25.

1.7K 101 1
                                    

Singa betina

Happy reading!
=====


Tuk tuk

Allisya berdecak keras, mendengar suara ketukan kembali menggema untuk kesekian kalinya selama tiga puluh menit terakhir.

"Ya Allah, Zhafira!" Seru Allisya tertahan.

"Harap maklum Zha, gue lagi galau brutal," cicit Zhafira, tetap di posisinya yang menelungkupkan kepalanya di meja.

Tatapannya jatuh pada pergelangan tangannya. Melihat gelang rantai pemberian Zayn yang dititipkan ke Zayyan untuk di berikan padanya di rumah sakit kala itu.

Satu minggu telah berlalu, dan selama itu pula Zayn tidak pernah terlihat. Zhafira jadi uring-uringan sendiri, mengingat cowok itu sudah terlalu lama pergi.

"Lo kan sepupunya Al. Masa lo nggak tahu apa-apa. Minimal lo pasti tahu dia kemana," lontar Zhafira lesu.

Allisya meletakkan ponselnya, menaruh perhatian penuh pada sahabatnya. Ada sedikit rasa kasihan di hati Allisya setiap kali melihat Zhafira seperti ini.

Bayangkan saja, ini baru seminggu, dan Zhafira sudah setengah waras setengah sadar. Bagaimana jika sebulan? Atau paling lama satu tahun. Allisya bergidik. Mungkin Zhafira akan gila, atau yang paling parah seperti mayat hidup.

"Gue benar-benar nggak tahu Zayn kemana."

"Lo udah coba chat Zayyan?"

Allisya mengangguk, lantas memperlihatkan room chatnya dengan Zayyan. Nyatanya, sampai sekarang chat Allisya belum ada yang mendapat balasan.

"Zayn niat banget sih bikin gue kelimpungan. Mana Pak Ardan juga nggak tahu lagi dia izin kemana," celetuk Zhafira.

"Apa Zha? Pak Ardan lo tanyain juga?" Pekik Allisya kaget.

Zhafira mengangguk. Pak Ardan sempat Zhafira jadikan kandidat terkuat yang mengetahui keberadaan Zayn, hingga akhirnya posisi itu langsung hilang saat laki-laki setengah baya itu menyemburkan ceramah panjang lebarnya, dan menggeleng tegas. Tidak tahu alasan mengenai absennya murid Garuda yang satu itu.

"Au ah!" Desah Allisya. "Gue nggak tahu lagi mesti ngomong apa," tukasnya pasrah.

Brak

"Alina!" Seru Zhafira dan Allisya, mendapati gadis itu yang membuka pintu kelas dengan kasar.

"Gawat Zha," ujar Alina heboh.

Bola mata Zhafira berputar jengah, mencoba tidak peduli, dan larut dalam cerita Alina yang tidak jauh-jauh dari gosip.

"Sorry ya Alina. Gue sama Zhafira nggak tertarik buat menggibah sama lo, kita lagi malas banget. Besok-besok aja yah, pas gue dan Zhasa udah nggak malas nambah dosa," Jawab Allisya cukup panjang.

Alina menggeleng tegas. "Kalian harus tahu gosip yang gue bawa, karena apa? Karena ini menyangkut masa depan lo berdua!" Tuturnya ekspresif.

"Lo nambah profesi Lin?" Tanya Zhafira polos.

"Maksud lo?"

Zhafira mengendikkan bahunya. "Maksud gue sekarang lo merangkap jadi peramal?" Ucapnya.

Alina menghela nafasnya. Wajahnya kembali serius, menatap kedua temannya satu per satu sembari menggeleng pelan.

"Aish!" Decak Allisya. "Apaan?" Tambahnya.

Critical Point (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang