4

3.1K 497 105
                                    

Sosok Haechan menatap kearahnya, lalu senyumnya memudar, Donghyuck kaget bukan main, ini mimpi tapi terasa begitu nyata, kenapa Haechan menatapnya seperti itu?

Seolah mendapat hantaman tiba tiba, Donghyuck membuka matanya dan menyadari bahwa ia masih berada di kamar, kakiknya beranjak dari ranjang yang ia tempati, melangkah menuju pintu dimana hal itu juga ia lakukan di dalam mimpinya

Tangannya membuka knop pintu, ruangan yang ada di depannya berbeda dengan apa yang ada di dalam mimpinya, gelap dan sunyi

"Loh? kamu udah sadar Chan?" Suara dari samping membuat Donghyuck menoleh, ia mendapati seseorang yang gak dia kenal, tapi Donghyuck ingat bahwa pria ini ialah pria yang terakhir kali ia lihat sebelum ia masuk ke dalam mimpi

"Ah iya"

"Masih ada yang sakit?" Tanyanya sambil mendekatkan diri kearah Haechan, tangannya menyentuh dahi Haechan yang terasa bersuhu normal

"Nggak ada kok"

"Ayo balik tidur lagi, yang lain masih pada tidur" Ia membalikkan tubuh Donghyuck dan kembali menuntunnya untuk masuk ke dalam kamar, membantu Donghyuck untuk merebahkan tubuhnya di atas ranjang

"Haechan, jika ada yang mengganggumu, ceritakan semuanya sama aku, kamu tau kan kalau aku mencintaimu.. ah ralat kami semua mencintaimu, jangan pernah beefikir kalo kamu sendirian dan nyoba buat ngelakuin hal aneh lagi, oke?"

Donghyuck mengangguk tanpa memahami apa yang dimaksud pria dihadapannya ini, sungguh Donghyuck sangat bingung dengan permasalahan apa yang Haechan alami.

Akhirnya pria itu keluar, setelah benar benar memastikan bahwa Haechan sudah terlelap.

Tak ada mimpi aneh lagi, Donghyuck benar benar tertidur dengan lelap malam itu

Di pagi harinya ketika bangun, ia melihat ada seseorang yang duduk di ujung ranjangnya, pria itu memainkan ponsel sambil mengunyah roti selai ditangannya.

Donghyuck tanpa sadar menguap, membuat atensi sang pria kini beralih menatap Donghyuck, mereka saling bertatapan beberapa detik

"LOHHH !! Kak Haechan dah bangun toh"

Setelah kata itu terlontarkan, Donghyuck sebenarnya sedikit kaget, mengingat bahwa ketika ia bertatapan dengan Johnny dan juga Jeno, ia bisa mengingat kembali cuilan masa lalu tentang Haechan dan mereka, tapi kali ini kenapa itu tidak terjadi lagi? ah Donghyuck baru sadar jika tadi malam juga hal itu ga terjadi saat ia bertemu salah satu dari mereka.

"Aneh" Gumamnya

"Apa kak? kak Haechan barusan bilang apa?"

"Ahh ngga"

Pria itu menyodorkan piring yang berisi sepotong roti selai

Alis Donghyuck mengernyit, seingatnya ia sudah dua kali diberikan roti selai, apa dirumah sebesar ini ga ada yang bisa ngasih dia makanan yang lebih dari ini?

"Ah anu, semenjak kak Haechan ga sadarkan diri, kami cuma bisa makan makanan yang mudah buatnya, kalo mau makan enak tunggu kak Taeyong pulang kerja dulu baru dia masakin"

"Kenapa ga delivery makanan aja?"

Pria itu memasang wajah bingung mendengar ucapan Donghyuck, "Del apa?"

"Delivery , sejenis pengantaran makanan gitu"

"Emangnya disini ada yang begituan ya?"

Donghyuck terdiam, tunggu.. ini bukanlah jaman penjajahan, mereka semua terlihat begitu modern tapi kenapa delivery saja tidak tau? itukan hal yang biasa dilakukan orang awam di masa saat ini

"Lupakan.."

