14.

1.4K 94 0
                                    

Perihal rasa

Happy reading!
=====

Zayyan menghembuskan nafasnya kasar. Cowok itu mengusap dadanya, berusaha tetap sabar menghadapi Zhafira yang badmood.

"Bisa nggak sih tuh muka di baik-baikin dikit ekspresinya?" Sindir Zayyan, menarik helm yang baru saja di lepas Zhafira dari kepalanya.

Zayyan sudah sejauh ini membawa gadis itu, tapi tidak ada sedikitpun rasa terimakasih yang ditunjukkan Zhafira untuknya.

"Senyum dong Zha. Jangan buat orang-orang salah paham, karena ngira gue habis ngapa-ngapain lo!" Ucap Zayyan menahan geramannya.

Zhafira menatap Zayyan malas, kemudian melongos, memutar pandangannya ke arah lain, membuat Zayyan mencekal lengannya.

"Apasih Yan?"

Zayyan melepas jaket jins yang membungkus badannya sejak tadi, lantas memakaikan kain tebal itu di badan mungil Zhafira.

"Gue nggak-"

"-pake!" Sela Zayyan tegas. "Itung-itung lo bantuin gue buat bawa tuh jaket," sambungnya, melupakan sebagian rasa kesalnya yang tadi.

"Kenapa nggak lo tenteng ajasih?"

Zayyan merapikan kerah jaket itu sekali lagi. Zayyan menunduk, menabrakkan pandangannya dan Zhafira.

"Daripada gue tenteng, mending jaketnya buat lo aja. Lumayan buat melindungi badan lo dari hawa dingin," jelas Zayyan, sebelum melenggang.

Alis Zhafira terangkat. Dia menggeleng, membuyarkan sesuatu yang terlintas di pikirannya.

"Lo sendiri nggak dingin?" Tanya Zhafira setelah langkah mereka sejajar.

Zayyan melirik Zhafira sebentar. Tubuh gadis itu tertelan oleh jaketnya.

"Masih kuat kan? Atau jangan-jangan lo udah capek?"

Dahi Zhafira membentuk lipatan halus, bingung dengan maksud Pertanyaan Zayyan. Bukankah cowok itu seharusnya menjawab pertanyaannya? Bukan balik bertanya dengan pertanyaan yang terdengar ambigu di telinganya.

"Maksud lo kuat jalan kaki?" Tebak Zhafira.

Pikirnya, Zayyan mungkin berencana mengitari setiap sudut mall, yang menjadi tujuan dadakan mereka malam ini.

"Lupain!"

Zhafira mengendikkan bahunya acuh, menuruti perintah Zayyan, sekaligus perintah otaknya yang enggan diajak berpikir. Zhafira sedang malas-malasnya menguras kinerja otaknya, apalagi suasana hatinya sedang tidak karuan sejak kejadian tadi sore. Dimana Zhafira akhirnya pulang sendiri tanpa diantar Zayn seperti yang telah cowok itu janjikan.

Sangking malasnya, Zhafira bahkan diam saja, kala Zayyan menarik tangannya menuju salah satu store yang ditempati Allisa, Gerald, dan Ares menunggu kedatangan mereka.

Zayyan dan Zhafira memang datang terlambat, karena diperjalanan Zhafira benar-benar rewel, banyak protes, juga sempat mengajak Zayyan adu mulut di pinggir jalan.

Untungnya Allisya segera membujuk Zhafira lewat telepon agar menurut. Kalau tidak, mungkin Zayyan akan menurunkan gadis itu di tengah jalan. Tidak peduli, jika Zayn maupun sahabatnya siap menerkam dirinya.

"Astaghfirullah Zha! Lo ngapain pake gituan ke mall?" Lontar Allisya menahan pekikannya, saat netranya menangkap penampilan Zhafira.

Kepala Zhafira menunduk, meneliti penampilannya sendiri, yang menjadi objek tatapan teman-temannya sekarang.

Critical Point (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang