[5] Intervene

579 59 2
                                    

Tidak ada yang salah dengan kehidupan "baru" yang dirasakannya kali ini. Lagi pula, pada kehidupannya yang sebelumnya, Willona sudah terbiasa dengan keadaan rumah yang sepi karena ia anak satu-satunya yang dimiliki kedua orang tuanya. Tak jarang juga ia berada di rumah sendiri berminggu-minggu lamanya karena bisnis yang dijalankan kedua orang tuanya.

Rintik hujan di luar mansion besar Ezra membuatnya terlarut dalam kenangan. Hampir satu bulan berlalu dan Willona cukup merasa bosan berada di tempat ini. Ia tidak bisa pergi kemanapun setelah selesai pulang dari kuliahnya. Ezra tidak mengizinkannya pergi tanpa pengawasan. Hal yang membuatnya memilih untuk tidak pergi sama sekali.

Pintu kamarnya diketuk. Ia menghela napas panjang sebelum akhirnya berjalan untuk membukanya. Seorang bocah laki-laki berdiri dihadapannya membawa semangkuk nasi, semangkuk sup ayam dan segelas jus jeruk.

Anak itu tersenyum. "Hai, Kak Luna! Aku Ryan, orang suruhan sekaligus bawahan Ketua Ezra. Salam kenal!"

Willona mengernyitkan kedua alisnya. Bocah laki-laki ini juga berpakaian rapi dan sama seperti orang-orang di rumah ini. Ia tidak yakin apakah Ryan salah satu dari orang-orang itu.

"Oh ya, Ketua minta aku anter sup ini ke kamar Kak Luna. Dia khawatir karena setelah pulang dari kampus, Kak Luna keliatan murung."

Ezra? Pria misterius itu khawatir pada dirinya?

Willona tidak mempercayai begitu saja apa yang diucapkan Ryan. Bisa saja bocah laki-laki ini hanya mengucapkan kalimat-kalimat baik sebagai bawahannya.

Willona mengambil alih nampan itu. Kini ia menatap Ryan yang juga menatapnya.

"Makasih, Ryan."

Ryan hanya mengangguk.

Keduanya sama-sama masih berdiri di tempat semula dan saling berhadapan. Willona yang berdiri menghalangi akses jalan masuk ke kamarnya, dan Ryan yang berdiri memperhatikannya.

"Apa lagi?"

"Gak ada yang mau Kak Luna sampaikan ke Ketua Ezra?"

Willona tertawa kecil. "Buat?"

Ryan mengendikkan bahu. "Mungkin ucapan terima kasih? Atau apapun?"

Willona tidak menanggapi ucapan bocah itu dan bergegas langsung untuk kembali masuk ke dalam kamarnya. Saat hendak menutup pintu, Ryan menahannya membuat Willona mengurungkan niatnya.

"Kak Luna, aku minta maaf kalau aku buat Kak Luna kesal. Aku cuma mau buat Kak Luna gak marah lagi sama Ketua Ezra."

"Marah?"

Ryan langsung menutup mulutnya dan membuat ekspresi seolah ia sudah tertangkap basah. Willona membuka kembali pintunya, memberi isyarat padanya untuk ikut masuk ke dalam kamar dan membiarkan pintu terbuka.

Willona meletakkan nampan berisi makanan di atas meja tepat di depan sofa yang letaknya di bawah jendela, mengarah langsung pada pemandangan luar yang masih terguyur air hujan. Ia mempersilakan Ryan untuk duduk.

"Marah kenapa?"

Ryan nampak berpikir sejenak sembari memainkan jemarinya. Ia kemudian meraih punggung tangan Willona membuat perempuan itu cukup terkejut.

SAVIOR • PCYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang