13.

1.4K 102 0
                                    

Sekedar janji

Happy reading
=====

"Pelan-pelan aja Zha," pinta Allisya, berusaha menyamai langkah Zhafira yang teburu-buru.

Zhafira diam beberapa saat, membiarkan pertanyaan Allisya tidak terjawab. Dia sibuk mengecek pergelangan tangannya, memastikan jarum jamnya masih menunjuk angka tiga.

"Zhafira pelan-pelan! Lo mau kemanasih buru-buru banget," protes Allisya, karena langkah mereka sudah setengah berlari.

"Gue takut Zayn nungguin gue terlalu lama," jelas Zhafira.

Grap

Allisya menarik tas Zhafira kuat, menghentikan gadis itu. Mata Allisya menyorot Zhafira tidak suka.

"Jadi lo buru-buru karena Zayn?"

"Iya. Dia ngajakin gue pulang bareng."

"Zha!" Panggil Allisya kesal. "Lo masih punya otak nggak sih?" Tanyanya menambahkan.

"Punya Al, otak gue masih di tempatnya," jawab Zhafira gelisah. Pasalnya tarikan Allisya tidak bisa dia lepaskan.

"Allisya gue mau nyusul Zayn."

"Lepasin gue dong Al."

Allisya menggeram, jengah mendengar rengekan bertubi-tubi yang keluar dari bibir Zhafira.

"Lo pulang bareng gue," putus Allisya, menyeret Zhafira kasar.

Cekalan gadis itu tidak main-main kuatnya. Zhafira benar-benar kesulitan melepasnya, terlebih ketika Allisya memindahkan tarikannya ke dasinya.

"Gue nggak bisa nafas Allisya!" Raung Zhafira di sela usahanya tetap sejajar dengan langkah Allisya.

Terlalu berbahaya jika Zhafira berjalan di depan atau di belakang Allisya. Dia tidak mungkin membiarkan lehernya tercekik, dan mengakibatkan jalan nafasnya tersendat. Zhafira menggeleng kuat.

"Besok-besok gue bakal bikin petisi larangan pake dasi di sekolah!"

"Terserah," tukas Allisya.

"Sekalian, gue mau tuntut Zayn, karena kelakuannya yang sudah mencuri hati gue," tutur Zhafira berlebihan.

Bola mata Allisya berputar malas, mencoba lebih sabar lagi.

"Cowok masih banyak Zha!"

"Gue tahu Allisya, tapi gue maunya Zayn doang."

Allisya menatap Zhafira sejenak, langkah kakinya melambat, tapi tidak dengan cengkramannya di dasi Zhafira.

"Lo bisa dapatin yang lebih baik dari Zayn. Apa yang lo harapkan dari cowok modelan dia? Bahkan nggak segan buat berkata sekasar kemarin," ucap Allisya jengkel.

"Zayn udah minta maaf."

Allisya berdecih. Zhafira terlalu bodoh, bukan rendah hati.

"Lo nemuin dia?"

Kepala Zhafira megangguk pelan.

Plak

Allisya tidak tahan. Tangannya refleks menabok lengan sahabatnya.

"Mana janji lo buat jauhin dia? Gue nggak habis pikir lagi sama otak lo yang semakin kesini semakin nggak beres!"

Zhafira memberenggut. Mau bagaimana lagi? Nyatanya dia sesuka itu pada Zayn, sampai mengingkari janjinya pada Allisya dan Gerald.

Zhafira sangat tidak sanggup menjauhi cowok itu lebih lama. Jangankan sehari, setengah hari saja rasanya berat. Zhafira lebih dari terbiasa dengan cowok itu, jadi wajar jika dia tidak tahan untuk tetap berpegang teguh pada janjinya.

Critical Point (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang