Prespektif Miko

200 26 9
                                    

Mark as Miko
Haechan as Candi

Lo pernah ga nembak orang yang bukan literally nembak as in lo todongin pistol melainkan pake kalimat yang mirip "I love you, how about you?" gitu?

Gue pernah dua kali; yang pertama pas SMP terus yang kedua pas gue kuliah semester 6 dan sampe sekarang anak yang gue tembak itu masih jadi partner gue. Namanya Candi.

Ngomong-ngomong, buat yang belum tau nama gue, panggil aja Miko. Nama asli gue sebenarnya Milan Ferdinand Koeswandi tapi kata temen-temen SMP gue itu terlalu cakep, jadilah mereka manggil dengan sebutan Miko yang berakhir kebawa sampe ke temen-temen di kampus.

Oke, balik lagi ke inti pembicaraan. Di sini gue mau ceritain kisah gue dan Candi yang ternyata bisa berubah beda banget dengan apa yang gue pikirin dari masa baru kenal dulu. Semoga kalian ga bosen apalagi ketiduran sampe close tab platform ini hahaha

***

Gue kenal Candi lewat himpunan yang sama-sama kita ikutin di kampus. Posisinya dia adik tingkat setaun di bawah gue, yang mana pas dia masih semester satu gue udah semester tiga. Selama Candi masih berstatus calon anggota baru di himpunan, gue berkesempatan gabung di divisi kedisiplinan (disingkat kedis) untuk acara penerimaan calon anggota. Lo tau lah, semacem ospek masuk yang mana nantinya berujung ada sesi marah-marah di depan api unggun sambil menagih visi misi mereka. Sejujurnya gue pun kurang suka ini, tapi apalah gue anak taun kedua di bawah perintah senior taun ketiga dan keempat. Karena udah terlanjur kepilih, mau ga mau harus lanjut sampai ospek ini berakhir.

Kalo lo mikir selama ospek gue pdkt-in dia, itu salah besar. Justru selama ospek gue ga begitu kenal Candi dan first impression gue ke Candi itu kurang begitu bagus. Lo tau kan tipe-tipe orang yang ga suka ada drama senior sok galak selama acara puncak ospek alias LDK berlangsung? Nah, begitu. Awalnya gue ga nyadar akan kehadiran si Candi di hari-hari pertama ospek himpunan, karena emang udah tradisinya anggota kedis ga boleh sering-sering beredar di sekitar calon anggota dan juga ga boleh terlalu deket biar pas di sesi LDK mereka ngerasa segan karena ga fimiliar sama kita. Biar lebih totalitas suasana tegangnya kalo kata senior-senior di atas gue.

Jadi, ospek himpunan itu berlangsung selama dua bulan dimana calon anggota baru diikut sertakan menjadi panitia salah satu proker himpunan untuk umum. Mereka akan dinilai kinerjanya oleh para koordinator divisi proker itu yang mana menjadi penilaian penting apakah mereka layak dipertimbangkan atau ngga sama sekali.

Biasanya disela-sela persiapan proker himpunan, bakal ada sesi kampus di hari Sabtu-Minggu dari jam 10 pagi sampe jam 12 siang. Di sana calon anggota baru bakal dieratin antar sesama angkatan serta ngenalin senior-senior di himpunan biar ada rasa kekeluargaannya dengan cara pemberian materi, main games, meminta tanda tangan senior dan ngadain sharing pengalaman. Sesi kampus emang asik banget, apalagi buat mahasiswa rantau kaya gue yang belum punya banyak temen.

Sampe akhirnya proker untuk umum itu kelar dengan sukses, tibalah saatnya gue unjuk gigi di sesi LDK (Latihan Dasar Kepemimpinan). Tepat di minggu terakhir ospek, dua hari sebelum berangkat ke puncak, gue sadar akan keberadaan Candi yang keliatan serius nanya-nanya di saat ada alumni lagi sharing dengan calon anggota baru. Gue minta pendapat salah seorang temen seangkatan yang jadi pendamping selama sesi kampus, katanya Candi lumayan berfikir kritis dan aktif ngeluarin suara di kepanitiaan proker himpunan. Tipikal anak organisasi gitulah bro yang supel dan sedikit sarkas.

Miko & Candi - markhyuck ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang