𝐏𝐫𝐨𝐥𝐨𝐠 :𝐍𝐞𝐩𝐞𝐧𝐭𝐡𝐞

82 5 0
                                    

(n.) Somethings that makes you forget grief or suffering

Trans :Sesuatu yang membuatmu melupakan kesedihan atau penderitaan

༄༄༄

Aku sedang mengelap gitarku saat waktu sudah menunjukkan pukul 16.00 sore. Itu adalah rutinitas setiap hari yang harus kulakukan untuk memaksimalkan penampilanku nanti. Tentu saja aku juga ingin gitarku tampil kinclong seperti gitarisnya.

"Gyu, masih lama kah? Nih mama udah masakin kamu, makan dulu ya." Panggil seorang wanita dari arah dapur.

Karena kamarku berada di lantai atas, ibu memanggilku dengan setengah berteriak. "Iya ma, bentar lagi aku kebawah."

Ngomong-ngomong, lantai atas tidak hanya menjadi kamarku, tetapi juga ruang studio musik, perpustakaan kecil, dan juga basecamp tempat berkumpulnya aku dan teman-temanku. Ya, bisa dibilang lantai atas adalah surgaku. Tempat di mana aku dapat melakukan hobi apapun. Selain itu, rooftop adalah tempat pelepas stres terbaik. Di sana aku dapat memandangi bintang di malam hari, memandangi matahari terbenam dan matahari terbit.

Setelah gitarku terlihat lebih bersih dan mengkilap, aku meletakkannya asal di atas kasur dan beranjak menuju ke lantai bawah. Ibu yang sedang mengisi gelas dengan air memandangku sambil tersenyum, lalu aku membalas senyumannya. "Inget ya Gyu, jangan pulang malem-malem, kamu tuh kalo ngga diingetin masa pulangnya ngga wajar banget."

Aku terkekeh. "Bergantung jam kuliah besok ma, kalo ada kelas pagi, aku pulangnya ngga larut malem." balasku sambil meneguk air putih.

"Hmm gitu, kalo setiap hari ngga usah pulang larut malem gabisa ya?"

"Gabisa dong ma, ntar kita ngga dapat duit banyak."

Ibu tersenyum geli. "Bisa aja kamu." Wanita itu menghentikan makannya. "Jangan lupa dijaga terus kesehatannya. Kerja sewajarnya aja ya, jangan maksain diri."

Aku masih melanjutkan aktifitas makanku. Hampir setiap hari, ibu selalu memberikan wejangan yang sama. Tidak masalah bagiku, karena dapat melihatnya tersenyum saja itu lebih dari cukup. Meski sudah bertahun-tahun yang lalu, kejadian itu masih belum bisa dilupakan oleh ibu.

Saat-saat di mana perusahaan ayah bangkrut hingga kami jatuh miskin karena terlilit hutang. Kebutuhan hidup menjadi sangat sulit untuk dipenuhi, bahkan untuk makan. Namun aku menyadari bahwa sebenarnya bukan itu yang membuat ibu begitu terpuruk. Melainkan karena ia melihat langsung kecelakaan yang merenggut nyawa ayah.

Semenjak kepergian ayah, ibu sangat stres dan depresi. Namun kami masih beruntung karena keluarga adik Ibu, bibi Choi, mau berbaik hati untuk membantu perekonomian keluarga kami. Akupun diberi kesempatan untuk bekerja menjadi musisi kafe. Dan sungguh beruntung ternyata bibi menyukai permainan gitar dan pianoku.

Aku bersyukur karena kecintaanku terhadap musik mampu menyelamatkan perekonomian keluargaku. Lambat laun, hutang-hutang keluarga kami akhirnya terbayarkan dan aku sudah sangat mencintai pekerjaanku saat ini.

Meski terkadang ibu masih mengingat traumanya, tetapi saat ini keadaannya sudah jauh lebih baik. Ia juga sudah membuka diri dengan orang lain terutama teman-temanku.
"Mama ngga usah khawatir ya, aku udah gede, pasti bisa jaga diri. Mending mama pikirin kesehatan mama sendiri dulu."

Lover | Beomgyu RyujinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang