Marah
Happy reading!
=====Zhafira menghela nafasnya, sebelum melangkah memasuki area sekolah yang lengang. Dia benar-benar berangkat di pagi buta, hampir mengalahkan anak-anak rajin di Garuda.
"Ck!" Decak Zhafira menghentakkan kakinya.
Langkahnya semakin cepat. Gadis itu kian bersemangat menghampiri tong sampah yang terisi penuh.
Brak
Dia menendang tempat sampah itu kasar, melampiaskan rasa kesalnya yang berada di level tertinggi. Setelah itu melenggang begitu saja, seolah barusan tidak terjadi apa-apa.
Paginya di awali dengan sangat buruk. Berkat kedatangan Papanya dan seseorang yang laki-laki setengah baya itu sebutkan sebagai istrinya.
"Sial," gumamnya di sela langkahnya yang tidak bisa di katakan santai.
Zhafira meninju udara. Membuyarkan bayangan Papanya dan wanita itu, dan menggantinya dengan membayangkan hal-hal yang indah saja.
Brak
Ujung sepatunya kembali bertubrukan dengan tempat sampah. Dia tidak bisa menghilangkan bayangan keduanya.
Maka dari itu, Zhafira terus menendang tempat sampah yang dia temui di sepanjang langkahnya. Sampai kakinya berpijak di tempat paling tinggi di Garuda. Rooftop sekolah.
"AARGH!" Raung Zhafira setelah bokongnya mendarat di ubin rooftop.
"Tuhan, gue yang penuh dosa boleh nawar nggak sih? Tolong buat Zayn jadi milik gue."
Mulutnya yang hendak mengucap sepatah kata lagi, terpaksa terkatup rapat. Mendengar pintu rooftop berderit.
Zhafira menoleh. Melihat siapa yang datang. Keryitan di dahinya langsung pudar, begitu sosok yang menyambangi rooftop selain dirinya terlihat oleh netranya.
"Aish."
Gadis itu melongos, mengembalikan fokusnya pada hamparan langit yang terlihat indah pagi itu.
"Tumben."
Bibir Zhafira terkunci, membiarkan ucapan dari orang yang berada di belakang tubuhnya tidak mendapat tanggapan.
"Gue boleh duduk?"
Zhafira menatap cowok itu jengah. "Silahkan, terserah lo mau ngapain aja. Lo terjun aja gue nggak akan peduli," jawabnya.
"Lo masih marah?"
Satu alis Zhafira terangkat. Marah? Zhafira terkekeh, menertawakan pertanyaan yang terlontar dari bibir tipis itu.
"Kok lo ketawa? Ada yang salah?"
"Kita kenal?" Tanya Zhafira, yang di balas raut kebingungan. "Maksud gue, lo bukan seorang teman buat gue. Rasanya pertanyaan lo salah," sambungnya.
"Bukannya kita udah berteman ya?"
Zhafira mendatarkan wajahnya, namun tawa kecilnya mengalun tidak lama kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Critical Point (REVISI)
Teen Fiction(PLAGIAT DIHARAP MENJAUH. NULIS SATU CERITA NGGAK GAMPANG! ) #01 on accident (10 oktober 2021) #02 on hurt (13 oktober 2021) #02 on harapan (1 november 2021) "ZAYN PACARNYA ZHAFIRA I LOVE YOU!" jangan tanyakan ekspresi Zayn ketika Zhafira berteriak...