Jake ✘ Jay ❲ Fever ❳

12.2K 452 53
                                    

Malam ini Jay terlihat seperti sedang terkena flu padahal dirinya baik-baik saja, hanya saja hidungnya terus menerus mengeluarkan cairan.

Srot!

"Jay, kalau kau sakit minum obat sana," suruh Jun pada adiknya itu.

"Aku tidak sakit, hidungku hanya berair," balas Jay yang tengah berbaring di atas sofa sambil bermain game.

Lagi dan lagi, adiknya itu memang sangat susah bila diberi tahu. Jun yang malas dengan adik keras kepalanya itu memilih masuk ke dalam kamar untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Cuaca malam ini memang cukup dingin, tapi itu tidak membuat Jay kedinginan. Dia malah menyalakan AC sampai ruang keluarga itu menjadi sejuk dan dingin.

Jay menoleh ke sekitar karena tak lagi mendengar ocehan sang kakak, ternyata dia di tinggal.
Karena tidak mau sendirian di ruang keluarga, Jay pun bergegas pergi menuju kamarnya yang berada di lantai dua.

Pintu kamar ia buka dengan pelan agar tak menimbulkan bunyi sedikit pun, melesat masuk lalu mengunci kembali pintu kamarnya dari dalam.

Mendudukkan diri di atas kasur yang empuk dan kembali bermain game pada ponsel kesayangannya.

Entah karena malam memang sudah larut atau matanya yang sudah lelah, apapun itu intinya matanya mulai terasa perih dan pandangannya kabur. Jay pun menguap dengan lebar, dia berkali-kali menguap sepanjang bermain game hingga berulang kali kalah.

Setelah merasa lelah, Jay memutuskan untuk tidur. Jay mulai mematikan ponselnya lalu ia letakkan di atas nakas, berdiam diri sebentar untuk merilekskan otak serta mata. Kali ini kepala Jay terasa pusing dan pandangannya yang berkunang-kunang bertambah parah.

Jay menatap jam yang terpasang di lengan kirinya, sudah hampir jam empat pagi. Pantas saja kepalanya pusing, dia sudah terlalu lama bermain ponsel hingga selarut ini.

"Kok pusing ya? Sudah lah, mungkin nanti akan sembuh," monolognya pada diri sendiri.

Jay segera merebahkan dirinya di atas kasur yang empuk lalu menutup badannya dengan selimut hingga ke leher. Mencoba tertidur untuk menghilangkan rasa sakit di kepalanya, tak lupa berdoa agar besok pagi dia bisa sehat seperti biasanya.

Sinar mentari yang masuk menembus kaca jendela membangunkan Jay yang masih tertidur pulas. Perlahan tapi pasti mata itu terbuka, berkedip beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang menerpanya.

Tangan kecilnya menggosok kedua matanya perlahan, menguap kecil lalu bangun dan menyenderkan punggungnya pada kepala ranjang.

Kepalanya masih pusing, berdenyut dan seperti mau pecah. Tangan Jay terangkat guna memegangi kepalanya, sesekali dirinya akan menggeleng kecil untuk menghilangkan rasa pusingnya. Ternyata tuhan tidak mengabulkan doanya semalam.

Dengan tenaga yang tersisa, Jay berjalan keluar dari kamarnya menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi.

Saat hendak membuka pintu, kepala Jay kembali terasa pusing dan dirinya jatuh terduduk di depan kamar mandi.

Jun yang kebetulan lewat dan melihat adikknya terduduk di lantai, langsung membantu adikknya untuk berdiri dan kembali ke kamarnya.

Jay Oneshoot [ All X Jay ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang