Happy Reading
↓↓↓
Grakk!
Kursi disamping Fildan tergeser dengan gerakan kasar hingga menimbulkan suara yang cukup keras. Nanden dengan muka tertekuk duduk disana.
Fildan yang sedari tadi duduk sendirian di pojokan kantin seraya bermain game mulai menegakkan tubuhnya. Ia menatap heran pada Nanden, "lo kenapa? Muka lo udah kek cucian mak gue ngab."
"Berisik," ketus Nanden dengan bibir maju ke depan. Dari situ Fildan paham mood Nanden sedang tidak baik. Tapi yang jadi pertanyaannya, kenapa bisa mood Nanden bisa turun begitu? Mengingat Nanden bukanlah orang yang gampang terkena mood swing.
"Temen lo kenapa Chik? Mukanya udah kek cucian mak gue, kusut." Tanya Fildan kepada Chiko yang juga baru saja datang dan mendudukkan diri di kursi depan Fildan.
"Lah, bukannya muka Nanden emang udah kusut dari lahir?" Timpal Rumi yang turut mendudukkan dirinya di samping Chiko bersama Elang.
"Kalo itu mah gue juga tau Rum."
Rumi dan Fildan saling tertawa saat berhasil menistakan Nanden yang semakin menguarkan aura darknya.
"Dasar temen sialan, gue lagi bersedih hati bukannya dihibur malah kalian garemin, sungguh sangat tidak keren." Nanden menatap sinis pada Rumi dan Fildan yang malah menatapnya dengan tatapan mengejek.
"Hati lo terluka? Lo putus dari Bella?" Tanya Elang yang mulai menimbrung pembicaraan.
"Loh, Nanden putus? Njir, boleh dong gue deketin Bella sekarang?" Tanya Fildan yang dibalas delikan tak suka dari Nanden.
"Mata lo putus! Gue sama Bella nggak bakalan putus sebelum kesepakatan kami terpenuhi," kata Nanden dengan nada menggebu-gebu.
"Heleh, mimpi aja si Nden, mana mungkin lo yang mirip kuda bisa dapet Nabila yang kek bidadari."
Jleb! Chiko itu kalo ngomong memang suka sekali tidak difilter sungguh mirip dengan mulut cabe tetangga sebelah.
"Jahad anjir! Tapi nggak papa gue suka, Lanjutkan."
Semuanya tertawa nista. Membuat Nanden semakin merasa depresi disana.
"Sebenarnya lo itu sukanya sama siapa?" Tanya Elang yang dibalas tatapan serius dari Nanden.
"Gue sukanya sama Nabila, kan lo tau sendiri."
"Sukanya sama Nabila, jadiannya sama Bella, Saprudin hilap."
Nanden melempar Chiko yang kembali bersuara dengan kacang di piring meja kantin. "Mulut lo kotor!"
"Lagian lo aneh, harusnya kalo lo suka sama Nabila lo harusnya jadian sama dia lah, bukan sama Bella." Perkataan Chiko diangguki serempak oleh tiga pemuda lainnya.
"Ini udah jadi kesepakatan kita berdua, Bella bakal bantuin gue buat ngedeketin Nabila dan dia udah janji buat nggak bakal baper."
"Iya sih, Bella nya emang enggak baper, tapi gimana sama lo sendiri?" Tanya Chiko lagi yang kembali membuat Nanden terdiam.
"Semoga lo nggak bakal ngambil sebuah kesalahan," kata Elang menimpali.
"Tapi, kita udah sepakat untuk nggak saling baper, hubungan ini juga bakal berhenti kok sampai gue dapatin Nabila," ucap Nanden.
Chiko mengangkat tangannya dan itu membuat atensi para pemuda itu tertuju kepadanya, "apa yang bakal lo lakuin setelah berhasil sama rencana lo ini?"
"Gue bakal menjalin hubungan sama Nabila," jawab Nanden penuh keyakinan.
"Terus Bella?"
Nanden terdiam kini. Hatinya mulai ragu, apa yang akan Bella lakukan setelah rencana ini berhasil tentu saja tidak pernah Nanden pikirkan sebelumnya. Ia hanya memikirkan dirinya sendiri, dan jujur itu egois.
"Pikirin lagi baik-baik rencana lo ini," imbuh Elang yang diangguki para teman-temannya.
