18.

1.2K 97 0
                                    

Lekas membaik

Happy reading!
=====

Zhafira menggeliat pelan, seraya merenggangkan otot-ototnya. Matanya mengerjab, berusaha menerima cahaya yang cukup menyilaukan untuknya yang baru bangun.

"Lo pingsan atau apa?"

Pandangan Zhafira jatuh ke samping kanannya, dimana suara bernada kesal itu berasal.

"Lo nungguin gue?" Tanya Zhafira santai.

Allisya mendengus, tak langsung menjawab.

"Lo nggak perlu lakuin hal yang berlebihan kayak gini."

"Gue terpaksa."

Zhafira terkekeh, kepalanya mengangguk. "Thank you, meskipun lo terpaksa," ujarnya, mengurungkan niatnya menarik jarum infus yang menempel di punggung tangannya.

Allisya memperbaiki duduknya. Dia menarik kursinya lebih dekat dengan bangsal Zhafira, menumpukan kepalanya disana.

"Jangan sakit lagi Zha."

Zhafira mengeryit.

"Semua orang kelimpungan karena lo," tukas Allisya, mengangkat kepalanya sejenak, membuat Zhafira terpekur.

Sorot mata Allisya menggambarkan terlalu banyak emosi, sehingga Zhafira hanya memberikan respon seadanya. Diam seperti orang bodoh, dengan bola matanya yang berpendar mengitari ruangan.

Keadaan mereka saat ini membuat Zhafira suntuk. Dia segan mengucapkan sepatah katapun, yang sekiranya bisa saja mengganggu Allisya.

Zhafira menggaruk pelipisnya, lantas mengintip Allisya yang memejamkan matanya. Sepertinya Allisya tertidur.

Ceklek

Nafas lega milik Zhafira lepas tanpa bisa di cegah. Kehadiran sosok lain di ruangannya bagaikan angin segar untuk zhafira, di tengah situasinya yang terasa sesak sejak beberapa menit lalu.

"Ngapain?" Ucap Allisya, kembali meluruskan punggungnya.

Ares mendengus di sela langkahnya menuju bangsal Zhafira. Ares meletakkan bawaannya lebih dulu, kemudian memberikan toyoran pelannya.

"Ares," protes Allisya mengusap bekas toyoran Ares.

"Gimana?"

Zhafira tersenyum. "Baik," jawabnya lugas.

"Lo ngapain bawa buah?"

"Bukannya orang sakit butuhnya buah?"

"Pengecualian buat dia," tukas Allisya menunjuk Zhafira. "Dia butuhnya Zayn," sambungnya disertai dengusan.

Zhafira berdecak. Netranya mendelik sinis, protes atas kalimat yang di lontarkan Allisya.

"Nggak usah banyak tingkah Zha!" Pesan Gerald yang diam sejak kedatangannya bersama Ares.

"Ssstt!" Zhafira menempelkan telunjuknya tepat di bibir Gerald.

"Apaansih? Yang butuh dia siapa?"

"Lo lah! Masa gue," sewot Allisya.

Zhafira menggeleng. "Enggak! Gue nggak butuh dia!" Ujarnya penuh penekanan.

"Gue salah dong," seloroh Ares, menarik perhatian ketiga temannya. "Sebelum kesini, gue nyuruh Zayn jenguk lo," cicitnya.

Allisya memindahkan tatapannya ke Ares. "Zayn mau datang?" Tanyanya tidak percaya.

"Iya."

"Suruh pulang," sahut Zhafirah.

Critical Point (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang