g-g_1

17 3 13
                                    

"Sumpah demi Tuhan, aku tidak akan mengantarnya lagi ke toko buku." Kesal Haris, lalu menduduki salah satu kursi panjang di ruang tamu.

Saat ini beberapa anggota keluarga tengah berkumpul di rumah Tino Bramasta.

Haris baru saja menemani sang princess dari salah satu toko buku.

"Memangnya kau beli berapa buku Novel?" Tanya Kia pada Keyla sepupunya, yang baru saja duduk disampingnya.

"Aku membeli... 7 Novel." Dengan antusias Keyla menunjukkan seluruh novel yang baru saja ia beli dengan Haris, tepatnya di belikan Haris.

Satria yang duduk di kursi Single hanya tersenyum, dia memaklumi kelakuan adiknya itu.

Keyla memang pecinta novel. Jika mengetahui ada buku novel yang baru saja di rilis, dia akan memaksa siapa saja untuk membelikannya.

Dari lantai dua, Gaby melihat semuanya.

Gaby sama seperti adiknya. Dia juga pecinta novel, tapi sayangnya dia tidak seberuntung sang adik yang bisa memiliki banyak novel.

Ting...
Ting..

Gaby merogoh saku celananya, mengambil handphone yang tadi berbunyi. Terdapat satu buah pesan.

Gerald
Aku sudah didepan.

Gaby hanya membaca pesan itu, tidak berniat membalasnya.

Ia pun memasukkan kembali handphone-nya kedalam saku celana, lalu berjalan menuruni tangga mengahampiri kedua orang tuanya yang tengah berbincang dengan paman dan bibinya.

Setelah berpamitan pada orang tuanya, Gaby pun berjalan keluar untuk bertemu dengan Gerald.

Satria yang memperhatikan Gaby sedari tadi pun mengikuti Gaby, lalu ia mengintip dari balik gorden.

Satria melihat Gaby sedang berpelukan dengan seseorang. Setelah itu mereka berbincang entah membicarakan apa, lalu mereka memasuki mobil dan pergi entah kemana.


Pukul 06.30 Gaby baru saja sampai disekolah SMA Harapan Putih, ia tidak datang sendiri melainkan bersama Gerald.

Pemuda itu yang selalu menjemput Gaby hampir setiap hari, tentu saja tanpa sepengetahuan keluarga Gaby.

Banyak yang bertanya-tanya tentang hubungan mereka.

Apakah berpacaran? Atau hanya berteman?

Namun, Gaby dan Gerald tidak pernah memberikan jawaban yang pasti.

Gaby dan Gerald berjalan berdampingan di koridor sekolah, dengan posisi Gerald merangkul pundak Gaby. Mereka berjalan menuju kelas Gaby yakni 11 IPA 2, sedangkan Gerald menempati kelas 11 IPA 3.

"Aku anterin sampai sini, pokonya kalo ada apa-apa hubungin aku." Ucap Gerald setelah sampai di depan kelas 11 IPA 2

"Iyaa, kamu jangan bolos lagi ya!"

Gaby sangat tahu bagaimana kelakuan Gerald, apalagi kalo sudah di hadapi dengan pelajaran Matematika,maka Gerald akan lebih membolos kelas.

"Iya deh..iya deh..aku nurut sama kamu." Gerald hanya meng-iya kan, belum tentu dia akan menurutinya.

"Ekhmm, maaf nih. Ini tuh masih pagi, bisa gak kalian nggak usah romantis romantisan dulu." Dia adalah Arabela Ismati salah satu sahabat Gaby yang paling bawel. Ara baru saja datang bersama Sandra Sesilia yang merupakan sahabat Gaby juga.

"Ck, udah ada pengganggu, aku kelas dulu yah.. bye cantik."

Gerald pun pergi, tidak lupa dia memberikan kecupan manis di dahi Gaby.

Sandra dan Ara sudah tidak aneh lagi dengan tingkah laku Gerald yang seperti itu.

Lalu Gaby?

Dia hanya tersipu malu, meskipun itu sudah biasa terjadi.

"Ya udah, yuk masuk" ajak Sandra pada kedua sahabatnya.

Kring ...
Kring...
Kring...

Bel pertanda jam istirahat berbunyi. Gerald sudah berdiri di depan kelas 11 IPA 3 bersama kedua sahabatnya, Andika Prayudha dan Rian Kurnia.

Tidak lama menunggu Gaby, Ara dan Sandra datang menghampiri Gerald dan kedua sahabatnya, lalu mereka pun ke kantin bersama.

Setelah sampai di kantin, mereka langsung menduduki bangku yang berada di pojok kantin.

"Okeey, kalian mau pesen  apa?" Tanya Rian pada teman - temannya.

"Pesen mie ayam sama es teh aja, semuanya samain." Ucap Gerald

"Lo yang traktir yah.." ucap Andika sambil menaik turunkan alisnya membujuk Gerald agar mau mentraktir mereka.

Gerald hanya menghela nafasnya, lalu mengeluarkan dua lembar uang berwarna merah dari sakunya.

"Okeey, gue pesenin." Rian pun pergi sambil menarik Andika untuk membantunya membawa pesanan mereka.

Tidak lama kemudian Rian dan Andika datang membawa pesanan mereka.

Meraka pun menyantap makanan, mengisi perut yang sudah keroncongan.


Gerald baru saja memasuki rumahnya yang terasa sunyi seperti tak ada kehidupan.

"Mau bibi siapin makanan den?" Tanya Bi Ani, wanita yang sudah merawat Gerald sedari ia masih kecil.

"Nggak usah bi, Gerald udah makan di luar."

Gerald pun langsung menaiki tangga berjalan menuju kamarnya.

Bi Arni memandang Gerald dengan sendu, dia sudah menganggap Gerald seperti anaknya sendiri. Dia faham betul bagaimana keadaan Gerald.

Setelah memasuki kamarnya, Gerald mendudukkan diri di atas tempat tidurnya. Tiba-tiba ia teringat permintaan orang tuanya tadi malam.

Yahh, tadi malam kedua orang tuanya pulang untuk membicarakan sesuatu, tapi tidak sampai menginap. Setelah pembicaraannya selesai mereka langsung pergi lagi entah kemana. Gerald pun tidak puduli mereka akan kemana.

Gerald melirik sebuah pigura kecil yang berada di atas nakas samping tempat tidurnya. Di sana berisi foto dirinya yang berwajah masam dan Gaby yang tengah tersenyum manis.

"Aku harus apa By? Aku benar-benar mencintaimu, aku tidak ingin melepas mu."

Setetes cairan bening membasahi pipinya. Gerald benar-benar sangat lemah jika sudah menyangkut dengan Gaby.

"Apa yang harus aku lakukan Tuhan?"



"Kak, nih aku kembali novel kakak. Makasih yahh."

Gaby yang tengah menulis dimeja belajarnya melirik kearah sang adik yang tiba-tiba memasuki kamarnya, lalu tersenyum tipis.

"Ya udah siniin."

Keyla pun berjalan menghampiri sang kakak, lalu memberikan buku novel yang telah ia pinjam.

"Ya udah, kalo gitu. Key balik ke kamar dulu, good night kak." Pamit Keyla

"Night to"

Keyla pun menghilang di balik pintu.

Keyla dan Gaby memang cukup dekat. Usia mereka hanya terpaut satu tahun.

Yah, alasan mengapa Gaby tersingkirkan karena kehadiran Keyla tidak tepat pada waktunya.

Disaat sang bunda yang seharusnya fokus merawat Gaby, malah beralih fokus pada Keyla dan itu berlanjut hingga sekarang.

Setelah hadirnya Keyla, mereka seakan-akan melupakan Gaby yang juga membutuhkan mereka. Gaby justru dirawat oleh Bi Ami pembantu di rumahnya.

.
.
.

Gaby & GeraldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang