𓆸 Side Chapter : Alasan Tak Lagi Bercanda

12 3 0
                                    

Pagi itu tidak jauh berbeda dari biasanya, gadis yang hampir berumur enam tahun tersebut dengan asik mencoret-coret lembaran kertas dengan pensil warna.

Rambutnya yang agak ikal dibiarkan terurai hingga kepinggang, supaya pelayan dibelakangnya leluasa membentuk rambut tersebut.

Didekat pintu ada anak laki-laki yang sebaya dengannya sudah siap dengan setelan jas dan dasi kupu, membuatnya terlihat sangat manis.

"Kavin!" sambut Sea.

Keduanya saling melemparkan senyuman, Kavin yang sedikit lebih tinggi dari Sea itu membawa kembali gadis itu kepelayan.

Rambutnya belum juga tertata rapi, karena sering berlari kesana-kesini.

Bagi anak seusia mereka, mungkin beberapa jam terasa lama. Baru saja, mereka bermain kemarin tapi hari ini sudah saling merindukan sahabatnya masing-masing.

"Memangnya, hari ini Kavin ikut?" tanya Sea yang melihat jas Kavin.

"Iya. Kavin pergi bareng mama sama papa, mereka lagi didepan."

Pelayan yang sedari tadi merapikan rambut Sea, akhirnya sampai kesentuhan terakhir.

Gadis kecil itu memandangi bayanganmya dicermin yang seukuran dengan tubuhnya.

Ia mengelus-ngelus pita dikepalanya, lalu tertawa riang melihat pantulannya.

"Sea, cantik ya." puji Kavin.

Sea yang dipuji hanya tertawa menampilkan deretan giginya, yang membuatnya semakin manis.

Kavin mengenggam jari-jari Sea yang seukuran dengan tangannya. Kalau tidak dilakukan, bisa-bisa nanti gadis ini kabur.

Kavin membawa Sea keruang tengah dimana keluarga mereka berbincang, hari ini orang-orang yang datang terlihat sangat rapi.

Namun, gadis kecil itu masih belum tau kemana mereka hendak pergi.

"Kita mau kemana." tanya Sea.

Kavin menggeleng, sama seperti Sea dia juga tidak tahu akan dibawa kemana.

"Papa, Mama gak ikut?" tanya Sea pada Ayahnya.

"Mama udah disana." jawab pria itu sigkat.

Sang ayah menggendong tubuh kecil gadis mungil itu, serta turut menurunkan tangannya yang sedari tadi digigit oleh mulut.

Sea dan ayahnya masuk ke mobil mereka, sedangkan Kavin menuruti kedua orang tuanya untuk duduk bersama.

Sepanjang jalan, tidak ada yang memulai berdialog.

Yang berjasa mengisi keheningan hanyalah Franz Liszt -komposer serta melodi yang ia ciptakan.

Sea sudah hafal dengan lagu itu, karna hampir setiap hari diputar dimobil saat ia hendak diantar ke sekolah.

Indra pendengarnya turut meresapi salah satu karya terkenal milik Franz Liszt yakni 'Mazeppa, S.100/R. 47'.

"Papa, boleh ganti lagu?" tanya Sea.

"Nggak."

Sea lalu melanjutkan aktivitasnya, sambil mendengarkan lagu itu.

...

Didalam mobil, Kavin kesenangan bermain dengan mainan dinosaurus baru yang dibelikan kedua orang tuanya.

Saat memandangi jalan didepannya, ia baru tersadar tentang apa yang hendak ia tanyakan pada dua orang dihadapannya ini sebelumnya.

"Mama, kita mau kemana?"

"Kita mau ke acara mamanya Sea." jawab Ibu Kavin.

Kavin rasanya sering mendengar kata itu tapi dia lupa apa namanya, yang ia ingat hanyalah dimana mereka berada digedung besar dan menonton sekelompok penyanyi.

Persimpangan | YoshiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang