PROLOG

4.1K 789 528
                                    


Punten, sebelumnya tau cerita ini dari mana?

Gak wajib, tapi mesti dan harus follow akun wattpad ini. Perhatian juga, banyak tipo bertebaran. Setiap adegan dan bahasa kasar jangan ditiru ⚠

Satu lagi, jika ada kesamaan nama tokoh harap dimaklumi + jangan bawa-bawa tokoh cerita author lain ke sini, begitu sebaliknya. #JadilahPembacaYangCerdas

⭐ Happy Reading ⭐



Seorang pria paruh baya, dengan kacamata yang sedikit merosot dipangkal hidungnya. Sedang menatap malas dua orang remaja laki-laki, yang merupakan muridnya.

“Ini ke sembilan kalinya, Bapak melihat wajah kalian lagi. Ck!” decak Pak Pasya— kepala sekolah SMA Gajah Mada, bukan seorang personil band.

“Ke sepuluh Pak,” koreksi salah satu dari mereka—Bagas namanya.

Pak Pasya merotasikan kedua mata malas, “Ya itu pokoknya. Jadi, ada masalah apalagi kalian berdua bertengkar?” ujarnya.

“Kepo.” Sahut si siswa yang tampangnya cuek—Vares namanya.

Pak Pasya menatap muridnya itu dengan wajah datar. “Vares Bintang Mahendra, saya sudah biasa dengan sikap no attitude kamu. Jadi, tinggal tunggu saja orang tua kamu dipanggil ke mari,” paparnya.

Vares tersenyum sinis dan merasa bodo amat, sementara Bagas—melirik singkat laki-laki itu.

Pak Pasya kembali mengambil napas, kemudian dia berdeham sebentar. “Karena saya tidak tahu apa alasan kalian bertengkar, maka kalian berdua harus membersihkan toilet lelaki, semuanya. Nanti OB akan memantau,”

Bagas berdecak, “Jijik Pak! Bau pesing!” keluhnya.

“Ya makanya, Bapak suruh kamu dan begundal satu ini membersihkannya. Supaya tidak bau!” sahut Pak Pasya seraya melirik Vares.

Vares yang dilirik pun menatap datar kepala sekolahnya itu. “Ada OB, kenapa nyuruh saya sama dia?” tanya Vares akhirnya membuka suara lagi.

Pak Pasya memijat pangkal hidungnya, dia pun melepas kacamatanya. “Ya Allah! Sabarkanlah hamba-Mu ini!” doa kepsek itu, lalu memasang kacamatany kembali.

“Untuk kali ini, tugas OB dialihkan kepada kalian berdua! Mau tidak mau, harus dilaksanakan!” tegas sang kepsek.

“Saya gak setuju.” Vares menolak hukuman ini.

“Saya apalagi,” Bagas menimpali.

Pak Pasya geleng-geleng kepala sudah tidak sanggup. “Kalau gitu, jelaskan kenapa kalian bertengkar? Ini masih pagi, duhai anak muda!” sepertinya Pak Pasya mulai frustrasi.

“Dia ngempesin ban motor saya, Pak!” sahut Bagas sambil menunjuk Vares, yang ditunjuk menatap tajam Bagas.

“Dia ngambil tempat parkir saya, Pak.” Vares membalas.

Pak Pasya menatap heran dua anak didiknya itu. “Kaya anak kecil saja kalian, apalagi kamu Vares! Udahlah, seperti keputusan saya tadi. Kalian membersihkan toilet! Tidak bisa diganggu gugat lagi!“ cerocosnya.

Bagas menghela napas malas, “Iya Pak iya!” jawabnya walau terpaksa.

Sementara Vares hanya merotasikan kedua bola matanya dan ke luar dari ruangan ini.

⭐⭐⭐

Vares sudah tiba disalah satu toilet laki-laki lantai dua, dia melihat tidak ada peralatan kebersihan dan berinisiatif mengambilnya di toilet perempuan.

Jujur, Vares dengan Bagas memang memiliki hubungan yang tidak baik seperti musuh. Mereka juga sebenarnya dari tingkatan kelas yang berbeda, Bagas kelas 12 Vares kelas 11.

Balik ke Vares, kakinya sudah tiba di toilet perempuan sorot matanya melihat ada papan yang bertuliskan :

HATI-HATI LANTAI BASAH
JANGAN LEWAT SINI!!

Namun bukan Vares namanya kalau tidak melanggar, dia pun nyelonong masuk ketika mendapati ada dua alat kebersihan di ujung.

Dengan santainya laki-laki itu berjalan di atas lantai yang sudah bersih. Kemudian beranjak ke luar setelah mendapatkan alatnya.

Tidak lama seorang gadis ke luar dari bilik toilet, mulutnya menganga melihat lantai yang baru dipel olehnya sudah kotor lagi.

Tanpa berpikir panjang gadis itu segera beranjak siapa tahu pelaku jejak kakinya masih ada.

Dan benar saja, sosok laki-laki yang membawa dua kain pel tidak jauh dari toilet.

“Woy! Berhenti lo!” seru gadis itu.

Otomatis laki-laki itu berhenti, dia membalikkan tubuhnya menatap dengan alis terangkat satu kepada gadis yang memanggilnya.

Saras—gadis tadi, memandang sengit sosok lelaki itu yang tak lain Vares. Dirinya tahu siapa Vares, si Pangeran Sekolah yang sok menurutnya.

“Lo buta atau pura-pura gak lihat? Lantai toilet udah bersih karena gue pel, dan udah ada tanda peringatan. Tapi? Dengan sepatu lo yang kotor itu, lo lewat gitu aja? Bener-bener gak sopan ya  lo!” omel Saras panjang kali lebar.

“Udah?” satu kata yang ke luar dari bibir Vares.

“Lo!” tunjuk Saras sudah geregetan.

Vares menurunkan telunjuk Saras, dia menghela napas pendek lalu berbisik. “Tinggal lo pel lagi, gampang kan?” ujarnya.

Saras melebarkan kedua matanya, enak saja kalau bicara!

“Gampang kata lo?! Gak, pokoknya lo harus bersihin lagi. Gue mau balik ke kelas!” cerca Saras sudah emosi jiwa.

“Gue punya kerjaan lain.” Kata Vares penuh tekanan.

“Gue gak peduli! Jadi cowok itu, harus gentleman!” sahut Saras.

Tanpa membalas ucapan Saras, Vares memutar tubuhnya dan segera pergi meninggalkan gadis ini. Tak peduli dengan teriakan Saras yang menggema.

“Pangeran Sekolah, apaan lo? Dasar banci sekolah!” maki Saras kepalang emosi.

Vares dengar semua itu, dia terus berjalan menuju toilet laki-laki yang ada di ujung koridor.

Makian Saras tadi adalah awal dari semuanya.

⭐⭐⭐

SPAM KOMEN NEXT :

TEMBUS 200 VOTE AUTO UPDATE:)

JANGAN LUPA FOLLOW SOSMED KU :

INSTAGRAM @WATTPAD.YYN
@YENIUN_
TIKTOK : COKELAT.KEJUU

KEJUU

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pangeran Sekolah - REMAKE! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang