Berawal dari Malam Natal musim dingin di New York puluhan tahun yang lalu, memasak besar bersama Mom dan menyiapkan piring-piring bersama Dad dengan diisi oleh suara lagu Christmas rock di ruang televisi bersekitar jarak 5 meter dari ruang makan. Uh aku melupakan musik itu, kutinggal begitu saja setelah mendengar panggilan suara Dad menyuruhku meletakkan piring-piring di atas meja dengan hidangan berbau harum mengunggah liurku untuk menetes. Aku juga meninggalkan tugasku dalam menghias pohon Natal di sudut ruangan, aku teralu santai menonton acara musik natal di televisi duduk di atas sofa berwarna Cream yang jika kau menumpahkan kopi dipermukaannya pasti bercakkannya tidak akan hilang semudah yang kau kira. Tapi satu yang tidak kulupakan saat itu... yaitu gadisku, Jessica Vemmy. Aku mengundangnya ke rumah untuk merayakan malam Natal yang penuh gemerlap hiasan lampu warna-warni di ruang serta pekarangan rumahku tanpa hiasan pohon Natal karena aku melupakannya untuk dihias.
"Aku akan kembali" aku sibuk terburu-buru menaiki anak tangga menuju kamar pribadiku.
"Hei hei hei apa kau melupakan sesuatu lagi ?" Dad berlari di belakangku mencoba mengejarku yang berlari ke lantai atas. Tapi aku berhenti berbalik menatapnya dan ia pun berhenti di anakkan tangga bawah.
"Yah aku lupa memakai setelanjas sharkskin dan sepatu Creepers untuk melengkapi kencanku di malam Natal" timpalku melihat reaksi wajahnya yang hanya mengangguk-ngangguk mengekspresikan sok mengerti soal anak muda.
"Okay baiklah, Kencan..Umpp..yeah kencan oke" Cara bicara Dad bagai orang yang berura-pura, kepalanya mengangguk-nganggukkemudian turun dari tanjakan anak tangga menjauh dari posisiku. Ketikaku kembali berbalik ingin melanjutkan langkahku.. Dad membuatku tersentak oleh cara bicara dengan nadanya itu "Hei kau melupakan cookiesmu, Mark !". Dan dari situ aku benar-benar mengetahui apa yang sebenarnya kulupakan...
"Oh My God...Oh My God Cookies gadisku...cookies gadisku yang malang" aku kembali belari terburu-buru menuju dapur yang sudah tercium sekali bau hangus dari sini.
"Hei Mark, maafkan aku... aku tidak menyadari kau sedang memanggang cookies di dalam oven" suara penyesalan Mom yang kulewati begitu saja karena aku berlari masuk ke dalam ruang dapur yang telah penuh kebulan asap berbau cookies hangus.
"Oh Tidak..Mom" keluhku ketika berhasil mengeluarkan loyang cookies dari dalam oven, namun sayangnya aku tidak tepat waktu sehingga cookies manis yang kubuat menjadi sebuah batu hitam yang mungkin gigi Dadpun tak mampu untuk menggigitnya.
"Lihatlah Mark, sebagai makanan kucingpun tidak layak" Dad mengemontarinya penuh dengan tawa lalu diikuti oleh Mom yang ikut terbahak membuat aku ingin sekali memuntahkan isi perutku di dalam kloset, usahaku untuk menjadi santa claus cookies gagal.
Kurasa aku tidak sepenuhnya menyesal dengan cookies hangus itu suasana tetap hangat tanpa cookies. Aku memiliki orang tua yang terbilang sedikit memiliki humor yang kuno namun dapat mengisi sela-sela kehidupanku, tapi setelahku memakai setelan jas sharkskin dan gadisku datang mengetuk pintu... semua rasa penyesalan masuk begitu saja bersamaan dengan dirinya yang masuk ke dalam ruang memasang wajah ekspresi lesu penuh keraguan untuk mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi.
Aku menciumnya sesaat yang masih berdiri di ambang pintu saat itu "Aku senang kau datang, semoga malam kita tidak di ganggu oleh orang tua konyol yang sedang mencoba mengintipku di balik dinding sana !" aku mengeraskan suara sebagai sindirian agar orang tuaku yang berada di balik dinding sana mendengar, sampai merekatersedak terbatuk-batuk.
"Okay..okay nak, aku akan mengambil minum di dapur" ujar Dad ia tertangkap basah kemudian pergi berlalu.
"Hei tunggu Josh" Mom berseru mengejar Dad. Kelakuan mereka saat itu membuat Jessica tertawa di hadapanku, aku memandangnya begitu dalam di tiap-tiap bibirnya tertarik mengutarakan tawanya.
YOU ARE READING
This's not "17 AGAIN"
HumorAku menjalaninya bukan kembali pada umur 17, melainkan melewatinya hingga aku benar-benar dewasa.