Pagi ini London begitu bersemangat. Pasalnya, London berhasil menemukan sang pemilik kuas. Yang London ketahui pemilik kuas tersebut ternyata adik kelasnya dan laki-laki, namanya Riki (seperti yang tertera di akun sosial medianya). Rencananya ia dan adik kelasnya itu akan bertemu di kantin saat jam istirahat pertama, dan sekarang tersisa tiga puluh menit sampai jam istirahat dimulai.
Sembari menunggu sesi pelajaran kedua berakhir, mari kenali London lebih dalam.
London adalah anggota tim debat sekolah sejak ia duduk di bangku kelas sepuluh, jadi baginya berinteraksi dengan orang lain seperti ini adalah perkara kecil, ia sudah terbiasa berbicara di hadapan publik. Oleh karena itu pula, London cukup terkenal di sekolahnya.
Selain mengikuti debat, gadis itu juga aktif mengisi acara sekolah sebagai M.C. atau moderator webinar. Namanya juga seringkali disebutkan di upacara bendera karena memenangkan suatu perlombaan atau menerima penghargaan dari sekolah maupun dari luar sekolah.
Terdengar alunan musik klasik di seluruh penjuru sekolah, menandakan bahwa murid-murid dipersilahkan untuk istirahat. London beranjak dari kursinya sambil membawa sebuah kotak berwarna kuning menyala ditangannya.
"Mau kemana Lan? Buru-buru amat?" Keira menepuk pundak London sebelum London pergi dari kelas.
"Mau ke kantin Kei."
Keira sedikit terkejut, "Tumben? Gak bawa bekel?" Keira terkejut bukan tanpa alasan, London selalu makan dikelas atau di multipurpose room dan selalu menolak ajakannya untuk pergi ke kantin bersama.
"Bawa, tapi ada urusan bentar."
"Bareng gak?"
"Sure." London dan Keira pergi bersama menuju kantin.
Koridor sekolah selalu berisik karena diisi oleh murid-murid yang bercengkrama dan bercanda.
"Eh, udah liat koleksi baru Yvaine belom? Bagus banget anjir!" Ujar seorang siswi pada temannya.
"Sepatunya pleaseee!!! Warnanya cakep banget." Balas temannya itu heboh.
Keira menengok ke arah London, dan wajah London datar seperti biasa. "Lan, lu tau Yvaine?" Tanyanya.
"Tau." Jawab London singkat.
"E-Eee sampai sekarang gak ada yang tau ya siapa designernya?"
Keira mati kutu. Ia tak tahu bagaimana cara menanggapi London yang dingin begini. Akhirnya keduanya hanya melanjutkan berjalan tanpa berbicara.
"Mau makan bareng kita gak Lan?" Tanya Kei pada akhirnya saat keduanya tiba di kantin.
"Enggak usah Kei, gue cuma sebentar aja kok. Makasih ya, gue duluan."
London melenggang pergi. Ia memperhatikan setiap sudut, tapi ia belum menemukan paras yang sedari tadi ia coba ingat selama perjalanan menuju kantin. Ia mengambil ponsel pintarnya, membuka ruang percakapan aplikasi iMassage.
riki
riki|
udah dimana?||liat blkng kak
-
London membalikan badannya, "Eh Riki ya?" Tanya London pada seorang laki-laki yang berdiri dibelakangnya.
"B-Bukan kak. Aku Juna."
"Eh?"
"Kak London!" Tiba-tiba di belakang lawan bicaranya ada yang memanggilnya. Pantas saja wajah lelaki yang ia ajak bicara barusan tidak sama dengan yang ia ingat-ingat.
"Kaget ya? Maaf Juna(?) aku duluan ya." Ujar London tak yakin.
Juna mengangguk, walaupun masih terkejut dengan apa yang barusan terjadi. London berlalu dari hadapan Awan dan menghampiri lelaki yang memanggilnya tadi.
"Salah orang ya kak? Itu temen sekelas aku."
London terkekeh malu.
"London." Gadis itu mengulurkan tangannya pada lawan bicaranya. Padahal mereka sudah berkenalan melalui pesan teks semalam.
"Riki kak." Laki-laki bernama Riki ini membalas uluran tangan London sambil tersenyum manis.
London ketar-ketir, "Nice to meet you Riki! Ini kuasnya didalem ya, aman kok gak ada lecet. Mulus." London menyerahkan kotak kuning yang sedari tadi ia bawa pada Riki.
"Aduh, gak perlu dikotakin segala kak, kalo kayak gini Riki malah ngerepotin kak London jadinya."
London menggeleng, tanda kalau dia tidak keberatan sama sekali akan hal itu. Setelah itu, terjadi keheningan diantara kedua manusia itu. Bisingnya kantin tidak memengaruhi kecanggungan itu.
"Kak London mau makan apa? Pilih aja Kak, nanti Riki bayarin."
"Sebagai tanda terimakasih? Gak perlu kok Riki, Kakak ada bawa bekel kok di kelas. Mau makan bareng gak?" Entah mengapa insting London mengajak lelaki itu untuk makan bersamanya, padahal selama ini ia selalu makan sendirian.
"Boleh kak, tapi aku beli makan dulu ya. Terus kita ke kelas kak London untuk ambil bekek kakak, nanti kita makan di taman aja." London mengangguk setuju. "Eh kak gak usah repot! Aku berat!" Seru Riki saat London mulai mendorong kursi rodanya.
"Udah tenang aja, gak berat ini mah. Kamu mau pesen apa?"
...
Terimakasih sudah mampir! Jangan lupa apresiasi cerita ini lewat vote ya~ sampai ketemu di chapter selanjutnya!
♡trjngkl
KAMU SEDANG MEMBACA
Seni Bertemu | ft. Jay and Ni-Ki
Teen FictionMasa SMA yang penuh dengan kejutan, menggambarkan seni sebuah pertemuan. a piece connected to 'Enhigh - Universe' start: 3.10.21 end: