#2

3 0 0
                                    

[ F E L I C I T Y ]

"yak Nana!" Teriak seseorang ketika Nana memasuki gerbang sekolah membuat Nana menoleh kebelakang. Itu Jimin pacar Nana, dia berlari menuju Nana dengan senyumannya yang hangat seperti biasanya. Mata sipitnya yang selalu menghilang ketika dia tersenyum merupakan Salah satu Hal yang disukai Nana dari seorang Park Jimin.

"Wah, Tampan seperti biasanya ya"  ucap Nana sambil tersenyum take mau kalah dari pacarnya.

"Bukannya aku yang seharusnya mengatakan itu, kau selalu cantik bahkan saat ada sebutir nasi di pipimu" Nana spontan meraba kedua pipinya dan mendapati sebutir nasi yang memang masih menempel.

" Seharusnya kau mengatakannya dari tadi dasar bantet" Nana menggerutu sambil memukul lengan si pria.

"Ahah, iya-iya maafkan aku ya. Tapi kau masih tetap cantik kok"

"Nice joke"  sambil tertawa keduanya berjalan menuju kelas mereka.

Tanpa keduanya sadari ada yang memperhatikan mereka dari belakang sana.

"Dasar bunglon. Bisa-bisanya ber-akting seperti manusia yang memiliki hati seperti itu"

o o o

" Jangan lupa untuk mengerjakan tugas kelompok kalian" ucap pak guru sebelum mengakhiri kelas hari ini.

Mungkin hari ini akan masuk dalam daftar hari menyebalkan milik Nana, karena tugas yang baru saja diberikan oleh pak guru mengharuskan dia untuk berkelompok dengan Jeon Jungkook.

'bicara dengannya saja rasanya malas, ini malah harus berdiskusi dengannya' ucap Nana menggerutu sembari memasukkan barang-barangnya kedalam tas.

"Nanaㅡmau pulang bareng?" Jimin menghampirinya lengkap dengan senyumannya.

"Mau~ tapi sepertinya tidak bisa, aku akan langsung mengerjakan tugas bersama si Jeon itu pulang sekolah ini" ucap Nana lengkap dengan ekspresi malas nya.

" Haha, oke. Hati-hati ya, si Jeon itu Tampan. Jangan selingkuh"

" Tidak Minat sedikit pun"  jawab Nana asal. Sebenarnya dengan siapa sih dia berselingkuh. Dengan Jimin pacarnya, atau dengan Jungkook suaminya? Entahlah.

" Kau sudah pulang?" Jeon Jungkook sudah dengan baju rumahnya duduk di depan TV sambil menyeruput banana milk nya.

" Berhenti menanyakan Hal yang tidak penting"  Nana langsung memasuki kamarnya tanpa menoleh sedikitpun ke arah Jungkook.

"Wah, cuek sekali. Apa jadinya jika Jimin tau sifat aslimu ternyata begini"

"Mana?" Nana menyodorkan telapak tangannya dihadapan Jungkook.

"Apa?"

"Tugasmu lah, sudah kau kerjakan belum?"

"Tugas ku? Ini tugas kelompok Jeon Nana, tentu saja belum ku kerjakan. Kau bahkan tidak keluar kamar sejak pulang sekolah tadi" ucap Jungkook. Mereka berdua sedang makan malam saat ini. Walau pun malas tapi Nana akan tetap memasak Dan makan bersama Jungkook, hanya makan malam saja yg bersama.

"Errr, ya sudah. Ayo kerjakan. Cuci piringnya dulu" perintah Nana sebelum ia berjalan kekamarnya untuk mengambil buku. Mereka memang sudah membagi tugas, jika Nana yang memasak Maka Jungkook yg mencuci piring, jika Nana menyapu Maka Jungkook yang mengepel, semua sudah dibagi.

"Baik nyonya" jawab Jungkook sembari membungkukkan badannya menggoda Nana.

Setelah selesai mengerjakan tugas mereka, entah mengapa mereka masih ditempat belum ada niat untuk beranjak.
Nana sibuk dengan buku bacaan nya, sedangkan Jungkook sibuk memandang Nana yang sedari tadi entah sadari atau tidak jika Jungkook sedang memperhatikannya.

"Berhenti memandangku atau kucungkil bola matamu" ternyata Nana sadar.

" Aw, ternyata selain cuek kau juga kejam ya" tak ada respon dari Nana dia tetap melanjutkan membaca bukunya.

" Kalau kufikirㅡ"

"Berhenti berfikir" potong Nana cepat.

"Apa kau tidak ingin tidur sekamar denganku?"

"Tidak"

"Kau tidak tergoda memang nya? Bentuk tubuh ku bagus loh, perutku sixpack bahkan eightpack, tanganku berotot, wajahku juga Tampan sekali"

" Berhenti memuji dirimu sendiri"

" Tapi ucapanku benar kan?"

" kau punya mata, kau bisa melihatnya sendiri"

" Berarti benar. Aku juga baik hati, selalu memperlakukanmu dengan baik, aku juga tidak pernah sarkas sepertimu. Jadi kenapa?" Ucap Jungkook masih dihadapan Nana tapi dengan dagu yang bertumpu di tangannya.

Nana menutup bukunya, untuk Kali ini ia menatap lawan bicaranya itu. "Yah kau memang sesempurna itu"

"Lantas?"

"Aku hanya belum bisa menerima mu, kita bahkan tidak pernah mengobrol sekalipun. Jangankan mengobrol, saling menyapa pun aku rasa tak pernah, iya kan? Dan tiba-tiba saja kita disuruh menikah, sedangkan aku masih memiliki Jimin. Menurutmu bagaimana?"

" Yah, kau tidak Salah sih. Tapi bisakah kita tidak seperti ini? Maksudku tidak bisakah kita seperti teman? Apa kau tidak capek seperti ini, seolah musuh padahal tinggal bersama. Bahkan dirumah pun seperti aku hanya tinggal sendiri. Kau tidak pernah keluar dari kamarmu kecuali untuk makan Dan minum. Selebihnya selalu menungguku tidak ada dirumah baru kau keluar, iya kan?"

" Mungkin aku memang Salah. Baiklah, Mari kita mulai. kita akan menjadi teman Dan melakukan semua kegiatan seperti teman. Tidak ada rasa canggung, setuju?"

" Bukannya yg canggung itu hanya dirimu? Aku dari dulu sudah santai saja tuh"

" Wah, lihat. Baru diajak berteman saja sudah mulai menyebalkan" Nana mendecakkan lidahnya.

" Ahahah, iya-iya maafkan aku ya teman" Jungkook tertawa melihat ekspresi kesal Nana. ini pertama kalinya Nana menunjukkan ekspresi nya dirumah ini, karena selama ini Nana hanya berwajah datar.

"Aku mau tidur" Nana bangkit dari duduknya ingin kekamarnya sebelum dihentikan oleh tangan yang saat ini menggenggam pergelangan tangannya.

"Tidur besama?" Tak lupa dengan cengiran khas Jeon Jungkook

"Mana ada teman yang tidur bersama"

FELICITY || Jeon JungkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang