Rain

787 100 8
                                    

Happy Reading







-Noren Story-





Haechan menarik Renjun dengan langkah tergesa. Dirinya tidak memikirkan keadaan Renjun yang sedikit tidak enak badan hari ini. Ia tetap menarik tubuh mungil itu menuju mading sekolah. Tatapan yang diberikan orang-orang yang dilewati mereka begitu menghiasi koridor sekolah elit tersebut. Renjun hanya pasrah karena jujur saja ia merasa sangat mual sekarang.

"Haechan, ada apa sih?" Tanya Renjun. Ia masih menahan sakit dan mual yang datang bersamaan di tangan dan perutnya.

"Ssst sudah ikut saja bersamaku. Ada hal penting dan ini menyangkut dirimu. "

Tubuh Renjun tampak berkeringat karena sudah menahan mual sejak tadi. Mading sekolah yang sebenarnya dekat kini tampak sangat jauh bagi Renjun. Mading itu dikerumuni banyak orang tetapi semuanya menepi saat Haechan dan Renjun datang.

"Oh ini dia aktrisnya. " Ucap salah seorang siswa di sana.

Haechan melirik sinis pada siswa perempuan tersebut. Ia membawa Renjun untuk membaca mading yang ada di sana. Mata Renjun yang semula sayu seketika melebar saat melihat mading tersebut.

"Chan.. Ap-apaa ini?" Gumam Renjun, air matanya sudah keluar.

Renjun berlari menjauhi mading tersebut. Meninggalkan Haechan yang terus memanggilnya sambil mendorong siswa siswi yang tadi sempat mengejek Renjun. Haechan berbelok arah mengikuti arah lari Renjun. Ia menghentikan langkahnya saat dirasa lututnya pegal. Haechan baru saja selesai pelajaran olahraga jadi wajar saja jika ia merasa lelah berlarian.

"Astaga mengapa ia bisa berlari secepat itu?" Monolog Haechan dengan terengah. Haechan akan kembali melanjutkan langkahnya sebelum seseorang menabraknya.

"Shit! Minggir! Jangan menghalangi jalanku!" Umpat Haechan. Ia mendongak untuk melihat siapa orang yang menghalangi jalannya.

Haechan terkejut lalu meninju wajah orang tersebut. Orang di depannya inilah penyebab sahabatnya menjadi dipermalukan oleh seluruh warga sekolah. Haechan mendorong orang tersebut sampai terjatuh ke belakang.

"Enyah kau! Pergi dari hidup Renjun, jika perlu tinggalkan sekolah ini!" Teriak Haechan.

Orang itu bangkit sambil mengusap bibirnya yang sedikit berdarah. Ternyata bogeman Haechan tidak main - main.

"Di mana Renjun?"

Haechan mencebik,
"Untuk apa kau mencarinya? Renjun pergi karena melihat berita itu. Ini semua salahmu!"

Haechan berlari meninggalkan orang yang masih mematung di sana. Dirinya pasti sudah ketinggalan jauh jejak Renjun. Anak itu memiliki kemampuan berlari dengan cepat meskipun kakinya tak begitu panjang. Baru saja Haechan akan melangkah keluar dari area sekolah hujan turun dengan begitu tiba-tiba. Haechan berdecak sebal, ia sangat sensitif dengan air hujan sehingga ia bisa saja demam jika memaksa hujan-hujanan.

"Biar aku saja yang mencarinya. Kembalilah ke kelas. "

Haechan menoleh mendapati lelaki bejat yang membuat sahabatnya terpukul saat ini.

PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang