Satu

7 1 0
                                    

Happy reading!

Catatan harian Nara

Minggu, 26 Januari 2012

Hari ini aku sudah hampir 7 Bulan menduduki bangku sekolah menengah atas (SMA) di sekolah kebanggaan di kota ku.

Di SMA Admajaya aku ingin menuntut ilmu untuk mewujudkan mimpi ku untuk menjadi seorang pengacara sehingga bisa membuat bangga orang tua ku, walaupun aku tidak tau papa ada dimana. 15 tahun ia meninggalkan ku dan mama disini bahkan mama tidak pernah memberi tahu aku bagaimana rupa papa ku. Tapi sudah lah, namanya takdir mau bagaimana lagi?.

Nara.....

Kring! Kring! Kring!

Nara melihat pintu gerbang sekolah hampir di tutup ia segera berlari dengan cepat agar bisa masuk ke sekolah namun sayangnya Nara dan ketiga siswa lainnya tidak di bukakan gerbang oleh satpam sekolah.

"Pak, plis dong bukain gerbangnya" pinta Nara.

Lagi dan lagi satpam itu menggeleng cepat. "Tidak ada pembukaan gerbang di jam 07:02" ucap nya dengan tegas.

"Yaelah pak, cuma telat 2 menit doang" ucap seorang cewek di sebelah Nara.

"Tidak!" Tegas satpam sekolah itu dengan lantang.

Nara tidak mau diam ia pergi ke belakang sekolah dan langsung memanjat pagar sekolah dengan susah payah.

Nara berhasil, ia masuk ke sekolah dengan cara memanjat pagar belakang sekolah.

"Akhirnya gue bisa masuk ke sekolah" Nara menarik nafas lega.

Nara melanjutkan langkahnya, Nara melihat keadaan sekolah yang sudah sepi karena para siswa-siswi telah berbaris di lapangan karena hari ini tepat hari Senin dan seperti SMA lainnya SMA Admajaya juga melakukan upacara bendera.

Nara meletakkan tasnya sembarangan, namun akh, ia harus mencari topi abu-abunya karena akan di hukum jika tidak menggunakan topi.

"Gak ada, disini juga gak ada" Seru Nara dengan sangat cemas. "Gimana dong, kalo gue gak pake topi gue bakalan melanggar peraturan sekolah dan itu udah melanggar hukum" ucap Nara.

"Kenapa Lo gak ikut upacara?" Tanya seseorang tiba-tiba dari belakang Nara.

Nara membulatkan matanya dan memberanikan diri untuk menatap seseorang yang ada di belakang nya.

Dia adalah Rio anak dari pemilik yayasan SMA Admajaya sekaligus ketua OSIS SMA Admajaya.

"K-kak Rio?"

Rio melangkahkan kakinya berjalan menuju gadis itu, Nara yang takut hanya menundukkan kepalanya.

"Kenapa Lo gak ikut upacara?" Tanya Rio sekali lagi.

Nara masih menunduk dan tidak mau menatap Rio. Karena kata teman-teman sekelas Nara, Rio adalah seorang ketua OSIS yang kejam.

"Terlambat kak" jawab Nara tanpa memandang Rio.

"Kalau Lo terlambat Lo bisa langsung baris di barisan paling belakang" ucap Rio.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 13, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RIO & NARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang