24 🔫

77 4 1
                                    

Rumah kaca pada dasarnya adalah rumah bagi tanaman-tanaman hias yang ada di sana. Tanaman-tanaman yang mampu melipur lara hati Haris Septanto kala itu. Rumah kaca yang awalnya hanya untuk rumah tanaman, kini sudah diubah oleh Aira sebagai benteng pertahanan terakhir.

Ada makam Haris yang terawat. Ada sebuah ruangan untuk istirahat, ada sebuah ruangan untuk peletakan komputer milik Wendy, ada sebuah ruangan untuk perlatan berkebun sekaligus senjata, juga ada dua buah terowongan bawah tanah yang bisa digunakan untuk bertahan atau menyerang.

"Tutup tirai rumah ini," titah Aira pada beberapa anak buahnya.

"Mau ngapain, lo?" Tanya Yogi pada Sephia yang sudah masuk ke ruang komputernya.

"Locking the door."

Sephia mengunci rumah kaca dengan beberapa kode akses yang hanya dimiliki oleh Ace Velvet dan anak buahnya. Setelah itu, Sephia mengatur agar lapisan kaca yang lebih gelap muncul sehingga mereka nantinya bisa melihat ke arah luar namun arah sebaliknya tidak bisa melihat mereka. Butuh proses beberapa menit agar lapisan kaca itu terpasang dengan sempurna, untuk itu Aira memerintahkan agar kaca ditutup menggunakan tirai lebih dahulu.

Aira bertepuk tangan beberapa kali. Memerintahkan untuk semuanya berkumpul.

"Guys, hari ini akhirnya datang. Kita semua berkumpul di sini untuk memusnahkan dia. Akhirnya dia keluar dari tempat persembunyiannya. Hari yang berat, jadi gue harap kalian semua selamat. Gue nggak minta buat kalian nggak terluka. Agak sulit kalau gue minta itu. Luka pasti ada, tapi nyawa juga harus kembali."

"Kami rela bertaruh nyawa untuk dia yang menyelamatkan kami, Irene."

Irene menaikkan sebelah alisnya. Melihat kesungguhan anak buahnya. "No. Nggak bisa. Bertaruh apapun, tapi jangan nyawa. Gue cuma minta satu, terluka atau tidak, jangan sampai mati. Perjuangan kita menuju kebebasan jangan sampai ditukar dengan nyawa. Siapapun yang melihat rekan kalian terluka, bawa kembali ke rumah kaca ini."

Sean berjalan menuju samping Aira. "jika ada yang terluka, bisa datang ke sini. Lia sudah menunjukkan tempat obat-obatan, saya bisa mengobati kalian."

Aira mengangguk. "Jeka, Cio jaga pintu terowongan sebelah kiri. Tepat dekat makam Haris. Jimmy sama Theo jaga pintu terowongan sebelah kanan."

"Sekedar informasi, pintu itu sangat berat dan hanya bisa dibuka dari sini. Tidak bisa kena peluru atau granat. Paling hanya gempa lokal aja. Jadi, kalau anak-anak udah turun, kalian tutup dan kunci. Kalau ada yang mengetuk 4-3-1, baru kalian buka pintunya."

"Apa itu?" Tanya Jeka. Kenapa harus 4 ketukan, 3 ketukan, lalu 1 ketukan?

"4 anak, 3 putra, dan 1 putri. Password kesayangan Haris," jawab Aira. Ia menjawab sembari melirik Sean.

"Lea sama Leon istirahat di kamar saja. Dekat ruang komputernya kak Wen," saran Citra.

"Bagaimana bisa kami istirahat kalau kalian sedang melawan orang jahat di luar sana?" Lea mulai khawatir.

"Tenang, semua akan baik-baik saja. Lea istirahat, sekaligus doakan semua supaya kembali dengan selamat, ya?" Bujuk Sean.

"Bagaimana kalau aku sama Leon menunggu di dekat makam papa saja?"

"No," sahut Theo dengan tegas.

"Lea," panggil Jeka. "Masuk kamar saja. Khawatir dan panik tidak dibutuhkan saat ini. Jadi, lebih baik, berdoa di kamar saja."

Lea mengerucutkan bibirnya. Kemudian matanya melihat stetoskop di dekat makam sang ayah. Lalu, ia mengambil stetoskop itu. "Ini untuk apa? Kenapa di dekat pintu terowongan ada ini?"

ACE VELVETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang