(3) Janji dan Hujan

5 2 0
                                    

Langit sore kelabu menandakan akan segera hujan menemani seseorang bernama Sehun. Kini dia sedang mengendarai motornya untuk pulang, dibalik helm full face itu dia tersenyum bahagia, entah apa yang membuatnya begitu bahagia sore ini.

Motor sport berwarna hitam itu terus melesat hingga sampai di dalam sebuah rumah besar namun tampak sederhana,  Sehun turun sambil melepas helm full face yang melekat di kepalanya. Dia memperbaiki rambutnya sambil menatap kaca spion, setelah merasa rapih dia pun masuk ke dalam rumah.

Sehun membuka pintu lalu berteriak, "anybody home?"

Sehun tersenyum senang. "Yes! Paman belum balik," seru Sehun kesenangan.

"Khem!"

Suara itu sontak memberhentikan Sehun yang tengah mengendap-endap menuju kamarnya. Kini kakinya benar-benar terasa kaku dan tidak bisa digerakkan.

"Siapa bilang Paman belum balik?" kata Siwon, paman Sehun.

Dengan gelagapan Sehun menjawab, "G-gak ada, kok."

"Kamu bolos lagi?!" tanya Siwon sambil menahan amarahnya.

"Nggak, cuman gak ke sekolah aja, Paman," ucap Sehun santai dengan senyuman.

Siwon menghela napasnya kasar. "Kalau kayak gini terus, gimana kamu mau sukses, Hun?"

"Paman, pilihan hidup ada di tanganku, aku udah gede, paman gak perlu awasi Sehun ke mana-mana, soal sukses gak sukses itu nanti," jelas Sehun.

Siwon melototkan matanya mendengar jawaban Sehun. Dengan cepat Sehun menunduk, dia tak akan menjawab lagi pertanyaan yang diajukan oleh Siwon, menurutnya menjawab sama dengan tidak ada uang selama beberapa hari. Ya benar, pamannya akan mengambil semua uang saku miliknya.

"Okeh kalau gitu, Paman akan buat perjanjian sama kamu." Ucapan itu membuat Sehun mulai mendengarkan Siwon dengan baik.

"Paman tidak akan mengawasi kamu, tetapi kamu harus mau mengikuti perkataan paman. Kamu tidak boleh masuk dalam bidang otomotif, melainkan masuk di bidang yang Paman pilih, bagaimana?" Siwon tersenyum sumringah setelah perkataannya itu.

"Gak bisa!"

Sontak senyuman Siwon menghilang dan berganti serius menatap Sehun. "Ya bisa dong," ucapnya.

"Okeh, kalau gitu Sehun ada permintaan juga!"

"Apa?"

"Paman akan memperbolehkan Sehun melanjutkan apa yang Sehun mau, setelah Sehun selesai di bidang yang Paman mau, bagiamana?"

Siwon sedikit berpikir, kemudian dia mengangguk mantap. "Oke, setuju!"

"Oke siapa takut," kata Sehun dengan bangga.

Tak lama setelah perjanjian paman dan keponakan itu seorang pria mengenakan setelan jas berwarna biru dongker datang menemui Siwon. Pria itu bernama Kyuhyun, asisten sekaligus sahabat Siwon.

Siwon tersenyum kepada Kyuhyun yang menghampiri dirinya, lalu menyuruh Sehun untuk pergi ke dapur mengambilkan minuman.

"Bukannya aku nguping ya," kata Kyuhyun mengawali percakapan.

"Kenapa?" jawab Siwon.

"Kamu beneran mau ngelepas Sehun dari awasanmu?" tanya Kyuhyun dengan raut muka serius.

Siwon terkekeh. "Nggaklah, aku nggak seberani itu, cuman aku nggak akan negur Sehun soal hal kecil dan kenakalannya."

"Aku kira kamu serius, Siwon."

Suara Sehun membuat percakapan mereka terhenti. Dari dapur Sehun berteriak seraya membawa nampan. "Paman Kyuhyun, ini keripik kentang dengan air putih spesial dari Sehun."

Kyuhyun tersenyum teduh lalu membelai rambut Sehun. "Cek." Sehun berdecak. "Paman kebiasaan ih, rambutku jadi berantakan tau," beonya.

"Udah sana kamu ke kamar, Paman ada urusan dengan Paman Kyuhyun," ujar Siwon.

Sehun mengacungkan ibu jarinya. "Sip!"

----

Awan kelabu itu sekarang mengeluarkan rintik air yang semakin lama semakin deras. Udara di sekitar terasa amat dingin, ditambah dengan angin yang berhembus kencang.

Angin-angin itu membuat dedaunan kering berterbangan, selain itu beberapa hewan di sekitar mulai bersembunyi untuk mengindari angin kencang juga hujan yang amat deras.

Di balik dinding kaca, seorang bertubuh tinggi itu bersandar seraya menatap ke luar, manik matanya menangkap hujan, juga beberapa hewan yang berbalik menuju sarangnya. Sepi, itu yang kini dia rasakan, semua makhluk hidup bersembunyi untuk mengindari derasnya hujan.

"Dulu aku juga bersembunyi," lirihnya.

Dengan cepat dia menyeka air mata yang keluar dari pelupuk matanya. Dia berpaling dari posisinya mendekati kasur, dia menghempaskan tubuhnya, netra itu menyusuri setiap inci kamar hingga tak sadar dia pun tertidur.

----

Done❤️ Thanks for reading guys ^^

Jangan lupa untuk folow dan vote cerita ku ya! Gratis! Terimakasih 🐣

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EngineeringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang