Malam berganti pagi, hari baru pun dimulai.
Gerald baru saja bangun dari tidurnya. Dia bergegas mandi lalu bersiap-siap untuk berangkat sekolah.
Setelah siap Gerald pun keluar dari kamar, berjalan menuruni tangga menuju meja makan untuk sarapan.
"Kamu udah pikirin permintaan mamah sama papah?"
Gerald yang tengah menyantap nasi goreng, melirik ke arah sumber suara.
Terdapat papahnya berjalan ke arah meja makan, tidak lama mamanya pun menyusul.
"Ini demi kebaikan kamu sayang.."ucap mamahnya.
"Kebaikan?"
Gerald meletakkan alat makannya, dia sudah tidak berselera lagi untuk sarapan.
"Sejak kapan mamah sama papah mikirin kebaikan Gerald?" Gerald memandang kedua orang tuanya dengan tajam.
"Bukankah kalian lebih mementingkan uang daripada anak kalian sendiri?"
"Jaga bicara kamu Gerald." Sentak Abizar-papah Gerald.
Tika-mamah Gerald- yang mendengar ucapan Gerald hanya bisa menghela nafasnya. Ia memandang sang putra dengan sendu.
Tika pun berdiri lalu berjalan kearah Gerald, dia memegang pundak sang putra mengelusnya dengan lembut.
"Mamah minta maaf sayang, mamah sama papah nggak bermaksud.."
Sebelum Tika menyelesaikannya ucapannya, Gerald sudah menyentak tangannya. Dia pun berdiri melenggang pergi tanpa berpamitan pada kedua orang tuanya.
Pagi ini moodnya benar-benar hancur.
•
•
•Gaby berjalan menuruni tangga menuju ke arah dapur untuk menemui bi Ami. Dia melihat keluarganya tengah sarapan di meja makan.
Gaby berjalan melewatinya tanpa berniat bergabung bersama mereka.
"Ini sarapannya non, udah bibi siapin." Bi Ami menyodorkan sepiring roti bakar, saat Gaby baru saja sampai di dapur.
"Di masukin ke kotak bekal aja bi, nanti aku makan sarapan di jalan."
"Siap non"
Bi Ami pun menyiapkan kotak bekal yang akan dibawa oleh Gaby. Hanya roti bakar dengan selai stoberi kesukaan Gaby.
Ting..
Ting..Gaby yang tengah duduk di pantry, mengambil handphone-nya yang berada di dalam tas. Tertera satu buah pesan.
Gerald
Masih lama?Gaby
Bentar lagi"Ini non bekalnya."
Gaby yang tengah menunduk pun mengangkat kepalanya, lalu menerima bekal dari bi Ami.
"Makasih bi"
Bi Ami hanya tersenyum.
Gaby berlalu dari dapur,ia pun menghampiri kedua orang tuanya untuk berpamitan.
Setelah berpamitan Gaby berjalan keluar menghampiri Gerald yang sudah menunggu di mobilnya.
Setelah duduk di kursi penumpang, Gaby menoleh ke arah Gerald. Dia terlihat melamun.
"Gerald" panggil Gaby
Gerald terlihat tersentak, mungkin terkejut.
Gerald menoleh ke arah Gaby, "kapan kamu masuk?" Tanyanya.
"Dari tadi kamu ngelamun, jadi nggak sadar kalau aku udah disini."
"Maaf, aku lagi banyak pikiran, jadi aku nggak sadar." Ucap Gerald dengan sendu.
Gaby hanya tersenyum memaklumi. Dia mengerti bagaimana keadaan keluarga Gerald.
Gerald pun melajukan mobilnya menuju sekolahan.
Gaby mengeluarkan kotak bekalnya,membukanya lalu memulai sarapannya. Sesekali ia menyuapi Gerald yang tengah menyetir.
Tidak lama kemudian akhirnya mereka sampai di parkiran sekolah.
"Tunggu dulu" ucapan Gerald mengehentikan kegiatan Gaby yang ingin keluar dari mobil.
"Kenapa?" Tanya Gaby.
"Jam istirahat nanti, ada yang mau aku bicarain."
Wajah Gerald terlihat sayu, dan seperti memiliki masalah yang cukup berat.
Gaby menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Tangannya terangkat mengelus pundak Gerald dengan lembut, mencoba memberikan ketenangan pada Gerald.
Gerald pun sedikit lebih tenang, tidak terlihat sekacau tadi.
Jujur saja pikirannya benar-benar kacau, apalagi jika sudah mengingat permintaan kedua orang tuanya tempo hari.
Merekapun keluar dari mobil, lalu berjalan berdampingan menuju area sekolah.
•
•
•Gerald sedang berada di roftoop sekolah, jam istirahat baru saja berbunyi tiga menit yang lalu.
Gerald berdiri di balik pembatas, memandang jalanan dan perumahan yang terlihat cukup menenangkan.
"Apa aku harus memberi tahu dia atau tidak?"
"Tapi aku tidak ingin menyimpan sebuah rahasia darinya."
Gerald benar-benar bingung, jika ia memberi tahu Gaby, sudah pasti ini akan menyakiti hatinya.
Tiba-tiba terdapat suara dering ponsel, Gerald pun merogoh saku celananya.
"Ngapain papah nelpon?" Benaknya bertanya-tanya.
Tidak biasanya Abizar menghubungi Gerald, apalagi pada saat jam sekolah. Ia pun mengangkat telpon dari sang papah.
"Malam ini jangan kemana-mana, mama sama papah mau ngajak kamu bertemu keluarga gadis itu." Ucap Abizar to the point, bahkan Gerald belum mengucapkan satu kata pun.
"Tapi pah, Gerald udah bilang kalau Gerald nggak mau."
"Papah nggak suka di bantah." Panggilan pun di putuskan oleh Abizar.
Gerald hanya bisa menghela nafas, mau tidak mau ia harus menuruti permintaan kedua orang tuanya.
"Gerald"
Gerald yang sedang melamun sedikit terkejut. Dia pun berbalik badan, dan terdapat Gaby yang tengah berjalan kearahnya dengan senyum manis kesukaan Gerald.
"Jangan keseringan ngelamun, nanti kesambet." Gurau Gaby, dan Gerald pun hanya menanggapinya dengan senyuman.
Gerald menarik lembut tangan Gaby untuk duduk lesehan di teras rooftop dan bersandar pada pembatasnya.
Hening beberapa saat, Gerald sedikit membasahi bibir bawahnya yang terasa kering. Dengan ragu ia berkata..
"Emmm... Aku dijodohin By" Gaby sedikit tersentak mendengarnya.
Setelah mengatakan itu Gerald hanya bisa menunduk, memandang teras yang ia duduki dengan sendu.
"Kamu bercanda kan" ucap Gaby tak percaya.
"Aku serius By"
Gaby memalingkan wajahnya menatap Gerald yang juga tengah menatap kearahnya.
"Mamah sama papah, minta aku buat nikah sama perempuan pilihan mereka. Dan aku nggak bisa nolak." Jelas Gerald.
Tes..
Cairan bening menetes dari pelupuk mata Gaby, saat ia mengedipkan matanya.
Gaby memalingkan wajahnya, mencoba menyembunyikan air matanya.
Setitik warna yang Gaby miliki akan menghilang, dan kehidupannya akan kembali hitam putih.
Gerald sedikit memiringkan badannya, menarik Gaby kedalam pelukannya. Menenggelamkan wajah Gaby di dadanya, mencoba memberikan ketenangan pada gadisnya.
Ya... Gaby adalah Gadisnya.
Bukan kekasih, bukan teman, tapi Miliknya..
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gaby & Gerald
Teenfikce"Aku hanya ingin bahagia.. Sebuah harapan yang sangat sulit aku dapatkan" Hanya sebuah kisah klise, tentang sebuah perjuangan sepasang insan yang ingin mendapatkan cinta, kasih sayang dan kebahagiaan. Bukan tentang ketua Geng motor dengan cewek polo...