[IV • Empat]

5 2 3
                                    

Ya, Mama datang dengan Renjana. Dan hal itu berhasil membuat ku mematung. Benar-benar mematung.

"E-eh ma." seketika Jordan berdiri dan mencium punggung telapak tangan Mama. Keadaan ku masih mematung dan melirik ke arah Renjana sedikit. Ekspresi nya terlihat sangat tenang.

Jordan menyenggol lengan ku dan memberi kode.

"M-mama udah pulang? O-oh hai," sapa ku kepada Renjana dan menyalimi Mama.

"Kenalin dek, ini Renjana. Anak dari tetangga yang beberapa hari belakangan ini pindah ke rumah sebelah." Mama mengusap rambut Renjana dengan lembut. Sedangkan aku membelalak kaget.

"Iya. Saya baru pindah beberapa hari yang lalu. Salam kenal ya kak." ya, dia mengulurkan tangan nya sembari menyunggingkan senyum yang sangat manis itu. Seperti waktu itu. Aku yakin nanti malam senyuman itu akan mampir ke benakku seolah-olah sengaja agar aku overthinking.

"Ya ampun manis banget sih kamu. Ayo sini duduk dulu." aku tebak Mama juga pasti akan menyukai senyuman Renjana.

Renjana pun duduk di sofa dengan sangat maaaaaniiisss. Ya ampun, ciptaan Tuhan yang satu ini memang benar-benar terlihat sempurna. Padahal dia hanya duduk diam. Aku rasa aku sudah jatuh terlalu jauh ke dalam pesona nya. Huhhhh.

"Dek, diajak ngobrol dong Renjana nya. Masa diem diem an gitu sih. Jordan, ajak ngobrol juga dong. Kalian bertiga masa gak ada yang ngobrol sama sekali."

"Iya maaaaa." aku dan Jordan spontan menjawab bersamaan dan Mama pun beranjak ke dapur.

"Ekhem. Nama lo Renjana Adhitama kan? Anak X-IPS--"

"X-IPS 2 kak." YA TUHAN. DIA HANYA MENJAWAB PERTANYAAN JORDAN DENGAN SEBUAH SENYUMAN. TETAPI MENGAPA IA TERLIHAT SANGAT MANIS. OH AKU SEPERTI NYA SUDAH TIDAK SANGGUP DENGAN VISUAL SEORANG RENJANA INI.

"Um, Dan. Gue ke kamar dulu ya. Pr gue belom selesai nih." aku sedikit berbisik kepada Jordan, tetapi seperti nya Renjana masih bisa mendengar nya.

Aku memang alay nan lebay jika itu bersangkutan dengan Renjana. Entah lah, tapi aku harap kalian mengerti. Karena aku sangat yakin jika kalian bertemu Renjana, kalian juga pasti akan salah tingkah.

"Sssttt. Udah lo diem sini. Temenin gue. Sit down." Jordan menahan lenganku sambil menatapku tajam. Kemudian aku terpaksa kembali duduk.

"Tapi gue beneran ada pr. Please yaaaa," aku memasang muka memelas agar diperbolehkan pergi ke kamar. Karena sungguh, aku benar-benar tidak tahan dengan Renjana yang sangat manis ini.

Untuk tugas yang kujadikan alasan, sebenarnya tugas itu bisa saja aku kerjakan nanti malam, atau besok pagi setelah bangun tidur. Karena persoalan yang ada di dalam tugas itu termasuk mudah bagiku. Apalagi ada Jordan yang biasa  menjadi andalan disaat aku tidak tahu jawaban. Yang kalian bisa sebut sebagai kegiatan 'mencontek'.

Jordan memasang wajah kesal dan mengangguk pasrah. Aku segera berdiri dan menatap Renjana untuk pamit (?).

"U-um Renjana. A-aku ke kamar dulu ya," pamit ku kemudian lari ke arah kamar dan dibalas anggukan oleh Renjana. Tak lama kemudian Bang Satya keluar dari kamar nya.

"Eh abang. Baru bangun ya lo? Jorok banget si. Mandi sana! Ada tamu tuh, masa lo belom mandi." dia hanya menatap ku datar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rain.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang