Part 1

884 42 2
                                    

Mataku memberikan tatapan kosong.
Tidak berkutik dari bangunan di depanku. Meskipun dari cahaya flash kamera wartawan yang menyilaukan mata. Garis kuning memanjang lebar mengelilingi sekitar bangunan berlantai 49 itu. Keramaian terlihat diujung sana. Tangisan bahkan jeritan pun ada.

Keadaan yang ramai, hening seketika. Seorang wanita berbalut kain kafan tidak sepenuhnya, dengan mata terbuka dan agak sembap karena air mata bercampur darah.

Lebih parahnya lagi, kepala sudah tidak bersama anggota tubuh lainnya. Kepalanya yang terpenggal itu mengucurkan tidak sedikit darah yang bertetesan ke trotoar.

"Molly, ayo cepat! Kita harus mengurus pemakaman kakak mu itu." Teriak seseorang dari dalam mobil sedan bercat hitam mulus.

Di sepanjang perjalanan menuju pemakaman, ibu hanya menangis dan ayah hanya berpasrah diri, menerima kehilangan putri sulungnya itu.

Sedangkan aku tidak bisa berkata apa-apa, selain menggambar lingkaran abstrak di sketch book ku. Sedih? Tentu. Karena dialah saudara kandungku satu-satunya. Ku hanya bisa berdoa agar berada disisinya dan mengikhlas kannya.

Tapi satu hal yang aku tidak bisa lepaskan. Dengan cara meninggalnya, detektif sudah menduga 50% terbunuh dan 50% kecelakaan. Hanya sekilas yang terlihat dari CCTV, kemudian gelap.

Aku semakin penasaran apa yang terjadi pada kakakku. Padahal kemarin seperti baik-baik saja, tak ada hambatan atau halangan.

Batinku semakin tertekan melihat kehilangan kakakku. Ditambah lagi aku akan pindah sekolah ke kota ini, tempat kejadian meninggalnya beliau.

Ayah dan ibu harus mengurus perusahaan nya yang kini terlantar, karena sebelumnya kakak yang mengurus dan bertanggung jawab atas perusahaan itu.
Semoga aku bisa beradaptasi di sekolah baru ku nanti, semoga.

***
Ku membiarkan tanganku bergerak leluasa dengan sebatang pena. Entah apa yang akan aku gambarkan ini. Firasatku muncul begitu saja dan jemariku yang menggambarkan nya. Selalu saja begitu.

Mungkin sejak aku terlahir di dunia, sudah dikaruniai oleh Tuhan seperti ini. Yah, bisa dibilang indigo atau apalah itu.

Coba lihat itu di sudut kamarku, gadis kecil sedang menangis, wajahnya pucat dengan baju kumal di ciprati darah dan tangannya menggantungkan boneka nya.
Itu sih sudah biasa. Justru ada yang lebih parah lagi. Tapi aku tidak akan cerita.

"Pyaarr!"

Gelas berisi susu panas yang aku seduh, tiba-tiba terjatuh karena kagetnya aku. Telunjuk ku memberikan goresan yang cukup lebar dan meneteskan darah.

Aku terkejap ketika tersadar apa yang dari tadi aku gambar. Seorang lelaki yang membawa pisau dan tergeletak wanita disampingnya.

Apa maksudnya? Kali ini aku benar-benar kelewatan menggambar adegan tragis seperti ini. Apa mungkin..?

"Molly buang sampah nya" kata ayah. Aku menyahutnya, ya.

Tumpukan sampah-sampah sudah berkerumun dibelakang. Mungkin 1 minggu sejak pindah, kami belum sempat untuk membuangnya, karena sibuk dengan barang pindahan.

Bau busuk semakin bertambah ketika kubuka tempat sampah besar di halaman.

Eh tunggu, lihat disebelah sana.
Aku bisa melihatnya mengintip dari pintu rumahnya.
Itu bukan hantu, melainkan manusia biasa. Mungkin tetangga baruku. Tapi sikapnya terlihat aneh.

"Hei" sapaku dengan melambaikan tangan ke arahnya.
Dia hanya diam lalu masuk lagi ke dalam rumahnya yang tepat di sebelah rumahku.
Aneh banget sih. Di sapa malah kabur.

Kuputuskan untuk mencari udara segar, menyambut fajar yang akan tenggelam. Masih ada bau-bau segar sisa musim gugur dan sedikit daun yang berguguran. Jalan sudah hampir sepi jam segini

Tunggu sebentar.

Sepertinya aku mendengar jeritan seseorang dari balik semak di pinggir sana. Kubuka celah semak sedikit, setidaknya bisa memperlihatkan mataku.

Belum sempat melihat, aku merasakan tangan seseorang membekap mulutku dan menyeret tanganku menjauhi jangkauan tadi. Aku hampir kehilangan keseimbangan.

"Diam atau kau akan mati"

"Apa maksudmu?" Balasku kaget.

"Kujelaskan nanti. Oh iya, aku Jules Coward. Panggil saja Jules." Kata seseorang yang mungkin seumuranku, mengenakan hoodie merah dan celana jeans yang model nya robek-robek.
Rupanya tidak menakutkan.

"Aku Molly Everdeen, bisa dipanggil Molly. Aku baru pindah seminggu yang lalu" balasku dengan memasang senyum kecil diwajahku.

"Oh kam---" Tidak sengaja jawaban Jules terpotong karena aku menyahutnya.

"Maksudmu tadi apa? Kau dengar kan ada yang menjerit? Kau sungguh membuatku ketakutan setengah mati Jules" Tanyaku sambil mengernyitkan dahi, penasaran apa yang sebenarnya terjadi.

"Hehe maaf. Ituu--"

"JULES! MAKAN MALAM!" Teriak orang dari ujung sana. Lagi-lagi ucapan Jules terpotong.

"Aku pergi dulu ya, kalau tidak dia akan memakanku hidup-hidup. Byee." kata Jules sambil berlari menjauhiku.

"Oke byee" balasku dengan melambaikan tangan, tetapi masih ada rasa penasaran didalam benakku. Sebenarnya apa yang terjadi?

Haii! Rileks broo... ini nggak sepenuhnya horror/thriller kok. Mystery? Romantic? Tunggu saja! Jangan lupa vomments nya yaahh :)
Check it out guys!

InnocenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang