(Day 1)

9 1 0
                                    

Hai hai! Balik lagi bersama Gilang dan Selsa! Oke langsung aja, check it out! Happy reading♡

⚠️

Gue menarik nafas panjang, menghirup udara dari lembaran baru di hidup gue. Hari ini gue sah jadi mahasiswa di kampus sekaligus masuk fakultas impian gue. Gue menjelajahi pandangan pada lapangan yang terbentang luas, mendapati banyak maba yang dengan caping sebagai penutup kepalanya.

"Caping? Heh? Caping gue mana?!" Gue panik setengah mati, caping gue ketinggalan.

Mampus, baru juga hari pertama.

Gue berlari menuju gerbang depan, gue mau balik ambil caping. "Halo-halo! Selamat pagi semuanya, selamat datang kami ucapkan kepada seluruh mahasiswa baru. Instruksi untuk semuanya, silakan menempatkan diri pada barisan sesuai fakultasnya masing-masing."

Langkah kaki gue berhenti mendengar suara toa dari gedung utama, enggak masuk akal kalau nantinya gue terlambat gara-gara caping. Gue membalikkan badan, mengurungkan niat untuk mengambil caping di rumah.

"Good evening, Selsaaa~" Tangan kekar merangkul gue dari belakang, siapa lagi kalau bukan Gilang Si Anak Kampret.

"Gilanggg," gue menatap cowok beriris mata coklat dengan tatapan memelas.

"Iya gue masih Gilang, belum berubah jadi ultrament."

Emang anak kampret, bercanda mulu kerjaannya.

"Lang, caping gue ketinggalan, gimana, dong?"

"Santuy, nanti gue bantuin nyolong," jawab Gilang tanpa beban.

"Enggak waras." Gue berjalan meninggalkan Gilang.

Gilang mengejar, menyamakan langkah gue, "enggak papa kali, Sel, enggak bakal diapa-apain juga."

"Tenang Selsa, nanti kalau ditanyain kenapa enggak bawa caping, lu kan bisa cari alasan. Lu bilang aja capingnya jatuh di jalan terus ketabrak mobil atau caping lu dicolong sama Gilang," batin gue, gue melirik caping yang dikenakan Gilang. "Maaf, ya, Lang, kali ini lu jadi tumbal gue."

Gue berdiri di lapangan, di tengah-tengah ratusan bahkan ribuan mahasiswa baru yang nantinya akan berjuang bareng gue menempuh study kuliah di kampus ini. Beberapa kakak tingkat berseliweran mengecek atribut kami, mulai dari warna sepatu, kartu nama, dan.. caping.

"Mana caping kamu?" tanya seorang cewek yang mengenakan kartu pengenal bertuliskan panitia.

"Ca-caping saya tadi—"

"Enggak usah cari alasan! Anak kayak kamu gini pasti punya seribu alasan untuk menutupi kesalahan. Sini kamu ikut saya!" Tanpa aba-aba tangan gue ditarik ke samping ke gedung utama. Banyak kakak tingkat yang memerhatikan gue dari atas sampai bawah.

"Enggak bawa caping ni anak?" tanya cowok berambut ikal.

"Kasih sanksi apaan enaknya?"

"Suruh bersihin aja tu gudang belakang, kemarin belum sempet kita beresin."

Bersihin gudang?! Enggak salah? Gue lebih pilih lari lapangan kalau gini.

"Sana kamu bersihin gudang belakang, sapunya ada di depan pintu," perintah Si Cewek seenak jidat.

"Tenang aja, nanti bakal ada temennya kok, kalau ada yang enggak tertib juga," ujar salah satu cewek lain dan disusul gelak tawa dari teman-temannya.

Gue berjalan menuju gedung paling belakang, mendapati pintu bertuliskan "GUDANG", dan terdapat beberapa alat kebersihan tergantung di depan pintu. Gue menelan ludah, apa gue bakalan sanggup?

SEGITIGAWhere stories live. Discover now