Anandhita

545 95 30
                                    

Happy Reading









- Noren Story -










Donghyuck menghela nafas sambil memetik sayuran untuk ia masak. Matanya terus menelisik seseorang yang sudah dua hari menumpang di rumahnya. Bukannya Donghyuck keberatan namun ia merasa bersalah karena sudah menyembunyikan Ratu di rumahnya. Seharusnya Donghyuck segera memberi tahu pemimpin desa itu agar Ratu segera dibawa ke kerajaan.

Tetapi Minhyung suaminya menolak mentah-mentah ide itu. Mereka berdua berdebat hebat karena suaminya itu menginginkan agar Renjun tetap di sini. Tentunya dengan dalih agar pihak kerajaan memberi imbalan kepada mereka karena sudah menjaga Ratu. Minhyung dan Donghyuck memang bukanlah keluarga yang berkecukupan. Ditambah dengan kehadiran Renjun membuat mereka harus bekerja ekstra untuk mencari makan.

Wajar jika Minhyung ingin meminta imbalan. Namun di lain sisi Donghyuck menyangkal. Tidak baik berperilaku seperti itu. Seharusnya mereka segera melaporkan keberadaan Ratu di sini. Tetapi apa daya, dia hanyalah seorang istri yang harus menurut pada suaminya. Untuk sementara ini ia akan merawat Renjun saja sampai pihak kerajaan menemukannya.

"Ratu, apa anda tidak merindukan raja?" Tanya Donghyuck dengan lirih. Ia sedikit melirik ke arah kebun yang menampilkan suaminya yang sedang mencangkul.

Renjun menoleh lalu tampak berdecih pelan. Ia melanjutkan memetik daun bayam di depannya.
"Sebenarnya apa sih yang harus dirindukan dari raja bodoh itu?! Menyebalkan!!"

Donghyuck terkejut saat mendengarkan Renjun berucap seperti itu. Apa benar hubungan mereka setidak akur ini? Sampai-sampai Ratunya mengatai suaminya bodoh. Donghyuck menggelengkan kepalanya pelan. Ia harus tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Ratu, sebenarnya sedang terjadi apa di antara Raja dan Ratu? Setahu kami semua Raja dan Ratu adalah pasangan yang romantis. "

Renjun memutar bola matanya malas lalu meletakkan bayam yang telah dipetik nya. Ia menatap Donghyuck dengan tajam. Membuat Donghyuck sedikit merinding melihat tatapan maut Renjun.

"Jika ku jelaskan pun kau tidak akan paham. Kau tidak percaya kan jika aku adalah anak sekolah yang di hamili Lee Jeno itu?"

Donghyuck mengerutkan dahinya, ia tidak mengerti kalimat itu. Anak sekolah? Dihamili? Astaga ini sangat membingungkan. Mengingat Lee Jeno dan Huang Renjun bukanlah seorang anak sekolah lagi. Mereka bahkan sudah menjadi Raja dan Ratu sekitar dua tahun yang lalu.

"Maaf Ratu, jika itu saya tidak paham. "

"Nah makanya. Sudah jangan menanyakan Lee Jeno itu lagi padaku. Aku bosan mendengarnya. " Ucap Renjun dengan bibir menggerucut.

Sementara lelaki berkulit tan itu mengulum bibirnya. Ia merasa bersalah karena sudah merusak mood Ratunya. Donghyuck melihat Minhyung yang masih sibuk mencangkul kebun mereka. Ia menggigit bibir bawahnya menandakan kini ia sedang gusar. Perasaanya tidak enak.

"Hey sayang! Mengapa kau malah melamun seperti itu? Cepat masak sayuranmu, jangan biarkan Ratu Renjun kelaparan. " Teriak Minhyung saat menyadari keterdiaman Donghyuck.

Donghyuck menoleh lalu segera menegakkan badannya. Ia berjalan cepat ke arah dapur nya untuk segera memasak. Ia mencari Renjun di dalam rumah. Mulutnya menghembuskan nafas lega saat melihat Renjun tampak mengelus perutnya sambil rebahan di kursi rotan miliknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang