00

45 10 2
                                    

Helow, pemanasan duyu gaes. Ini hanya fiksi, jangan konstipasi  ƪ(˘⌣˘)ʃ

***

Penghakiman sepihak acap kali mengombang-ambingkan. Dari sisi itu, Handika mengerti jikalau manusia sungguh hakim yang sangat tidak adil namun kerap andil memonopili urusan yang bukan ranah mereka.

Sesaat, kesan yang ia tangkap untuk satu sosok yang ada pada hadapannya berbeda. Tidak bisa memungkiri, Handika terkesiap kala lelaki yang lebih tinggi darinya tersenyum lalu berpindah dari sofa abu ke jendela besar yang memaparkan kesibukan ibu kota.

Sungguh sosok itu bukan seperti manusia pada umumnya. Dia sama sekali tidak marah dan menyalahkan. Handika mencoba menemukan kejanggalan tatapan mata sosok itu, tapi nihil. Dia tak menemukan keraguan barang sedikit.

"Kau serius?" Handika menatap punggung sosok itu. Sorot matanya menerawang jauh ke depan. Punggung itu, sanggupkah menahan bebannya? Sanggupkah mengemban tugas dengan semestinya?

"Aku tidak pernah ragu dengan keputusanku." Suara bariton sosok itu memenuhi ruangan, membangunkan Handika dari pikirannya yang kacau.

Tubuh sosok itu berbalik menatap Handika. Dia tahu resikonya, tapi dia tidak bisa menunggu keadaan menjadi tenang.

"Jangan hanya terpaku pada pintu yang tertutup, sehingga kau tidak melihat masih ada pintu lain yang terbuka."

"T-tapi ..."

"Datanglah ke kantor besok." Sosok tinggi itu berjalan mendekati Handika.
"Aku tahu, kau bukan sosok yang mudah menyerah, Hanhan." Tatapnya penuh keyakinan pada pria berkaus hitam itu.

***

Redblue, 26 September 2021

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CakrikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang