Hanahaki (spesial pake telor)

1.3K 137 10
                                    

Oneshoot atau mungkin twoshoot out of content.
Bab ini gak ada sangkut pautnya sama backstreet, tapi karena cuma sedikit aku taro sini aja, itung itung menemani jumat kalian 💅
.
.
.

Jisung dan Sungchan itu sahabat, dulunya. Iya, itu dulu sebelum Jisung menyatakan perasaannya pada sahabatnya. Dia tau betul, Sungchan seorang homophobic, dia sangat tau bagaimana remaja Jung itu memandang Jijik kekaum gay, namun dia tidak bisa memendam ini lebih lama.

"chan, maaf. Tapi aku suka sama kamu." rentetan kalimat yang Jisung keluarkan sore itu  mengubah 180 derajat pandangan Sungchan pada si Park detik itu Juga. Dan kalimat itu juga mengubah hidup Jisung.

.

.

.

Byur

Air bekas pel tumpah begitu saja mengenai Jisung yang baru saja membuka pintu kelas. Manik hazel milik si Park menatap seorang remaja tinggi yang duduk tepat dimeja disamping tangannya, tengah menatapnya dengan seringaian mengerikan.

Jisung menghela nafas, lalu menarik ujung bibirnya. Dia tersenyum. "Yah basah, emm kak Mark. Ijinin aku ya? Aku gak bawa ganti soalnya, mau nyari dulu. Kalau misal pak Kai nanya kenapa kelas basah begini bilang aja tadi Jisung nyebur digot." Jisung menaruh tasnya keatas meja tempat remaja itu duduk.

"Thanks." Ucap Jisung sebelum keluar kelas.

Sungchan tersenyum tanpa dosa, "you're welcome."

•••

Cough!

Jisung meringis, dengan reflek menutup mulutnya yang tengah batuk hebat dengan tangan. Kelopak bunga marigold serta darah keluar setiap kali dia batuk.

Dia menatap bekas darah dan kelopak bunga diwastafel, lalu mengangkat kepalanya melihat  bayangan menyedihkan dirinya di kaca. Pucat, dan kurus kering. Seperti mayat hidup. Menyedihkan sekali.

"kalau aku nyerah sekarang, gak apa apa kan? Gak ada yang peduli, kan?" Tanyanya pada diri sendiri. Tiba tiba saja hidungnya mengeluarkan darah. Jisung segera menunduk, membiarkan darah itu menetes diwastafel.

Buru buru dia mengambil tisu yang tidak jauh dari sana, membersihkan bekas darah kala mimisan itu berhenti.

"Ya, jelas gak ada yang peduli. Ngarep banget ji." dia tersenyum simpul, mengasihani dirinya.

"Lo salah." Jisung menoleh, mendapati kakak kelasnya berada disana. Sedang bersedekap dada, menyenderkan punggungnya disalah satu bilik toilet.

"Apa yang salah? Bener kok, gak ada yang peduli sama aku. Ibaratnya cuma ada satu dari seratus persen orang disekolah ini yang bener bener peduli sama aku." Jawab Jisung.

"Masih ada satu kan?"

"Iya, dan itu aku sendiri."

"Nope, satu persen itu gue. Gue masih peduli sama lo." Jisung terkekeh mendengar penuturan kakak kelasnya.

"Walaupun itu diisi kak Jeno, itu gak berarti. Satu persen itu gak ada gunanya." Jisung berbalik menghadap Jeno yang menatapnya sendu.

"Disaat cuma ada satu persen yang peduli, itu gak ada gunanya. Satu persen itu gak bisa nutupin sembilan puluh sembilan persen orang yang gak peduli bahkan gak mau aku hidup." jelas Jisung.

"Lo gak mau bertahan, demi orang yang suka—ah, maksutnya cinta sama lo? Lo gak berniat sembuh, terus bales perasaannya?" tanya Jeno.

"Kak, kan aku udah bilang." Jisung menunjuk kearah dadanya, "ini, udah gak ada. Benda ini udah hilang, bersama dia." Lanjutnya.

Jeno menghela nafas, "dia alasannya? Dia yang jadi alasan lo buat nyerah?"

"Bukan, ini kemauanku sendiri. Aku gak tahan ngerasain ini lebih lama, aku mau mati. Aku udah gak kuat."

Grep

Jisung tersentak kala Jeno memeluknya erat. Jeno menggeleng ribut di bahunya. "Please don't, I need you. You don't have to reply to my feeling. You exist, you live, you survive, that's more than enough for me."

"K-kak?"

"Please Ji." Jeno menenggelamkan kepalanya dalam dalam. Menangis disana. Tangisan pertama yang Jisung lihat keluar dari manik gelap Jeno.

Tbc

_________________________
A/N : tolong saran dan kritiknya, aku mau belajar bikin angst buat work chanjin 🙏

BACKSTREET •2SungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang