Biru menyeruput kopinya yang masih sedikit mengepul. Pandangannya tak lepas pada seseorang yang sedang terlelap di kasur yang berada di hadapannya.
Andai bisa, Biru ingin sekali menyelinap masuk ke dalam isi kepala perempuan itu. Ia ingin membuka laci-laci ingatannya dan membaca semua yang dipikirkan perempuan itu selama ini. Ia juga ingin menemukan suara-suara yang mematikan mimpi-mimpinya. Biru ingin melenyapkan suara itu.
Biru menaruh gelas kopinya dan mengalihkan pandangannya pada sketsa bangunan di depannya yang sudah setengah jadi. Terkadang ia heran mengapa sulit sekali memahami makna lukisan Nara, padahal dirinya sama-sama suka menggambar. Bedanya yang Biru gambar adalah sketsa-sketsa bangunan yang nampak beraturan dan mudah dimengerti, tapi lukisan Nara hanya hitam putih dengan garis dan bentuk yang tak beraturan.
Ru, dari gambaran kamu itu bisa diibaratkan mimpi-mimpi kamu. Mimpi harus direncanakan dulu. Dibuat sketsanya. Setelah matang dan pasti, mimpi itu harus kamu bangun tinggi-tinggi. Jangan asal pilih bahan bangunan yang murah, biar mimpi kamu gak mudah goyah, apalagi hancur. Mimpi kamu harus kuat dan harus bisa diwujudkan.
Berbanding terbalik dengan Nara, justru Biru harus mempertahankan mimpi-mimpinya untuk tetap hidup. Ucapan Ibunya selalu menjadi pengingat setiap kali ia ingin menyerah. Memang, menyerah terlihat begitu mudah, namun jika sudah menyerah, untuk apa ia hidup lagi?
Biru mengusap wajahnya dan beranjak menghampiri perempuan itu. Ia duduk di tepi ranjang dan mengelus wajah itu dengan hati-hati.
"Nar.... "
"Barusan Tuhan bilang ke aku kalau tiket pesawatnya habis. Kamu gak bisa pergi. Kamu jadi bagian dari mimpiku yang harus aku pertahankan untuk tetap hidup, di sini. Jangan ke mana-mana, Nar. Sekali pun tiket itu udah ada, aku bakal hancurin pesawatnya, biar kamu gak bisa pergi."
"Aku mau jadi egois, Nar. Gak butuh persetujuan kamu, seperti yang biasa kamu bilang ke aku. Aku gak peduli kamu setuju atau nggak, tapi aku akan tetap mempertahankan mimpiku yang satu itu. Kamu harus hidup, Nar. Mimpi kamu boleh mati, asal kamu jangan."
"Kalau kamu nggak berani bermimpi, cukup jadi bagian dari mimpiku aja. Biar aku yang perjuangin, Nar."
——🎨——
Assalamualaikum semuanya. Apa kabar nih?
Aku datang dengan cerita baru lagi. Yups judulnya Lukisan Nara.
Semoga kalian suka 💙Ini cerita yang ternyata udah satu tahun aku simpan di draft dan lupa lanjutin, karena gatau pernah bikin cerita ini 😭
Sebagai pembuka, aku berharap banyak pada kalian. Semoga tetap suka dengan semua karya-karyaku. Dan maaf karena selalu lelet kalau upload.
Makasih juga buat yang udah sempatin baca cerita ini 💙
Sampai jumpa di part selanjutnya,
Lukisan Nara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biru dan Lukisan Nara
Teen FictionNara dan mimpi-mimpinya yang telah mati. Nara tak pernah hidup untuk hari esok. Nara yang selalu ingin mempunyai pesawat untuk pergi mengunjungi Tuhan. Nara suka melukis tentang rasa sakitnya yang tak pernah ia suarakan. Nara yang berusaha untuk te...