17.

1.2K 99 3
                                    

Cemburu

Happy reading!
=====

"Zayn," tegur Ares jengkel, setengah berteriak.

Pasalnya, Zayn menendang bola yang sejak tadi di giring kakinya asal. Sehingga tim lawan berhasil mengambil alih benda bulat itu.

Bukan hanya Ares. Sebagian anak yang merupakan tim Zayn turut merasa demikian. Mereka sedikit kecewa, dengan performa Zayn yang tidak maksimal seperti biasanya.

"CHAGIA!" Teriak Zhafira yang baru saja mendudukkan bokongnya di pinggir lapangan. "FIGHTING," sambungnya, entah pada siapa. Tidak lupa memamerkan senyum lebarnya.

Zhafira bersorak kesenangan, mengabaikan wajah tak bersahabat dari anak-anak yang konsentrasinya terpecah sejak teriakannya yang tiba-tiba.

"Berisik!" Celetuk Zayyan yang berlari di samping Gerald.

"Harap maklum aja," sahut Tirta, salah satu anggota exkul futsal Garuda.

Zayyan mendengus, lantas memutar pandangannya pada Zhafira sejenak. Dia menyesal, menggumamkan rencana pertandingan dadakan yang mereka adakan di hadapan Zhafira.

Zayyan harap waktu bisa di putar kembali, sehingga dia bisa menghilangkan kejadian dimana Ares memanggil gadis itu yang akan pulang.

Masih teringat jelas di ingatan Zayyan. Zhafira yang tadinya cuek dan pendiam, merubah ekpresinya dalam sekejap ketika mendengar gumamannya. Gadis itu mungkin punya kepribadian lebih dari satu. Kira-kira begitu yang tercetus di kepala Zayyan saat ini.

"Siap-siap Yan!" Teriak Gerald, yang posisinya berada di depan gawang sejak  Zayyan mulai memikirkan Zhafira.

Brugh

Zayn berhasil merebut kembali bola yang sempat dia kuasai sembilan menit yang lalu, dan membuat saudaranya kehilangan kuasa atas bola yang diberikan susah payah oleh timnya.

"ARES SEMANGAT! LO JUGA YAN!" Zhafira berulah lagi, menghentikan pertandandingan sesaat.

Mereka bersorak, menggoda Ares yang terbatuk hebat, tersedak ludahnya sendiri. Di saat Zayyan justru terpekur, tidak menyangka namanya ikut di sebut.

"A-"

Allisya membekap mulut Zhafira cepat, mencegah kicauan panjang sahabatnya mengudara, dan mengacaukan latihan cowok-cowok berseragam jersey itu.

"Udah Zha," ucap Allisya sabar.

"Zayn! Disini," tukas Ares, setelah berhasil menguasai dirinya. Lebih tepatnya, berusaha mengenyahkan rasa malunya terlebih dahulu.

Zayn mendengus, mengabaikan lambaian Ares yang meminta bola di kakinya. Dia memutuskan untuk menggiring bola itu sendirian, mengabaikan lawan dan kawannya. Matanya benar-benar fokus, hanya pada bolanya.

"Jaga-jaga!" Seru Gerald sebagai lawan Zayn. Melihat teman satu timnya sempat mematung seperti tim Zayn.

"Tuh anak kenapasih?" Sewot Ares.

Kepala Gerald berputar tiga puluh derajat, di tengah kondisinya yang bersiap menghalangi Zayn mendekati gawangnya.

"Kesal!"

"Lo tahu dari mana?" Tanya Ares, menggeser lawannya yang sejak tadi bergerak seperti cacing kepanasan di hadapannya.

"Wajahnya."

Gerald mengembalikan fokusnya pada Zayn yang berjarak beberapa langkah lagi dari posisinya.

"Abraham!" Imbuh Ares. "Lo ganggu banget tahu nggak!" Tambahnya, mengambil posisi di depan cowok itu.

Critical Point (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang