Bagian 1.

23 1 0
                                    


Aku hanyalah pelajar biasa dikelasku, namun semua berubah saat diriku memasuki kelas 4.

Susu itu tumpah diatas kepalaku, tadinya aku sedang menulis menjadi terpaksa berhenti karna tindakan mereka. Ku lirik orang orang di depanku yang tertawa dengan keras.

"Kenapa kau lihat lihat? sudah mulai sok jago ya" kata nina, salah satu dari mereka.

Tak lama seseorang menjambak kencang rambutku hingga terdongak keatas. Mataku yang awalnya terpejam ku coba membuka mataku walau perlahan lahan namun tak bisa, mataku menyipit dikala seseorang tadi menarik rambutku lebih kencang, sakit rasanya.

Dan seseorang mencengkram daguku kuat hingga aku meringis dibuatnya.

"Apa apaan denganmu?!! apakah kau ingin dilepaskan? jangan harap dasar orang kampungan!" Bentaknya padaku

Tarikan tersebut semakin keras sampai sampai ku merasakan bahwa sedikit lagi rambutku akan rontok. Hatiku begitu sakit, aku tak bisa menahan semua rasa sakit ini hingga aku tidak sadar bahwa air mata sudah menggenang dimataku.

Seseorang yang mencengkram daguku melepaskan begitu saja dan kepalaku di hantam kepada meja tempat ku menulis tadi. Mereka tertawa gelak membuat air mataku tumpah, aku melirik mereka dengan nafas yang sesak.

"Rasakan itu, jangan pernah kau berfikir bahwa kami akan melepaskan dirimu dasar cupu!"

Setelah mengatakan hal tersebut mereka pergi keluar kelas dan meninggalkan ku disana, aku memegang kepalaku stress dan menangis sejadi jadinya disana. Isakan ku mungkin terdengar hingga keluar kelas dikarnakan ini sudah jam murid murid pulang, hanya ada aku disana yang menangis dan menjerit histeris karena perlakuan mereka semua.

Setelah diriku tenang, aku membereskan barang barangku dan mengambil handphone dan juga earphone. Dengan wajah muram dan rambut berantakan, aku berjalan di lorong yang sunyi sambil memakai earphone dan mendengarkan lagu yang membuatku tenang. Sambil berjalan aku terus berpikir 'Kenapa mereka melakukan semua itu padaku?padahal aku tak pernah membuat salah kepada mereka. Bahkan aku pun baru saja pindah kemari, apa yang sebenarnya terjadi padaku sekarang?." Pertanyaan tersebut selalu tergiang giang dikepalaku dan membuat kepalaku sakit hingga ingin pingsan.

Pintu coklat tersebut kubuka dan kulangkah kan kaki ku disana sambil berkata "Aku pulang" dan berharap seseorang menjawab itu namun yang kudengar bukanlah jawaban melainkan sebuah suara pecahan piring yang berasal dari arah dapur.

"Lihatlah dirimu sekarang, begitu mengenaskan bahkan mencari uang untuk anakmu saja tidak bisa!"

"Berani kau berbicara begitu pada suamimu hah?!!"

Aku melihat ayahku menjambak ibuku dengan kasar dan ibuku berteriak kesakitan sembari melontarkan kata kata kasar untuk menghina ayah. Kini ku beralih masuk kedalam kamar dan menutup serta menguncinya, aku terjatuh dibelakang pintu dan bersandar disana.

Ku pegang kepalaku yang berdenyut sakit dan menangis kembali. Aku menangis frustasi. Frustasi akan hidupku yang begitu miris dan mengenaskan ini, semangatku sudah menghilang pergi dan meninggalkan ku sendirian disini dalam kegelapan.

Kulihat atap kamarku dan disanalah aku melihat sebuah cahaya. Cahaya yang membuatku yakin bahwa aku bisa menjadi baik baik saja setelah menggapainya.

Aku mengambil sebuah bangku dan kugapai cahaya tersebut.

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

Ku buka mataku, cahaya terang mulai masuk dan kucoba mengerjapkan berharap aku bisa melihat jelas apa yang terjadi disini. Apakah aku sudah bebas? apakah semua ini sudah berakhir? apakah sekarang hidupku lebih baik??

Kini semua nya terjawab, aku melihat kedua orang tuaku menangis tersedu sedu sambil memeluk sebuah batu nisan. Dan sekolompok orang orang yang suka membully ku di sekolah pun terlihat menangis dan berkata maaf di depan nisan itu.

"M-maaf hik, maafkan aku!!"

"Kami.. kami benar benar meminta maaf hik! Aku.. tak menyangka bahwa kau pergi secepat ini!!"

Ah.. sekarang aku sadar, aku sudah meninggal sebelumnya. Cahaya yang kulihat tadi ialah sebuah tali yang sudah ku gantung disana entah dari kapan dan sialnya aku malah berhalusinasi bahwa itu adalah cahaya. Ya, cahaya yang mengantarkan ku akan kematian dan membuatku bunuh diri dengan mengenaskan.

Kini aku terlepas dari semuanya aku tersenyum kecil melihat mereka dan aku berbisik sesuatu kepada mereka semua.

"Aku telah memaafkan kalian, dan selamat tinggal."

Setelah itu aku benar benar pergi dan tidak kembali untuk mereka semua.

Penyesalan akan datang diakhir, mungkin kita mengira bahwa apa yang kita lakukan ini hanya kebiasaan atau apapun namun tanpa disadari karna itu orang lain bisa mendapatkan dampaknya. Manusia akan melakukan apapun agar dirinya tenang dan selalu akan melampiaskan amarahnya kepada seseorang agar membuat dirinya lebih baik, namun mereka tak sadar bahwa seseorang yang menjadi pelampiasan semua itu bisa tersakiti.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 12, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hanya Sebuah Kisah.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang