hurts

0 0 0
                                    

Hari ini jam sudah menunjukkan pukul 19.00 wib. Terlihat di meja makan Dinda duduk di depan ayah nya. Asma di samping Dinda dan bunda di samping ayah.

"Kata kakak mu tadi anak bontot ayah ini kesekolah naik angkot" ayah mencoba membuka pembicaraan.

"Iya yah" jawab Dinda sekenanya

"Kenapa gak naik bus aja " kata ayah, ayah Dinda adalah seorang  Dirut  di sebuah PTPN sedangkan bundanya adalah owner toko kue yang letaknya tak jauh dari rumahnya dan juga mempunyai beberapa cabang.

"Males yah,bus kepagian perginya , gak enak"

"Loh kenapa"

" Ya males yah, sepi " alibi Dinda, waktu dulu dikelas X  ya Dinda selalu datang lebih awal tapi setelah kelas XI  dia berubah menjadi lebih suka datang agak sedikit lebih lambat, entah la mgkin hidup menurut nya  perlu diisi dengan coretan kisah,salah satunya sesekali melanggar aturan.

"Bus yang kepagian apa kamu yang kesiangan"

"Hehe.. iya yah tadi kesiangan"

" Apa mau ayah anterin aja"

"Gak usah yah kan beda arah sama kantor"

"Ywda dianter kakakmu aja"

"Kak asma kan disini mau liburan yah mau istirahat" ,asma adalah dosen disalah satu universitas swasta ternama di indonesia .

"Tapi kakak bisa" sambung asma

"Ck gak usah la kak"

Ayah sedikit bergumam " apa perlu kita beli mobil lagi?"

" Boleh yah ! " Dinda langsung menyambar kegirangan, " BMW aja yah atau Porsche !"

"Dinda ! Kita itu gak punya duit sebanyak itu, blom lagi kamu minta kuliah di Le Cordon Bleu Perancis lah, ambil jurusan culinary art lah,itu biayanya gak sedikit,  banyak banget kemauanmu itu. Emang nya nanti bisa , disini aja kamu masak roti gosong gimana disana " ucap bunda.

"Bun " ucap ayah mencoba meredam

"Aku cuman bercanda Bun soal mobil !, Aku bisa naik bus kok atau aku naik angkot setiap hari jugak gak papa, dan lagian apa salah nya kalok aku pengen kuliah diluar negri, kak asma jugak dulu S2 di Stanford bisa ! " , Kesal Dinda.

"Kakak mu itu dapet biaya siswa,  ya bisalah karna pastinya gk semahal biaya yang umum,bunda paling cuman bayar biaya hidup kakakmu disana. Beda sama kamu ,sekarang nilai mu aja pas-pasan gimana mau dapet biaya siwa. Makanya kamu itu harus belajar , contoh kakakmu , jangan  apa apa gak bisa ! "

"Udah Bun,kok jadi gini si" ucap asma meredam suasana

" Dinda udah kenyang, ada banyak pr untuk pelajaran besok" ucap Dinda seraya pergi menuju kamarnya.

"Dek.." asma mengikuti Dinda.

"Bun gak seharusnya bunda ngomong kayak gitu dan ayah gak suka,  Dinda itu masih SMA dan wajar dia punya mimpi"

"Tapi Dinda itu memang harus di gituin yah biar dia itu gak kebiasaan, emang harus dari sekarang dikasih tau biar ada perubahan !"

Ayah tak menjawab ia hanya geleng geleng kepala terlihat raut wajahnya kecewa seperti menahan marah lalu pergi meninggalkan bunda sendirian dimeja makan.

***
Tok tok tok " dek.." ,terlihat asma yang beberapa kali mengetuk pintu kamar dan memanggil sang adik,

"dek kakak boleh masuk ? " Masih terdengar suara asma dari balik pintu.

"Dinda lagi pengen sendiri kak" Ucap Dinda dari dalam kamar.

Tak berapa lama Asma menoleh kebelakang merasakan kehadiran seseorang yang ternyata adalah ayah.

"Dek ayah boleh masuk ? " Kini giliran ayah yang mencoba membujuk Dinda

"Dinda lagi banyak pr yah"

Ayah dan asma saling berpandangan, "besok aja yah, biarin dia tenang",dibalas anggukan oleh ayah.

Sementara dikamar, Dinda sedang duduk dimeja belajar nya memang tapi bukan untuk belajar atau mengerjakan pr melainkan mencoba berdamai dengan dirinya,sesekali ia menghapus air matanya yang jatuh begitu saja,rasanya begitu sakit. Dari dulu dia selalu saja dibandingkan dengan kakaknya . Asma yang pintar bahkan jago memasak, kadang ia juga merasa iri tapi ya gimana lah kalok kata Mimin 'aku mah cuman remahan rengginang' hoho.

Sebenarnya Dinda juga tak memiliki alasan yang kuat untuk melanjut ke le Cordon toh juga sebenarnya dia tidak hobi memasak, ia hanya ingin bisa hebat dalam memasak agar tidak dibandingkan lagi pikirnya, ya setidaknya ia bisa memiliki satu kelebihan. Tapi kok Sampek jauh-jauh ke Perancis niat bener lu Din.

Dinda beralih kearah jendela kamar,dari situ dia bisa melihat indahnya malam yang dihiasi dengan gemerlapnya bintang yang begitu bercahaya  

" bisa gak sih gak usah banding - bandingin gue, ini gue bukan dia bukan orang lain. Bisa gak sih liat usaha gue, gue juga belajar kok pelan - pelan untuk dewasa" ,sekali lagi Air matanya lolos begitu saja mengalir dipipinya tanpa ia pinta.

"gue juga pengen selalu bisa dan gak pernah salah tapi gue cuman manusia biasa ". Dinda memundukkan kepalanya,ia sudah tidak bisa membendung lagi air mata yang sedari tadi ia tahan. padahal seiring waktu semua akan kembali baik baik saja dan rasa sakit itu pelan - pelan menghilang meskipun masih ada bekasnya. Tapi untuk sekarang rasanya benar-benar sakit..


Malam..

"kini hanya kesejukanmu yang

menemani damainya jiwaku

Yang sebelumnya seakan terhujam anak panah

Aku selalu mencoba mengerti hati ini

Mencoba tuk  bertahan

Meski sebenarnya lelah yang kurasakan

Biarlah semua tenggelam  dalam gelapmu

Bersama  indahnya  gemerlap  beribu bintang yang menyatu"

Assalamu'alaikum my lovely readers, sekian dulu hari ini, jangan lupa like and coment 😉

MarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang