Happy Reading
•
•
•
•
•
-Noren Story-
•
•
•
•
•Suasana gereja terasa dingin dan senyap. Sayup-sayup terdengar suara isakan kecil yang tertahan. Terkadang bulu kuduk akan merinding merasakan hawa sejuk musim gugur saat itu. Daun-daun berwarna coklat tua berjatuhan seiring dengan irama lagu kehilangan yang diputar.
Tak lupa para pelayat yang datang silih berganti dari berbagai penjuru negara. Haechan meletakkan sebuket bunga lily yang ia pesan tadi. Menunduk sambil menahan tangis karena kehilangan sahabatnya. Haechan menoleh pada sang ibu yang tersenyum tipis kepadanya.
"Bahkan aku baru bersahabat dengan mu selama setengah tahun. Tetapi mengapa secepat ini kau meninggalkanku?" Gumam Haechan. Memandang foto pria manis yang terpajang apik di tengah-tengah rangkaian bunga di sana.
"Renjun, maafkan aku saat itu tidak bisa menyusulmu. Sebenarnya kau kemanapun aku juga tidak tahu. Seharusnya aku bisa mencegahmu pergi karena aku pun tahu jika kau sedang terpuruk. " Lanjut Haechan. Ia menjatuhkan lututnya sambil terus meraung di depan bingkai besar itu.
"Nak, jangan salahkan dirimu. Ibu yakin Renjun sudah bahagia di alam sana. " Submissif cantik berdarah Thailand itu menepuk pundak sempit anak tunggalnya.
Haechan berdiri lalu membungkuk bersama ibunya. Ia beranjak dari sana dan berpapasan dengan orang tua Jeno. Sebenarnya Haechan ingin sekali ber maki-maki di sana. Namun mengingat mereka juga kehilangan Jeno, Haechan memilih diam saja. Ia akan mengungkap semuanya nanti saat masa berkabung sudah selesai.
Lelaki berdarah Jeju itu beralih ke ruangan duka lainnya. Memandang benci pada bingkai yang menampilkan wajah laki-laki yang begitu ia tidak sukai. Lee Jeno. Lelaki yang hilang bersama dengan Renjun di sungai. Keduanya tidak ditemukan bahkan sudah melewati hampir empat hari ini. Polisi benar-benar sudah menyerah karena sungai itu tidak panjang dan tidak dalam. Tetapi entah mengapa mereka sama sekali tak ditemukan jejaknya.
Mereka hanya menemukan sepatu anak sekolah yang tergeletak di bawah pembatas jembatan. Haechan mengatakan jika itu bukan sepatu milik Renjun. Jika seperti itu berarti itu sepatu milik Jeno. Namun mereka juga menemukan sebuah gelang bercorak moomin tersangkut di pembatas. Dan karena dua benda bukti itu Renjun dan Jeno dinyatakan hilang terbawa arus sungai.
Saat itu, orang tua Renjun merasa begitu terpukul. Mereka hanya bisa pasrah saat pihak keluarga Jeno membuat sebuah persemayaman di gereja. Keluarga Jeno menawarkan pada keluarga Renjun untuk mengadakan upacara bersama. Meskipun tanpa jasad atau abu dari kedua korban.
"Mengapa kau harus ikut mati? Sedangkan yang tersakiti di sini hanyalah Renjun. Seharusnya kau masih hidup dan merasakan kejamnya pembalasan ku. " Desis Haechan sambil menatap foto Jeno.
Haechan membungkuk sejenak karena ibunya melihatnya. Ia segera keluar dari ruang duka itu untuk kembali ke ruang duduk. Hidangan yang dihidangkan di gereja itu sama sekali tak menggoda selera Haechan. Bagaimana bisa keluarga Jeno mengadakan pesta seperti ini di saat anaknya hilang tak ditemukan?
"Keluarga gila!" Gumam Haechan. Sebelum seseorang menyenggol lengannya.
" Aku tahu kau sedih. Aku juga sedih karena belum sempat mengenal Renjun tetapi ia malah pergi. Tetapi tolong pendam dulu rasa dendammu sampai masa berkabung selesai. " Ucap orang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Petrichor
Fanfiction𝐓𝐢𝐭𝐭𝐥𝐞 : 𝐏𝐞𝐭𝐫𝐢𝐜𝐡𝐨𝐫 𝐓𝐡𝐞𝐦𝐞 : 𝐊𝐢𝐧𝐠𝐝𝐨𝐦 ( 𝐅𝐚𝐧𝐟𝐢𝐜𝐭𝐢𝐨𝐧 ) 𝐖𝐫𝐢𝐭𝐞𝐫 : 𝐊𝐚𝐧𝐠𝐁𝐨𝐑𝐢𝐧_ 𝐂𝐚𝐬𝐞 : - 𝐋𝐞𝐞 𝐉𝐞𝐧𝐨 - 𝐇𝐮𝐚𝐧𝐠 𝐑𝐞𝐧𝐣𝐮𝐧 - 𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 𝐜𝐚𝐬𝐞 𝐒𝐢𝐧𝐜𝐞 : 𝟏𝟐 𝐒𝐞𝐩 𝟐𝟎𝟐𝟏 Ketika rin...