16.

1.5K 90 0
                                    

Berubah

Happy Reading!
=====

Tatapan prihatin yang tergambar di wajah Allisya tiga hari yang lalu, berubah menjadi tatapan kesal sekaligus ngeri hari ini.

Kegilaan Zhafira terus bertambah, seiring terlewatnya hari-hari gadis itu tanpa Zayn. Kemarin Zhafira terlihat lesu, tidak bertenaga, namun sekarang kebalikannya. Zhafira seperti kesetanan, menghabiskan lima bungkus coklat, dan dua cup besar ice cream.

Allisya bergidik, membayangkan jumlah kalori yang menumpuk di dalam tubuh Zhafira, karena makanan manis itu. Belum lagi asupan gula yang terpaksa diterima secara berlebihan.

"Lo nggak takut diabetes?"

Zhafira menggeleng, di tengah kegiatannya menyendok bagian terakhir yang tersisa di cup ice creamnya.

"Lo kayak gini biar apa sih? Biar Zayn ped-"

"-Big no!" Sela Zhafira cepat.

"Terus?" Tanya Allisya jengah.

Zhafira meletakkan sendok ice creamnya sedikit kasar. Dia terdiam sejenak, membiarkan otaknya menggali jawaban dari pertanyaan lanjutan Allisya.

"improve mood, concentration, brain health, and many more that I can't mention," cetus Zhafira dengan ekspresi tanpa bebannya.

Tawa sinis Allisya mengudara, mengusik beberapa temannya, yang memutuskan untuk tetap berdiam diri di kelas.

"Brain healt? So fucking funny!" Desis Allisya.

Zhafira beralih pada benda pipih yang dia anggurkan sejak tadi, tidak menanggapi ucapan Allisya.

Ponselnya menyala, sebelum jarinya sempat mengetuk layarnya. Nama seseorang tertera disana, membuat Zhafira mengerutkan alisnya.

"Omg Zha!" Pekik Allisya, yang ikut menyaksikan layar ponsel Zhafira tanpa sepengetahuan pemiliknya.

Allisya menggeleng tidak percaya, mengeryit, dan mengeluarkan berbagai ekspresi berlebihan selama menelisik layar ponsel Zhafira.

Gadis itu bertepuk tangan dengan begitu senangnya. Dari ekspresinya, Zhafira bisa melihat raut bangga terselip di wajah sahabatnya.

Zhafira menggeleng pelan. "Gue benci ekspresi lo,"  tukasnya dengan nada mengeluh.

Badan Allisya kembali condong ke arah Zhafira. Gadis itu mendekap sahabatnya beberapa saat, melampiaskan rasa senangnya.

"Al!" Protes Zhafira, melepas paksa dekapan erat Allisya.

Zhafira berdiri, menekan bahu Allisya supaya mendaratkan bokongnya ke kursi, melihat sahabatnya itu tidak menunjukkan tanda-tanda akan duduk kembali di tempatnya.

"Gue bangga banget sama lo."

Zhafira tampak biasa-biasa saja, tidak menunjukkan reaksi berarti atas sanjungan Allisya.

"Gue senang lo udah move on dari Zayn."

"Kata siapa?" Balas Zhafira, menarik ekspresi cengo Allisya muncul ke permukaan wajahnya.

Brak

Allisya menggebrak mejanya dengan tenaga penuh, menghasilkan bunyi yang cukup memekakkan telinga. Allisya berdiri lagi, menjulang di hadapan Zhafira yang menampilkan raut tenangnya, namun menyebalkan di mata Allisya.

"Gue benar-benar nggak habis pikir lagi sama otak lo yang isinya habis buat Zayn doang!" Seru Allisya sekali ucap. "Oh my god! Jadi manusia yang benar dikit dong Zha." Tambahnya, sambil mengetuk kepala Zhafira gemas.

Critical Point (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang