19.

1.5K 89 0
                                    

Bungkam

Happy reading!
=====

"Lo!" Pekik Allisya tidak percaya.

Zhafira mengibaskan rambut sebahu miliknya. Dia melenggang, melewati Allisya dengan santai.

"Mau kemana lo?"

"Kantin."

"Enak banget hidup lo," cibir Allisya. Pasalnya Zhafira terlihat lebih baik darinya yang penuh keringat hasil pelajaran olahraga.

Zhafira memundurkan langkahnya. Merangkul bahu Allisya, mengajak gadis itu berjalan di sampingnya.

"Hidup gue enak banget Al. Tadi aja nih, gue nggak perlu ikut upacara bendera," sombong Zhafira.

Ekspresi Allisya langsung datar. Selembar kertas di tangannya terus berkibas, mengipasi wajahnya yang terasa terbakar.

"Senyum Al," imbuh Zhafira.

Allisya mendelik tidak suka. Dia menghempas tangan Zhafira yang ada di bahunya, sampai empunya tangan mengeryit.

"Kenapasih?"

"Lo punya hutang penjelasan sama gue!" Ucap Allisya.

Akhirnya dia bisa menuntut penjelasan Zhafira, setelah sekian lama menahan tuntutan itu, karena pelajaran yang harus mereka lewati sebelumnya.

"Lo pasti sengaja datang terlambat, karena mau menghindar."

"Enggaklah! Gue emang kesiangan."

"Sssstt!" Desis Allisya panjang. "Nggak usah bacotin yang lain. Pertanyaan gue belum lo jawab"

"Apa?"

Bola mata Allisya berputar jengah. Zhafira ini pura-pura lupa, atau pura-pura bodoh?

"You know what Zha, gue belum yakin!" Tekan Allisya. "Lo yang kemarin terlalu mustahil buat ingatan gue. Maksud gue, lo yang nolak Zayn tuh nggak mungkin banget, secara lo kan cinta mati sama dia!" Tambahnya panjang.

Zhafira mengusap telinganya. Suara Allisya mengganggu sekali.

"Zha!"

"Harus banget gue bahas itu? Kayaknya yang harus lo tanyain itu keadaan gue," protes Zhafira.

"Gue malas nanyain sesuatu yang gue tahu pasti jawabannya," jawab Allisya ketus.

Zhafira mengangguk, memilih untuk diam saja. Lagipula pembahasan mereka tidak butuh di bahas sampai ke akar-akarnya.

"Hello! Lo belum jawab pertanyaan gue!" Geram Allisya.

"Gue menolak pertanyaan lo."

Allisya mencekal lengan Zhafira, menghentikan gadis itu di ambang pintu kantin, membiarkan warga Garuda lainnya berkunjung ke tempat itu lebih dulu.

"Pliss Zha, lo yang kayak gini bikin gue takut."

"Maksud lo?" Tanya Zhafira cepat.

"Gue takut lo move on ke Gerald."

Mulut Zhafira terbuka. Pernyataan Allisya benar-benar di luar perkiraannya.

"Mulut lo ngadi-ngadi banget ya. Bagaimana mungkin gue balikan sama dia? Saat lo udah ada sebagai pacarnya," sungut Zhafira kesal. "Pemikiran lo gila banget ya," tukasnya.

Allisya berdecak. "Salahkan kelakuan lo berdua kemarin," lontarnya.

"Gue nggak mungkin lakuin hal itu Al. Otak sama hati gue masih berfungsi dengan baik asal lo tahu!" Ujar Zhafira, kemudian melenggang memasuki kantin.

Critical Point (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang