihat cemas. Dan itu wajar. Dia takut tifes Rio balik lagi. Kasian Tante Sisi harus membagi waktunya pada bisnis bunga yang baru dia bangun dan menjaga Rio kalau laki-laki ini sakit. Dan Om Raihan? Ck, Ara tidak yakin kalau laki-laki itu ada jika Rio dalam kesulitan.
Bukannya tidak sayang, tapi Om Raihan lebih memprioritaskan pekerjaannya dibandingkan Rio.
Lihat saja setahun yang lalu, disaat Rio demam tinggi yang akhirnya di diagnosa DBD, Om Raihan tidak ada untuk Rio. Alasannya mudah, haha, iya, karena pekerjaan.
Sepuluh menit berlalu akhirnya motor Rio berhenti di tempat parkir sekolah.
Ara turun terlebih dahulu dari motor Rio bersamaan dengan melepaskan helm. "Kakak dengar, gak, sih, Ara ngomong apa tadi?" Ara terlihat kesal.
Rio melepas helmnya kemudian tersenyum memandang gadis di depannya. "Dengar, Ara," jawab Rio.
"Kalau dengar, jangan tidur malam, ya!" tekan Ara sekali lagi.
Bukan takut, melainkan gemas Rio melihat Ara seperti ini. Akhirnya Rio beranjak dan berjalan sambil menarik tas Ara untuk masuk ke dalam sekolah.
"Kakak! Kakak belum jawab pertanyaan Ara!"
"Ya tuhan. iya Ara. Tapi ada syaratnya."
Ara menautkan alisnya. "Apa?"
"Telfon kakak jam 11. Baru Kakak tidur," pintah Rio.
"Gak! Jam 10 kakak udah harus tidur." Ara malah melakukan penawaran. Jika kaya gini, pas banget dengan pelajaran ekonomi. Ada permintaan dan ada penawaran.
"Gimana? Oke, ya, gak ada penawaran lagi." Ara tampak puas melihat Rio tidak melakukan perlawanan.
"Nanti malam Ara telfon kakak. Habis itu kakak harus tidur. Buat mastikan lagi, Ara bakal telfon Tante Sisi juga," jelas Ara.
Ngomong-ngomong tentang Tante Sisi, Ara baru teringat sesuatu. "Eh, kak,"
"Apa lagi? Kakak denger kok," potong Rio.
"Bukan. Bukan itu," sela Ara cepat.
"Tadi barusan mama kirim salam buat Tante Sisi. Sampaikan, ya! Awas, gak disampaikan. Dosa!"
Rio mengangguk dengan dahi yang mengerut. "Tumben. Kaya gak pernah ketemu aja."
"Nah, itu dia. Kata mama semalam Tante Sisi gak balas Whatsapp mama, jadi mama nitip salam sama Ara buat disampaikan ke Tante Sisi," ungkap Ara.
"Emangnya Tante Sisi sibuk, ya, kak, sampai-sampai gak sempat balas Whatsapp mama?"
Rio tampak berpikir. "Gak juga. Malahan habis punya karyawan baru, bunda terlihat lebih santai."
"Oh, gitu, ya, Kak. Nanti sampaikan aja, ya, salam dari mama. Jangan lupa bilang ke Tante Sisi , semangat dengan bisnis barunya. Jangan kecapean, kalau cape suruh kakak aja yang urus toko bunganya." Ara terkekeh pelan.
"Iya, Ara ..." Rio mengacak rambut Ara. dengan cepat Ara merapikan kembali dan tak lupa memberikan protesan kecil pada Rio.
"Udah cantik, Ratu!" ejek Rio.
"Terserah! Ara ke kelas dulu. Bye!"
....
Kak Rioo
Ara
Maaf ya, kakak gak bisa ke kelas kamu.
Sekarang kakak lagi di lab kimia, ada pertemuan antar ketua kelas.
Sebagai gantinya ada teman kakak yang nganterin makanan buat kamu. Dimakan ya ...Baru saja Ara ingin keluar kelas tapi sekarang di urungkannya.
Mendadak banget ya? 😥
Padahal ada yang mau Ara tanyakan tentang mapel sejarah kak. Ara belum paham semuanya.Kak Rioo
Materinya apa?
Biar kakak cariin materinya di Youtube.Perjuangan Diplomasi kak😥
Kak Rioo
https://youtu.be/SCJLhvtGXLA
Makan dulu baru nonton.Makasih kak.
Semangat rapatnya ^^Kak Rioo
Iya, Ra.
Udah dulu, ya. Rapatnya mau mulai.👍🏻
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Rio & Ara
Fanfiction𝙿𝚎𝚛𝚓𝚊𝚗𝚓𝚒𝚊𝚗 𝚁𝚒𝚘 𝚍𝚊𝚗 𝙰𝚛𝚊 ... 9. 𝚃𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚊𝚍𝚊 𝚕𝚊𝚔𝚒-𝚕𝚊𝚔𝚒 𝚕𝚊𝚐𝚒 𝚜𝚎𝚕𝚊𝚒𝚗 𝚁𝚒𝚘 𝚍𝚊𝚗 𝙰𝚕𝚖𝚊𝚑𝚛𝚞𝚖 𝙰𝚢𝚊𝚑 𝚍𝚒 𝚑𝚒𝚍𝚞𝚙 𝙰𝚛𝚊. 10. 𝙶𝚊𝚔 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚗𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊𝚕𝚒𝚗 𝙰𝚛𝚊 𝚜𝚎𝚕𝚊𝚖𝚊𝚗𝚢𝚊. Ara tersenyu...