Nanden terdiam, dan kini ia mulai berpikir sesuatu.
Tanpa mereka sadari ada sosok lain yang mendengar percakapan mereka. Jangan salahkan telinganya yang mencuri dengar, salahkan sekumpulan pemuda itu yang mengobrol tanpa melihat tempat. Sosok itu berlalu pergi meninggalkan area kantin dengan seulas senyum tipis di wajahnya.
"Sebuah kebenaran, huh?"
*
"Bella!"
Bella yang baru saja keluar dari kamar mandi menoleh, matanya menatap sosok gadis yang tengah berlari menuju arahnya.
"Kenapa?"
"Hahhhh, tolongin gua ya, wakilin gua ke ruang bu Sita dulu, ambil tugas sejarah terus bawa ke kelas."
Wajah Bella berubah keruh mendengarnya. Belum sempat menolak, gadis yang tak lain adalah ketua kelasnya berlari terbirit-birit masuk kedalam toilet.
"Ck, kebiasaan!" Dumal Bella pelan.
Gadis itu mulai melangkah pergi ke arah kantor guru. Baru saja setengah jalan, mata Bella tak sengaja menangkap pemandangan tak mengenakan. Lagi, huh?
"Bisa nggak si kalian berhenti ngebully orang?"
Ke empat gadis yang berada di ujung koridor itu menoleh bersamaan, menatap Bella yang juga menatap mereka.
"Cih, nggak usah ikut campur lo, ini urusan gue sama dia." Mayang menunjuk wajah Nabila dengan angkuhnya.
Bella menatap datar, dia tak perduli sungguh. Gadis itu tak berbicara, berjalan tenang menghampiri empat gadis itu lalu segera menarik tangan Nabila untuk pergi.
"Mau kemana lo?!"
Bella mengernyit, menoleh menatap Mayang yang menatapnya tajam. "Pergi."
"Kalo lo mau pergi ya pergi aja nggak usah bawa-bawa nih sampah karena gue masih ada urusan sama dia."
Bella tersenyum pongah, tanpa perduli ia tetap pergi meninggalkan tiga gadis pembully yang sedang mengumpat itu dengan Nabila yang digandengnya.
"Bella, lo..."
Bella berhenti berjalan, gadis itu menoleh tanpa aba-aba membuat Nabila tersentak.
"Sebenarnya ada urusan apa lo sama mereka?"
Nabila membatu. Ia tak menjawab pertanyaan Bella.
Bella selalu merasa heran, apa yang ketiga gadis pembully itu inginkan dari Nabila sebenarnya? Nabila bukan berasal dari keluarga yang, mohon maaf, kekurangan seperti dirinya. Nabila berasal dari keluarga yang berada, meski penampilannya sederhana. Nabila juga tidak terlihat nerd. Jadi, apa yang menyebabkan tiga gadis tadi terus-menerus mem-bully nya?
"Nggak usah di jawab, kalo lo nggak mau ngejawab, kesannya gue yang keliatan kepo banget sama masalah orang."
Nabila yang tadinya hendak menjawab kembali menutup rapat mulutnya.
Bella melepaskan tangannya yang sedari tadi menggandeng tangan Nabila. Gadis itu berjalan mundur perlahan kemudian berbalik untuk pergi meninggalkan Nabila
"Gue bakal jawab!"
Bella berhenti berjalan, ia menoleh menatap Nabila yang berdiri sedikit jauh di belakangnya dengan kepala tertunduk.
Bella mengernyit, matanya melirik sekitar yang terlihat sepi.
"Tapi nanti kalo udah saatnya," jawab Nabila dengan kepala terangkat dengan mata menatap lurus pada mata Bella yang menatapnya penuh tanya.
Hee??
•
•
•
[U N I Q U E]
--
•|•|•|•|•|•📌Vote dan Komen wajib
Di tulis
↓
[Kamis, 30 September 2021]
KAMU SEDANG MEMBACA
UNIQUE [ON-GOING]
Teen FictionKarena cintanya kepada Nabila yang katanya sangat besar, Nanden rela melakukan cara apapun agar bisa menandapatkan gadis berparas bidadari tersebut. Termasuk dengan memacari Bella yang kebetulan berada satu kelas dengan Nabila, si gebetannya agar Na...