"Kak Haechan jadi aneh, apa masih ada yang sakit kak?" Ia mendekatkan posisi duduknya hingga tubuhnya berada berselahan dengan Donghyuck

Ah Donghyuck baru menyadari bahwa pria yang lebih muda darinya ini ternyata tubuhnya postur tubuhnya lebih tinggi darinya

Tangannya terulur memeluk tubuh yang lebih kecil darinya, Donghyuck merasakan bahwa tubuhnya seolah olah tenggelam berada di pelukan si pria, "Biarpun aku lebih muda dari kak Haechan, tapi sisi dom ku merasa terluka pas tau kalau aku ga bisa ngelindungi kak Haechan"

"Jangan khawatir, aku baik baik saja" Donghyuck menepuk lembut punggung yang lebih muda

"STOP !! Stop buat bilang kalau kakak baik baik aja.." Pelukan itu terasa semakin erat "..jangan bohong lagi, kumohon" lirihnya sambil perlahan merenggangkan pelukannya.

"Maaf.. Jisung-ah" Ntah kenapa kalimat itu terlontar begitu saja dari mulut Donghyuck, tidak itu bukan Donghyuck, itu sosok Haechan yang hanya seperdetik tadi mengambil alih tubuhnya

Pelukan itu kembali terasa erat, bisa Donghyuck dengar dengan samar bahwa pria yang bernama Jisung itu tengah terisak dengan begitu pelan, "Panggil aku lagi kak"

"Ji-jisung"

Isakannya bertambah, Jisung.. pria yang mengaku dom itu mudah menangis agaknya, atau ia hanya akan menangis karena seseorang

———

"Ntah lah"

"Oh ayolah, kau masih abangnya setelah semua yang terjadi kan?"

"Tapi aku hanya abang tirinya"

"Eii, dia menganggapmu lebih dari itu asal kau tau"

Pria berperawakan tinggi itu terdiam menatap langit malam di balkon kamarnya

"Kau harus tau Mingyu, jangan berhenti atau kau yang akan menyesal"

Si kulit putih keluar dari kamarnya, meninggalkan sosok Mingyu dengan segala fikirannya

"Haechan.." Kepalanya mengadah, membiarkan taburan bintang menghiasi kedua bola matanya "..haruskah aku?"

———

"Ini, makanlah"

"Terimakasih"

Akhirnya setelah dua hari memakan roti selai, ia bisa menikmati ramyeon setelah memohon dengan wajah begitu memelas.

Donghyuck tak bisa menghabiskan sebungkus ramyeon itu sendirian, padahal biasanya perut nya bisa menerima lebih dari itu, tapi sepertinya perbedaan dalam penyimpanan makanan antara Haechan dan Donghyuck terlihat begitu jelas, pantas saja jika tubuh Haechan terlihat lebih bagus darinya

"Aku kenyaang" Donghyuck mengelus perutnya ketika merasakan sebah karena kekenyangan, dia iri pada Haechan, kenapa perutnya ga membuncit setelah makan sampai kenyang begini, ia melirik ke arah mangkok mie nya, masih sisa sedikit lagi tapi sunggu perutnya tak sanggup menerima apa apa lagi

"Chan, kamu tumben makan banyak banget?"

Pria yang ia ketahui namanya Taeil itu terlihat sedikit syok melihat bahwa Donghyuck makan lebih banyak dari biasanya

"Apa aku ga boleh makan banyak?" Donghyuck bertanya dengan raut khawatir, apa mungkin makan kenyang adalah sebuah larangan untuk Haechan?

Taeil mengusak rambut Donghyuck dengan gemas, "Aku senang, sangaaat senang" tubuhnya sedikit merunduk untuk kemudian mengecup kening Donghyuck dengan begitu hangat, "Makanlah yang banyak Chan, tubuhmu terlalu kurus"

Taeil keluar sambil membawa mangkok bekas mie nya, meninggalkan Donghyuck dengan wajah semerah tomat nya, baru kali ini ada orang yang memperlakukannya dengan begitu lembut, dan apa apaan itu tadi? makan banyak? Donghyuck saja harus diet keras hanya karena mantannya benci melihat Donghyuck yang gemuk sedikit saja

"Ck, apa dia mau aku jadi babi?" Gumamnya.

TBC

Yang nunggu book ini ada gak sih?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sun LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang