AC -- 7

192 28 13
                                    

Yogi melihat ekspresi Sean. Sangat berbeda dari biasanya. Ia meraih sebatang rokok dan mulai menyalakannya.

"Yogi kumat," komentar Chandra.

Mereka berada di ruang kerja Sean. Namun dengan tanpa merasa bersalah, Yogi menyalakan rokok di ruang tertutup itu.

"Lo kepikiran?" Tanya Yogi pada Sean mengabaikan ocehan Chandra.

"Gue kepikiran aja. Mereka sejauh itu ke gue. Gimana kalo adik-adik gue kena imbas. Gue khawatir."

Mereka berempat, rekan Sean paham apa yang Sean rasakan. Sulit memang berada di posisinya sementara ia tidak tau pasti keberadaan musuh. Jangankan keberadaan, kemungkinan musuh itu siapa juga masih belum jelas.

"Lo nggak mau nyari tau gitu? Sewa detektif? Sewa hacker?" Tanya Arman.

"Eh eh eh. Gue mau ngasih testimoni hacker," Chandra mengangkat tangannya tinggi-tinggi agar mendapatkan atensi dari rekan-rekannya.

"Testimoni anjir. Lo kira lagi jualan onlen," komentar Hipo yang selanjutnya kembali fokus melihat ponsel.

"Serius gue. Beberapa bulan lalu bokap beli uler kecil cantik gitu. Gue nggak tau jenisnya apa."

"Lah ngapain dia beli lo? Buang-buang duit aja," sahut Yogi.

"Uler, anjing. Uler. Bukan gue. Lo kira gue uler apa?!"

"Mirip...," gumam Arman.

"Sialan."

"Kok jadi ribut gini? Chan, bicara yang bener," Sean terlihat kesal.

"Noh, bacotnya dikondisikan. Gue mau cerita," ucap Chandra. "Jadi bokap beli itu. Awalnya bokap bingung lah mau beli dimana. Takutnya kena masalah jual beli hewan. Terus dikasih saran temennya. Ngunjungi blog Bluewater. Kita yang butuh jasa dia nih, ninggalin komen sama kode. Nanti dia email kita. Yang ngirim email ngasih tau kalo dia namanya Wendy."

"Lo yakin?" Tanya Arman.

"Yakinlah orang bokap gue yang ngalamin itu."

"Kode apa?" Sean menanggapi cerita Chandra.

"Gue nggak tau pasti. Mungkin kita bisa dapet petunjuk kalo baca cerita-cerita yang dia tulis. Dia ngambil komentar secara random. Cuma tiga orang."

"Coba aja Yan. Lo komen gih sekarang," usul Hipo.

"Mana bisa... dia belum publish tulisan lagi. Biasanya seminggu sekali."

"Iya. Terakhir empat hari lalu," Arman sudah bergerak mengecek blog yang dimaksud. "Tapi komennya biasa aja."

"Komen terpilih udah otomatis kehapus seinget gue."

"Dia cewek? Apa cowok? Namanya bisa cewek bisa cowok," Hipo penasaran.

"Nggak ada yang tau pasti. Yang jelas dia bisa ngebantu sih. Adek gue juga beberapa kali make jasa dia."

"Buat apaan?" Tanya Arman.

"Order album oppa-oppa gitu. Perijinannya cepet. Nggak tau gue diapain sama si Wendy-Wendy itu."

"Coba deh lo tinggalin komen di sana sekarang," saran Yogi.

"Lo percaya?" Tanya Sean.

"Nggak salah kan dicoba dulu? Sambil lo pantengin. Kali aja update cerita lagi. Lo komen lagi. Kita nggak tau kan peruntungan orang."

*

Para perempuan yang menyebut nama mereka Velvet itu kini sedang duduk bersama di sofa yang ada di ruang komputer milik Sephia. Salah satunya tengah bersiap. Citra, sudah mengenakan pakaian untuk mengawasi Theo di bar. Sesuai permintaan Sean.

ACE VELVETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang